Gania Anjasmara, ialah putri tunggal dari pasangan Arya Anjasmara dan Miranda. Di usianya yang baru menginjak usia 3 tahun, Gania harus kehilangan sang Mama untuk selama-lamanya. Kini 15 tahun telah berlalu, Gania telah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan tangguh pastinya karena sejak kecil ia hanya hidup berdua bersama Papanya. Terkadang ia juga dititipkan dirumah Neneknya karena Papanya sibuk bekerja. Bagaimanakah kelanjutan ceritanya? Penasaran? Simak terus ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delatama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjaga Gania
Papa Arya memaksakan diri berangkat ke kantor dengan tujuan menghindar dari Gania yang sebentar lagi tiba di rumah. Kondisinya yang melemah membuatnya jalan senggoyoran.
"loh Bapak? Bapak sakit?" tanya salah satu karyawannya
"engga saya ngga papa" jawab Papa Arya sambil memegangi kepalanya yang se dari tadi terasa sangat pusing
Kemudian Papa Arya melanjutkan langkahnya dengan pelan
Setibanya di ruangannya ia kemudian mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan ke Dokter Danar
"Dok, bisa kesini?" tulis Papa Arya
"Bapak di rumah atau di kantor?"
"Saya di kantor"
"Baik saya akan kesana secepatnya, beri saya waktu 20 menit ya Pak" balas Dokter Danar
20 menit kemudian
Dokter Danar tiba di ruangan Papa Arya dengan diantar security
"akhirnya Dokter andalan saya sampai haha" ucap Papa Arya sambil tertawa
"hmm Bapak ini ada-ada saja. Jadi apa yang Bapak rasakan?" tanya Dokter Danar
"Saya merasa pusing dok, dan dada saya terasa sesak dari pagi tadi"
"apa obatnya sudah habis?"
"habis pagi ini"
"apa Bapak masih makan makanan yang berkolesterol tinggi? Sekarang saya akan mengukur tekanan darahnya dulu"
Setelah selesai mengukur tekanan darah
"hmm hasilnya tinggi lagi, 160/100 mmHg. Kali ini Bapak harus makan makanan yang saya rekomendasikan dulu, kalau tidak akan semakin buruk kondisinya"
"baik Dok" Papa Arya pasrah
Kemudian Dokter Danar memberikan terapi oksigen untuk Papa Arya, agar Papa Arya tidak kesulitan bernafas
"Pak nanti misalkan nafasnya sudah teratur bisa dilepas ya"
Dan Papa hanya mengangguk
"oh iya Pak, ini obat rutinnya harus diminum rutin ya. Memang hanya kemungkinan kecil bisa sembuh tapi Bapak harus percaya kalau Bapak menjaga pola makan, pola istirahat, dan pola hidup sehat lainnta maka kondisi Bapak akan semakin membaik" ucap Dokter Danar
"Baik Dok, kali ini saya berjanji. Maaf merepotkan anda"
"tentu tidak Pak, ee ya sudah kalau begitu, saya akan kembali bekerja. Semoga Bapak lekas membaik, kalau misal ada keluhan Bapak bisa menghubungi saya kembali. Saya permisi"
"Baik Dok, terimakasih banyak"
Kemudian Dokter Danar menghilang dari hadapan Papa Arya.
"Ujian Nasional Gania telah berakhir, kini Gania harus tahu apa yang aku sembunyikan" ucap Papa Arya dalam hati
Kemudian Papa Arya meraih ponselnya untuk menelpon Ibunya
"Hallo bu assalamualaikum"
"Hallo Arya waalaikumsalam, kenapa nak? apa sesak nafasmu kambuh lagi?"
"Bu, sore ini Ibu bisa datang ke rumah Arya?"
"akan Ibu usahakan Ya, memangnya kenapa?"
"pagi ini sakit saya kambuh lagi Bu, Dokter baru saja memeriksa saya dan saat ini harus memakai bantuan oksigen untuk bernafas. Saya tidak bisa menutup-nutupinya lagi. Kini Gania harus tahu bagaimana kondisi Papanya sekarang"
"apa dia sudah selesai ujian?" tanya Nenek
"sudah Bu"
"baik kalau begitu sore ini Ibu akan ke rumah kalian, Ibu akan membantumu membicarakan hal ini dengan putrimu" ucap Nenek
"terimakasih Bu" kemudian Papa Arya menutup telfonnya
Setelah Papa Arya menutup telfonnya, terdengar suara ketukan pintu dari luar ruangan
*tok tok*
"masuk"
Kemudian terlihat security masuk ke ruangan Papa Arya
"ada apa?" tanya Papa
"ada yang ini bertemu dengan Bapak, Pak Surya dan putranya Pak. Apa Bapak bisa menerima tamu?"
"bisa"
"baik Pak" kemudian security itu kembali untuk mempersilakan Pak Surya masuk
Tak lama kemudian
"Arya? kenapa ini? Maaf aku dan Gibran mampir kesini tidak janjian dulu" tanya Pak Surya yang melihat Papa Arya menggunakan oksigen
"gapapa Surya. aku sempat sesak nafas, tapi sekarang sudah membaik" kemudian Papa Arya melepas oksigennya
"aku khawatir denganmu, sejak kecil aku selalu bersamamu tapi aku baru pertama kali ini melihatmu lemah seperti ini. Apa kamu butuh bantuan Ya? Aku akan selalu siap membantumu"
"untuk masalah kerja, aku masih bisa memantaunya Surya. Tapi untuk Gania, aku bingung harus menjaganya bagaimana. Walaupun ia tumbuh sebagai wanita yang tangguh dan bisa menjaga diri, tapi dia harta berharga milikku satu-satunya. Aku tidak mau hal buruk terjadi diluar sana"
"Arya, apa kamu ingat kamu pernah menampungku ketika rumah orangtuaku di sita. Aku punya hutang budi denganmu yang belum bisa ku lupakan. Sekarang kamu sedang dalam masalah, aku akan selalu siap membantumu" ucap Pak Surya
"aku punya putra, mungkin putraku ini mau membantumu menjaga Gania" imbuh Pak Surya
"saya sudah tahu semua cerita persahabatan Papa dan Om Arya, maka tolong izinkan saya menjaga Gania sebagai ganti hutang budi Papa saya dengan Om Arya" ucap Gibran yang sedari tadi diam
"saya janji Om, saya akan melakukannya dengan baik karena Gania sendiri sudah saya anggap sebagai adik saya" imbuh Gibran
Papa Arya menangis lalu memeluk Pak Surya dan Gibran
"maafkan aku Surya, Gibran. Aku pasti akan merepotkan kalian" ucap Papa Arya
"tidak Arya. Kamu pantas menerima ini, ini kulakukan karena aku punya hutang budi padamu"
"Gibran, tolong bantu Om menjaga Gania, hanya kamu yang bisa Om harapkan"
"baik Om, saya berjanji akan menjaga Gania sebisa yang saya lakukan"
Senyum Papa Arya perlahan mulai kembali karena ia telah menemukan siapa yang akan membantunya menjaga putri sematawayangnya.
Lebih real dalam penyampaian bagaimana pasutri menyikapi suatu pernikahan dan perkembangan anak
semoga novel selanjutnya tetap menarik ya Thor..tidak terjebak dg gaya novel lainnya yg terlalu ekstrim, banyak pelakor, mertua jahat, suami kejam dsb😘😘
go...semangat