Pengkhianatan yang di lakukan Mike, membawa Aleena bertemu dengan seorang pria tampan yang tidak di kenalnya sama sekali di sebuah club mewah yang berada di pusat kota London.
Minuman alkohol yang di teguk Aleena malam itu benar-benar mempengaruhi dirinya. Gadis polos itu seketika menjadi liar bahkan dengan berani merayu pria yang saat itu berada di dekatnya.
Pria tampan pemilik rahang tegas itu terlihat semakin gelisah, ketika merasakan aliran panas tubuhnya tidak wajar. Terlebih gadis muda pemilik wajah cantik dengan rambut warna karamel bergelombang indah itu merayunya dengan gerakan begitu seksi.
Dalam keadaan setengah sadar Aleena menyerahkan tubuhnya pada pria asing yang tidak di kenalnya sama sekali.
Keduanya menghabiskan malam panas dengan liar layaknya pasangan yang sedang di mabuk cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMARAH SEAN
Sean membanting keras pintu mobil sport yang di kendarainya. Ia memarkir secara sembarangan di club malam milik Evans teman baiknya.
Tidak ada yang berani menegur laki-laki itu. Keamanan di sana sangat tahu siapa Sean. Terutama ia teman baik bos mereka.
Sean melempar kunci mobilnya pada salah satu penjaga. Kemudian langsung berlalu pergi.
Saat di lorong Sean berpapasan dengan Levine, asisten Evans.
"Selamat malam tuan Sean", sapanya ramah.
"Di mana atasan mu?"
"Tuan Evans ada di ruangannya bersama tuan Justin dan–"
"Hm...
Sean langsung pergi, tanpa mendengarkan kalimat terakhir Levine. Pemuda itu hanya menggaruk kepalanya menatap punggung lebar teman baik bos-nya itu.
"Klik..
"Kalian berdua ini memang bajingan menjijikan!"
Suara Sean terdengar menggelegar memenuhi ruangan kerja Evans. Sean menatap tajam kedua temannya yang sedang bercumbu dengan seorang wanita muda di sofa berukuran besar di ruangan itu.
Evans dan Justin tampak jengah melihat kehadiran Sean yang tidak tepat waktu. Mengganggu kesenangan mereka saja.
"Pergi kau", perintah Sean pada wanita seksi yang tengah berada di tengah antara Evans dan Justin.
Wanita itu menatap Evans, karena laki-laki itu yang punya kuasa di tempat ini. Evans menganggukkan kepalanya. Menandakan memerintahkan gadis itu pergi. Sementara Justin meneguk Vodka hingga tandas.
"Kau ini mengganggu kesenangan kami saja, Sean", ketus Evans.
"Kau itu menjijikan. Sangat menjijikkan!", balas Sean dengan tatapan tajam menatap Evans.
Sean melempar buku yang ada di atas meja kerja Evans, ke wajah temannya itu. Tidakan Sean jelas membuat kaget Evans dan Justin. Spontan keduanya berdiri.
"Kau ini apa-apaan Sean, datang-datang emosi begini. Kau lupa tempat ini milik Evans", seru Justin tersulut melihat tingkah Sean.
Sean tidak perduli, ia melangkah cepat dan mendorong keras tubuh Evans hingga terduduk kembali. "Aku muak dengan kelakuan mu. Apa maksud mu menjebak ku dengan wanita itu semalam, hah? Kau mau bermain-main dengan ku, brengsek!"
"Wanita? Wanita mana yang kau maksud?". Evan balik bertanya dengan mimik wajah bingung. Ia bertukar pandang dengan Justin yang masih berdiri.
Sean mengepalkan jemari tangannya. Emosi benar-benar sudah sampai di ubun-ubun. "Kau memasukkan obat ke dalam minuman ku kan?!"
Sean hendak melayangkan bogem mentah ke wajah Evans namun cepat di tarik Justin. Sebelum semuanya kacau.
Bahkan Evans spontan mengambil bantal kursi untuk menutupi wajahnya. Ia tidak menyangka Sean serius menyerang nya.
"Aku memang memasukkan obat kedalam minuman mu, supaya kau mau tidur dengan salah satu wanita yang aku pilih untuk mu semalam. Nyatanya kau kan menolak. Kau lihat sendiri, aku dan Justin pergi dengan wanita kami", seru Evans beralasan.
Sean kian menghunuskan pandangannya pada Evans. "Kau lihat betapa brengsek nya teman baik mu ini Justin. Dia sengaja menjebakku!".
"Sudahlah Sean jangan seperti anak kecil. Kan tidak terjadi apa-apa pada mu. Kau baik-baik saja", ucap Justin menenangkan Sean.
"Kau salah. Akibat perbuatan bajingan ini aku meniduri wanita lain. Akibat minuman itu aku tidur dengan wanita asing yang membuatku seharian ini memikirkannya", tungkas Sean sambil mendudukkan tubuhnya di sebuah sofa di hadapan Evans.
"Gadis itu masih virgin dan aku tidak memakai pengaman. Kalian tahu aku tidak mau terlibat skandal yang merusak nama baik ku kedepannya nanti", ucap Sean kesal.
"Kau harus bertanggung jawab jika wanita itu menuntut ku!", hardik Sean menunjuk wajah Evans dengan emosi membara.
Evans terdiam di tempatnya. Ia bertukar pandang dengan Justin yang juga terdiam di posisi nya.
Tidak bisa di pungkiri, semua yang terjadi pada Sean memang salahnya. Dan ia tahu betul bagaimana Sean dalam menjaga nama baiknya.
...***...
To be continue