Seorang Jenderal perang yang gagah perkasa, seorang wanita yang berhasil di takuti banyak musuhnya itu harus menerima kenyataan pahit saat dirinya mati dalam menjalankan tugasnya.
Namun, kehidupan baru justru datang kepadanya dia kembali namun dengan tubuh yang tidak dia kenali. Dia hidup kembali dalam tubuh seorang wanita yang cantik namun penuh dengan misteri.
Banyak kejadian yang hampir merenggut dirinya dalam kematian, namun berkat kemampuannya yang mempuni dia berhasil melewatinya dan menemukan banyak informasi.
Bagaimana kisah selanjutnya dari sang Jenderal perang tangguh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Keluarga dan Ancaman
Setelah kencan pertama yang berjalan lancar—dengan bantuan para agen yang nyaris tumbang karena kebucinan Kaelus—hari berikutnya membawa Kirana pada tantangan baru:
Bertemu dengan keluarga Kaelus Moretti.
.
Ketika Kaelus mengajaknya bertemu dengan keluarganya, Kirana hampir menumpahkan teh yang sedang diminumnya.
"Apa?"
Kaelus menatapnya santai. "Aku ingin memperkenalkanmu pada orang tuaku. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan?" Kirana menelan ludahnya. "Kael, keluargamu itu bukan keluarga biasa! Semua orang tahu kalau mereka adalah penguasa di dunia ini! Bahkan, perusahaan Moretti lebih besar dari negara kecil!"
Kaelus tertawa kecil. "Dan menurutmu, mereka tidak bisa bersikap layaknya manusia biasa?"
Kirana tidak yakin.
Sebagai seseorang yang berasal dari keluarga broken home dan tumbuh dalam lingkungan yang keras, dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika dia berdiri di hadapan keluarga Moretti.
Namun, di bawah tatapan tenang Kaelus, dia tahu bahwa tidak ada jalan lain kecuali menghadapi kenyataan.
.
Hari itu, sebuah mobil mewah menjemput Kirana. Dia hampir tidak percaya ketika melihat tempat yang akan ditujunya.
Kediaman keluarga Moretti lebih mirip istana dibanding rumah.
Dikelilingi taman luas, air mancur megah, dan arsitektur klasik yang terlihat lebih mewah dari kastil Eropa, Kirana harus menggigit bibirnya agar tidak kehilangan keseimbangan.
Kaelus, yang melihat kegugupannya, menggenggam tangannya lembut.
"Tenang saja. Mereka tidak akan menggigitmu," ucapnya, mencoba menenangkan.
Kirana hanya bisa menunduk dan mengikuti langkahnya.
Saat pintu besar terbuka, seorang pria tinggi dengan aura mengintimidasi menyambut mereka. Itu adalah Ziad Moretti.
.
Ziad Moretti, ayah Kaelus, bukan sembarang pria.
Dia adalah legenda di dunia bawah tanah dan dunia bisnis.
Dingin, tegas, dan penuh perhitungan—itulah yang dikatakan banyak orang tentangnya.
Namun, saat ini…
Ziad hanya berdiri di sana, menatap Kirana dengan mata tajamnya.
Kirana menelan ludah. "Se-selamat sore, Tuan Moretti," ucapnya gugup.
Ziad tidak langsung menjawab. Dia menatapnya dari ujung kepala hingga kaki, seakan sedang menilai apakah gadis ini layak berdiri di rumahnya.
Saat Kirana merasa ingin menghilang ke dalam tanah, suara lain terdengar dari belakang Ziad.
"Apa kau menakut-nakuti gadis itu, sayang?"
Seorang wanita cantik melangkah maju.
Dengan rambut hitam panjang dan mata emas yang tajam, Alessia Moretti benar-benar memancarkan aura seorang ratu.
Namun, berlawanan dengan ekspresi dingin Ziad, Alessia justru tersenyum ramah.
"Kirana, kan?" Alessia mendekat dan menggenggam tangannya dengan lembut. "Aku sudah sering mendengar namamu dari Alice."
Kirana berkedip. "Alice?"
Alice, adik Kaelus, tiba-tiba muncul dari balik sofa dan melambaikan tangan dengan ceria.
"Tentu saja! Kau pikir aku tidak akan membicarakan sahabatku sendiri?"
Melihat itu, Kirana mulai merasa sedikit lebih tenang.
.
Saat makan malam dimulai, Kirana berusaha menjaga sopan santunnya sebaik mungkin.
Namun, dia tidak menyangka bahwa keluarga ini…
Benar-benar harmonis.
Ziad dan Alessia tidak bersikap seperti raja dan ratu yang menjaga jarak dengan anak-anaknya.
Sebaliknya, mereka terlihat seperti orang tua biasa yang mencintai keluarganya.
Ziad, yang sebelumnya tampak dingin, kini berbicara dengan lembut kepada Alessia.
Alessia sendiri lebih banyak bercanda dengan Alice, sementara Kaelus hanya menggelengkan kepala setiap kali adiknya membuat ulah.
"Aku tidak menyangka keluarga kalian seharmonis ini," Kirana akhirnya mengutarakan pikirannya.
Alessia tersenyum. "Orang-orang suka membesar-besarkan cerita. Memang benar kami bukan keluarga biasa, tapi itu tidak berarti kami tidak bisa memiliki kehidupan yang normal."
Ziad menatap Kaelus. "Dan kau akhirnya membawa seorang gadis ke rumah, Kael?"
Kaelus hanya tersenyum tanpa berkata apa-apa.
Namun, Alice yang duduk di sebelahnya justru memukul lengannya pelan.
"Kael, kau tidak mau mengatakan sesuatu?"
Kaelus menatap Kirana dengan tenang.
Kemudian, di depan keluarganya, dia berkata dengan suara yang tegas, "Aku mencintai Kirana."
Semua mata langsung tertuju pada Kirana.
Gadis itu membeku di tempat.
Alice menahan napas, Alessia tersenyum penuh arti, dan Ziad mengangkat alisnya.
Dan Kirana?
Pipinya langsung memerah.
Dia hampir tersedak sup yang sedang diminumnya.
"A-apa?"
Kaelus tetap menatapnya dengan serius.
"Aku mencintaimu, Kirana. Dan aku ingin mereka tahu itu."
Kirana tidak tahu harus berkata apa.
Namun, sebelum dia bisa merespons, suara Alice terdengar.
"Awww! Akhirnya!"
Sementara itu, Alessia menatap Ziad dan berkata pelan, "Lihat? Anak kita sudah besar."
Ziad hanya menghela napas panjang.
"Jangan membuatku merasa tua, sayang."
.
Malam itu, Kirana meninggalkan rumah keluarga Moretti dengan hati yang penuh.
Dia tidak hanya diterima oleh mereka…
Dia juga mendapatkan kepercayaan dan kasih sayang mereka.
Dan yang paling penting, dia kini tahu satu hal dengan pasti:
Kaelus Moretti benar-benar mencintainya.
Tidak ada lagi keraguan.
Tidak ada lagi ketakutan.
Hanya ada perasaan yang semakin kuat di dalam hatinya.
Dan mungkin… hanya mungkin…
Dia juga mulai merasa bahwa keluarga ini bisa menjadi tempatnya yang baru.
.
Setelah hari yang penuh kebahagiaan di kediaman keluarga Moretti, Kirana merasa seperti dunia akhirnya mulai berpihak padanya.
Dia mendapatkan tempat yang aman. Dia memiliki orang-orang yang peduli padanya. Dan yang lebih penting—Kaelus Moretti mencintainya.
Namun, kebahagiaan itu tak bertahan lama.
Sebuah ancaman dari masa lalu datang kembali, mengguncang dunianya yang baru saja mulai stabil.
.
Sore itu, Kirana sedang menikmati teh di balkon apartemen pribadinya—yang tentu saja disediakan oleh Kaelus.
Senyumnya masih tersisa dari kejadian kemarin. Dia hampir tidak percaya bahwa dia benar-benar diterima di keluarga Moretti.
Namun, kebahagiaan itu terhenti ketika ponselnya bergetar.
Nomor tak dikenal.
Kirana mengerutkan kening.
Biasanya, dia akan mengabaikan panggilan seperti ini, tetapi entah mengapa, ada sesuatu yang membuatnya menekan tombol hijau.
Saat dia mengangkatnya, suara yang sangat familiar menyapanya dengan nada penuh kebencian.
"Dasar anak tidak tahu diri! Kau pikir bisa kabur begitu saja?"
Darah Kirana langsung membeku.
Suara itu…
Suara perempuan yang telah menyiksanya bertahun-tahun.
Suara yang telah membuatnya hidup dalam ketakutan.
Bibinya.
"Kau… Kau mau apa?" Kirana mencoba menjaga suaranya tetap tenang.
Tapi bibinya tertawa dingin. "Aku ingin hakku, Kirana."
Kirana menggenggam ponselnya erat. "Hak apa? Aku sudah pergi dari rumahmu. Aku sudah tidak ada hubungannya lagi denganmu!"
"Oh, kau pikir bisa pergi begitu saja? Kau lupa sesuatu, bukan?"
Hati Kirana mencelos.
Makam orang tuanya.
.
"Tanah tempat orang tuamu dimakamkan adalah milikku!" suara bibinya semakin tajam. "Dan aku bisa melakukan apa pun yang aku mau!"
Kirana merasa napasnya tertahan.
"Ja-jangan… Jangan sentuh makam mereka!"
Bibinya tertawa. "Oh? Jadi kau peduli?"
Tangan Kirana mulai gemetar.
Bibinya tidak hanya jahat, dia juga kejam dan licik.
Dan yang lebih buruk lagi—dia benar-benar mampu melakukan apa pun demi keuntungan pribadinya.
"Apa yang kau mau?" Kirana akhirnya bertanya dengan suara pelan.
"Apa yang aku mau?" Bibinya menghela napas dramatis. "Putraku, kau ingat, kan? Anak kesayanganku yang kau tinggalkan begitu saja?"
Kirana menggigit bibirnya.
Anak yang dia maksud adalah sepupunya yang kecanduan judi online dan sudah berkali-kali menghabiskan uang keluarga mereka.
"Dia sedang mengalami kesulitan keuangan," lanjut bibinya. "Dan aku pikir… kau bisa membantunya, bukan?"
Jantung Kirana semakin berdegup kencang.
"Bantu dia?" Kirana hampir tertawa pahit. "Kau bercanda? Aku bahkan tidak punya uang sebanyak itu!"
"Benarkah?" suara bibinya semakin dingin. "Seorang gadis yang kini hidup nyaman di apartemen mewah, mengenakan pakaian mahal, dan bergaul dengan keluarga Moretti… Kau pikir aku bodoh?"
Kirana menggigit bibirnya.
Bibinya pasti sudah menyelidikinya.
"Tiga hari, Kirana," suara itu kini penuh ancaman. "Kalau kau tidak mengirimkan uang yang kuminta, aku akan menggali makam orang tuamu dan membuangnya entah ke mana."
Mata Kirana langsung memanas.
"KAU TIDAK AKAN BERANI!" teriaknya.
Tapi bibinya hanya tertawa. "Kita lihat saja nanti."
.
Setelah panggilan itu berakhir, Kirana terduduk lemas di sofa.
Tangannya masih gemetar.
Matanya berkaca-kaca.
Dia tidak tahu harus berbuat apa.
Tapi satu hal yang pasti—dia harus mendapatkan uang itu, bagaimanapun caranya.
Tanpa sadar, dia tidak menyadari bahwa seseorang telah memperhatikannya sejak tadi.
Kaelus.
Kaelus, yang baru saja masuk ke apartemennya tanpa suara, melihat segalanya.
Dia melihat bagaimana wajah Kirana berubah menjadi pucat.
Dia melihat bagaimana tangan Kirana gemetar setelah menerima telepon.
Dan dia melihat ketakutan di mata gadis itu. Kaelus tidak langsung berbicara.
Dia hanya mendekati Kirana dengan perlahan dan duduk di sampingnya.
"Siapa yang meneleponmu?" suaranya terdengar tenang, tetapi ada nada berbahaya di baliknya.
Kirana tersentak. Dia tidak menyadari bahwa Kaelus ada di sana.
"Aku…" Kirana menelan ludahnya. "Bukan siapa-siapa." Kaelus menatapnya dalam.
Kirana mencoba tersenyum, tetapi Kaelus bisa melihat dengan jelas bahwa itu adalah senyum palsu.
"Jangan bohong padaku," suaranya lebih dalam sekarang.
Kirana menggigit bibirnya. Dia ingin mengatakan semuanya. Dia ingin meminta bantuan Kaelus.
Tapi… Dia tidak bisa.
Ini adalah masalahnya. Ini adalah keluarganya.
Dia tidak bisa membebani Kaelus dengan masalah ini. Jadi, dia hanya menggeleng. "Aku baik-baik saja, Kael."
Namun, saat dia mencoba berdiri, Kaelus menarik tangannya dan menahannya di tempat.
"Jangan mencoba menyembunyikan sesuatu dariku, Kirana," ucapnya dengan suara lembut, tetapi tegas.
Mata Kirana mulai berkaca-kaca. Kaelus adalah satu-satunya orang yang benar-benar peduli padanya.
Tapi dia tidak bisa melibatkan Kaelus dalam masalah ini. Jadi, dengan suara pelan, dia hanya berkata, "Aku harus menyelesaikan ini sendiri."
Namun, yang tidak dia sadari adalah—Kaelus Moretti bukan tipe pria yang akan tinggal diam.
Dia akan mencari tahu. Dan siapapun yang berani mengancam Kirana…
Akan menyesal seumur hidup.