NovelToon NovelToon
Takdir Di Balik Duka

Takdir Di Balik Duka

Status: tamat
Genre:Poligami / CEO / One Night Stand / Janda / Ibu Pengganti / Diam-Diam Cinta / Menikah Karena Anak / Tamat
Popularitas:5.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Mommy Ghina

“Silakan pergi dari mansion ini jika itu keputusanmu, tapi jangan membawa Aqila.” ~ Wira Hadinata Brawijaya.

***

Chaca Ayunda, usia 21 tahun, baru saja selesai masa iddahnya di mana suaminya meninggal dunia karena kecelakaan. Kini, ia dihadapi dengan permintaan mertuanya untuk menikah dengan Wira Hadinata Brawijaya, usia 35 tahun, kakak iparnya yang sudah lama menikah dengan ancaman Aqila—anaknya yang baru menginjak usia dua tahun akan diambil hak asuhnya oleh keluarga Brawijaya, jika Chaca menolak menjadi istri kedua Wira.

“Chaca, tolong menikahlah dengan suamiku, aku ikhlas kamu maduku. Dan ... berikanlah satu anak kandung dari suamiku untuk kami. Kamu tahukan kalau rahimku bermasalah. Sudah tujuh tahun kami menikah, tapi aku tak kunjung hamil,” pinta Adelia, istri Wira.

Duka belum usai Chaca rasakan, tapi Chaca dihadapi lagi dengan kenyataan baru, kalau anaknya adalah ....



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29. Rahasia Wira

Tanpa pikir panjang, Wira segera bertindak. Sebagai seorang dokter, ia langsung mengecek nadi dan tekanan darah Chaca, lalu memberi arahan pada perawat yang sigap membantu. Sementara itu, Bik Rahma segera meraih Aqila yang mulai menangis karena melihat mamanya terkulai lemas.

Beberapa detik kemudian, tim medis tambahan bergegas masuk ke dalam ruangan. Wira dengan cekatan memeriksa kondisi Chaca, memastikan ia mendapatkan pertolongan yang diperlukan. Ia hanya bisa berusaha sebaik mungkin, meskipun hatinya diliputi kepanikan dan kesedihan.

Mama Maryam menggenggam tangannya erat, berusaha menenangkan putranya. "Wira, sudahlah. Kalau kamu benar-benar peduli dengan  Chaca, kamu harus mendengarkan keinginannya. Jangan paksa dia terus hidup dalam ketakutan. Ingat, ada Adelia juga istrimu.”

Wira mengatupkan rahangnya, menahan emosi yang hampir meledak. Ia tahu, ia telah gagal menjaga wanita yang ia nikahi dengan niat tulus. Tetapi, membiarkan Chaca pergi? Itu bukan pilihan yang ingin ia ambil.

Namun, melihat tubuh lemah Chaca yang kini terbaring di ranjang, ia mulai bertanya-tanya—apakah tetap mempertahankannya hanya akan membuat wanita itu semakin menderita?

Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, Wira akhirnya menarik napas dalam dan berbisik, "Aku akan melakukan apa yang terbaik untukmu, Chaca. Namun, apakah harus dengan cara melepaskanmu?”

***

Usai memastikan keadaan Chaca stabil, meski belum siuman, pria itu memilih menenangkan diri. Wira duduk di kursi ruang kerjanya dengan tubuh terasa berat. Hatinya dipenuhi kebimbangan, pikirannya berkecamuk, berusaha memahami apakah benar menceraikan Chaca adalah pilihan terbaik. Dalam kebimbangan tersebut, ia menatap laci yang selama ini terkunci selama dua tahun, tidak pernah ia buka. Tapi kali ini ia membukanya. Dan mengeluarkan isi yang ada di dalam laci tersebut. Tangannya menggenggam album foto yang baru saja ia keluarkan dari laci yang selama ini terkunci rapat.

Ia membuka lembar pertama album itu, dan di sana terpampang foto Chaca yang terbaring lemah di meja operasi. Saat itu, ia sendiri yang melakukan operasi untuk menyelamatkan nyawa wanita yang kini telah menjadi istrinya. Mata Wira mulai berkaca-kaca. Ia masih ingat betul bagaimana ia bertarung dengan waktu, memastikan bahwa Chaca dan bayi yang dikandungnya bisa bertahan hidup. Karena pada saat itu kondisi Chaca mengalami pendarahan karena terjatuh di dorong Ezzar kala itu.

Dengan tangan gemetar, ia membalik halaman berikutnya. Ada foto seorang perawat yang tengah menyerahkan bayi mungil berkulit merah kepadanya. Ia sendiri yang mengazankan dan iqomah bayi cantik itu di telinganya.

"Putri kecilku, Kesayangan Papa," tulisannya di balik foto tersebut. Wira terisak pelan, menahan rasa sesak yang semakin menyesaki dadanya.

Ia meletakkan album itu di pangkuannya dan meraih map yang berada di dalam laci. Perlahan, ia membuka isinya. Sebuah kertas putih dengan kop rumah sakit terlihat, bertuliskan hasil tes DNA. Hasilnya jelas: Aqila 99% adalah anak kandungnya. Ia menghela napas panjang, dan hatinya semakin terasa berat.

Wira kembali menelusuri lembaran itu dengan jari, seolah ingin memastikan bahwa ia benar-benar membaca dengan benar. Matanya memanas. Bagaimana bisa ia membiarkan keluarga kecilnya hancur begitu saja? Ia tidak bisa kehilangan Chaca. Ia tidak bisa kehilangan Aqila.

Di tengah kebisuan ruangan itu, Wira bergumam lirih, "Bagaimana bisa aku melepaskan mereka? Aku mencintai mereka ... aku mencintai Chaca dan putri kecilku."

Air matanya jatuh, membasahi kertas di tangannya. Ia menyadari bahwa ia telah gagal melindungi Chaca. Rasa bersalah membanjiri hatinya. Bagaimana ia bisa meminta Chaca untuk tetap bersamanya jika wanita itu merasa terancam? Jika keberadaannya justru membawa ketakutan, bukan perlindungan?

"Chaca ... aku harus bagaimana?" gumamnya pelan, tatapannya kosong menatap kembali album foto yang sangat berharga baginya.

Sementara itu, di ruang rawat inap, Chaca mulai menunjukkan tanda-tanda kesadaran. Perlahan, matanya bergerak, kelopak matanya berkedip lemah. Mama Maryam segera menyadari hal itu dan menggenggam tangan Chaca lebih erat.

"Chaca, Sayang ... kamu sudah sadar?" Suara lembut Mama Maryam menyapa.

Chaca mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya melihat wajah orang-orang di sekitarnya. Ia terlihat lega saat menyadari tidak ada suaminya. Bibirnya sedikit terbuka, suaranya hampir tak terdengar, "Aqila ...?"

Dengan cepat, Bik Rahma membawa Aqila mendekat. "Mama ... Mama!" seru bocah itu dengan suara ceria, meski wajahnya masih terlihat khawatir.

Chaca tersenyum lemah dan berusaha mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah putrinya. "Mama di sini, Sayang ...."

Mama Maryam mengusap rambut Chaca dengan lembut. "Kamu harus istirahat dulu, Nak. Kami semua ada di sini untukmu. Kalau kamu perlu sesuatu katakan pada Mama, ya.”

Salah satu perawat yang kembali mengecek keadaan Chaca, langsung ke ruangan Wira untuk memberitahukan kondisi wanita itu.

“Saya akan segera ke sana,” ujar Wira, ia beranjak dari duduknya dan menaruh album dan map file di atas meja kerjanya, dan bergegas kembali ke ruang rawat inap Chaca.

***

Selisih beberapa menit, Papa Brawijaya melangkah masuk ke ruang kerja Wira yang pintunya tak tertutup rapat. Ia baru saja mendapat telepon dari Gio- papanya Adelia yang meminta penjelasan soal masalah rumah tangga putrinya dan Wira. Namun, saat ia hendak menemui Wira, ruang itu tampak kosong.

Terpaksa Ia kembali keluar dan menutup pintu, tetapi sesuatu di atas meja kerja Wira menarik perhatiannya.  Alisnya berkerut saat melihat album foto dan sebuah map file terbuka di atas meja. Dengan ragu, ia kembali masuk dan melangkah mendekat. Tangannya perlahan meraih album foto yang terbuka pada halaman pertama.

Matanya membulat saat melihat gambar seorang wanita terbaring lemah di meja operasi. Wira sendiri yang berada di sana, mengenakan seragam dokternya. Mata Papa Brawijaya menajam saat membaca catatan kecil di balik foto itu. Ia membalik beberapa halaman berikutnya, hingga sampai pada foto seorang bayi mungil dalam gendongan Wira.

Tangannya semakin gemetar saat melihat tulisan di balik foto itu.

"Putri kecilku, Kesayangan Papa."

Kerongkongannya terasa kering. Napasnya tersengal saat ia meletakkan album itu dan meraih map file di sampingnya. Jantungnya berdegup kencang ketika melihat hasil tes DNA yang tertera di lembaran pertama.

"Aqila ... 99% anak kandung Wira," gumamnya pelan.

Ia terduduk di kursi dengan tubuh lemas. Matanya menatap kosong ke arah dokumen di tangannya. "Jadi, Aqila bukan anak Ezzar? Selama ini, aku salah paham?"

Pikiran Papa Brawijaya berputar cepat. Jika Aqila adalah anak Wira, maka itu berarti kejadian tiga tahun lalu tidak seperti yang selama ini ia yakini. Ia menelan ludah dengan susah payah, mengingat kembali segala kejadian di masa lalu. Lalu, jika bukan Ezzar yang memperkosa Chaca ....

Darahnya mendidih saat menyadari kesimpulan yang tak terbantahkan.

"Berarti ... tiga tahun lalu, yang memperkosa Chaca bukan Ezzar, tapi ... Wira? Kakaknya sendiri?" tebak Papa Brawijaya, suaranya nyaris tak terdengar, tetapi nadanya penuh keterkejutan.

Ia merasa dadanya sesak. Tangannya mengepal, mencengkeram map file itu dengan kuat. Kecurigaannya selama ini akhirnya terjawab, tetapi ia sama sekali tak menyangka kebenarannya akan seburuk ini.

Bersambung .... ✍️

Terjawab sudah siapa papa Aqila yang sebenarnya ya 😁

1
ummu_albyaz
part terbaik novel ini👍
sukses buat karya nya mom🥰
Ipehmom Rianrafa
Lumayan
Ipehmom Rianrafa
mksh Thor 💪💪💪
Reni Setia
makasih author unruk novelnya
Maria Ulfa
kenapa kata" nya banyak yg mengandung klu ngak mengantung kata" nya di potong lagi belajar bikin novel kah
Mommy Ghina: tolong ajari kalau begitu, Kak
total 1 replies
Nisa Nisa
di paragraf atas kata Farhan dulu ingin mengatakan sesuatu tp krn kamu memilih Wira jadi aku diam. sekarang melihat kamu disakiti. bla bla yg artinya Farhan tdk pernah mengatakan perasaannya.
paragraf berikut tahu tahu Adelia tdk mengira Farhan msh menyimpan perasaan yg dulu sering diutarakannya.
ini kok jd plin plan
Nisa Nisa
jangan lupa dari adiknya yg bahkan tdk tahu kebenaran sampai ajalnya
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
baca kedua kali nya baru ngeh kalo nama suami nya caca beda beda di bab awal nama nya ezzar di sini azzer ya 😅
Mommy Ghina: kayaknya Typo Kak, yang benar Ezzar
total 1 replies
Nisa Nisa
jahat banget.. sakit hati dituding istri mandul membuktikan pada gadis yg tak tahu apa-apa. Lalu setelahnya sembunyi dasar pengecut tengik
Maryam Renhoran
Mksih yaa Thor ceritanya bkin penasaran jdi ngebut bacanya sampai selesai n happy ending...🙏🥰
Mommy Ghina: makasih kembali
total 1 replies
Emi Wash
kayaknya wira diam2 mencintai caca tp keduluan ezar
Nisa Nisa
gk pantas ada istilah hati lelaki busuk itu remuk. Bahkan saat memaksa menikahi Chaca pun dia masih digbr author menatap sinis penuh kebencian. jd ngaku cinta bagaimana alur ceritanya
Nisa Nisa
aku kok makin sebal sama mama Maryam
Nisa Nisa
mama Maryam.. simulut pedas yg arogan.. ternyata anak kebangganmu penjahatnya. Bagaimana rasanya? oh tdk akan tahu rasanya chaca krn kamu kaya raya
Nisa Nisa
tidak perlu berniat kalau urusan nekat begitu.
Dan waktu 3 tahun tetap saja kamu pengecut dan munafik bahkan mengorbankan adik sendiri
Nisa Nisa
dokter hanya gelar tp sifatnya gk ada bagus bagusnya. sdh lah memperkosa lalu memfitnah adik sendiri. Lalu pura-pura muncul jadi malaikat. pengecut, munafik dan arogan.
Nisa Nisa: cinta? manusia laknat spt itu mana kenal cinta, semua hanya utk kepuasan diri.
Bahaya utk pasien-pasien nya
total 1 replies
Vera Wilda
Terima kasih Thor ❤️❤️
Mommy Ghina: makasih kembali
total 1 replies
Vera Wilda
Akhirnya berbuka wira ya Thor 😁😁
Vera Wilda
Masih belum aman ya Thor 😁
Sur Tini
cerita mommy gina sangat menarik, saya suka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!