Gilda terbangun di tempat yang berbeda dengan tubuh dan rupa yang berbeda juga. Tubuh tokoh antagonis dari novel yang dibacanya. Seorang wanita bernama Scarlett tak henti-hentinya mengejar pria yang menjadi kekasih saudara tirinya. Felix, pria tampan dan berkharisma yang selalu dipuja oleh kaum hawa. Ia melakukan semua cara agar bisa merebut pria itu dari saudara tirinya mulai dari mengancam hingga melukai saudara tirinya. Bahkan di akhir cerita Scarlett mati terbunuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6: Dugaan Gilda
Gilda menginap di rumah keluarga Frank. Awalnya ia ingin pulang, namun Frank belum kembali sejak tadi siang. Heidi meminta Gilda untuk menginap di rumah mereka. Gilda tidak enak hati jika menolaknya, hingga akhirnya ia menyetujuinya. Heidi juga sudah meminta izin pada Belle. Heidi juga mengundang kedua orang tua Gilda untuk berkunjung ke rumah mereka besok pagi, sekaligus membahas pernikahan Frank dan Gilda.
Di kamarnya, Gilda menghubungi nomor Frank berharap kali ini pria itu mengangkatnya. Bahkan pesan yang dikirimnya tidak dibalas oleh kekasihnya itu.
"Kenapa dia tidak mengangkat panggilan ku," gumam Gilda.
"Sepertinya temannya lebih berharga dari ku," Gilda kesal membanting ponselnya di atas kasurnya. Seketika ia terdiam sejenak. Entah apa yang ada di dalam pikirannya.
"Apa mungkin Frank berbohong soal temannya yang kecelakaan itu?" Gilda mulai menerka-nerka. Sejak Lucy mengirimkan foto mesra Frank dengan seorang wanita kemarin, rasa percaya Gilda pada Frank mulai berkurang.
"Atau sekarang dia sedang bersama wanita itu," gumam Gilda. Wanita itu mengepalkan tangannya menahan amarahnya.
"Jika itu terjadi, maka aku tidak akan pernah memaafkannya. Aku akan menghancurkan mereka," ucap Gilda tidak ingin menurunkan harga dirinya.
Drrrt....drrrrtt...drrtttt...
Ponsel Gilda bergetar. Pertanda sebuah pesan masuk. Dia mengabaikannya karena sedang marah. Tak lama kemudian ponselnya berdering. Seseorang memanggilnya. Gilda membalik ponselnya dan melihat nama Frank tertera di layar ponselnya.
Dengan cepat tangannya menekan lambang telepon berwarna hijau. Padahal ia sedang marah dan seharusnya tidak menjawabnya. Namu alam bawah sadarnya memintanya untuk mengangkat panggilan itu.
"Sayang.. maafkan aku karena tidak menjawab panggilan mu. Aku____"
Seolah tersadar, Gilda langsung mengakhiri panggilannya.
"Apa kamu gila Gilda. Seharusnya kamu tidak mengangkatnya tadi.." Gilda menggerutu lalu menonaktifkan ponselnya.
Gilda merebahkan tubuhnya di atas ranjang, menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia lebih memilih tidur saja. Lihat saja, ia akan membalas Frank besok.
********
Ceklek....
Pintu kamar yang di tempati Gilda terbuka. Suara derap langkah kaki terdengar begitu nyaring memasuki kamar dengan pencahayaan yang temaram itu.
"Huh..." Frank menghela nafasnya. Ia baru saja kembali ke rumah. Dan sekarang jam di dinding sudah menunjukkan pukul 4 pagi.
"Apa dia tidak sesak tidur seperti itu," batin Frank melihat selimut menutupi seluruh tubuh Gilda. Perlahan tangannya bergerak menurunkan selimut yang dipakai Gilda hingga sebatas dada. Gilda yang merasakan selimutnya di tarik membuka kedua matanya dan terkejut melihat Frank berdiri di sampingnya.
"Oh maaf.. aku membangunkan mu," ucap Frank merasa bersalah. Gilda tidak menggubrisnya. Ia lebih memilih mengubah posisi tubuhnya hingga membelakangi Frank.
Gilda sedang marah padanya. Frank sudah menduganya. Ia siap menerima hukumannya. Iya yakin Gilda akan mendiaminya setelah ini.
"Aku tau kamu marah, aku minta maaf karena sudah membuat mu marah. Aku meninggalkan ponselku di dalam mobil," kata Frank duduk di tepi ranjang.
"Pasti teman mu itu sangat penting untuk mu. Bahkan lebih penting dari ku hingga kamu bisa mengabaikan ku," ucap Gilda.
"Hilangkan pikiran buruk mu itu sayang.." kata Frank mengangkat kedua kakinya ke atas ranjang.
"Apa teman mu itu perempuan?" tanya Gilda.
"Tidak," jawab Frank. Dan itu membuat Gilda sedikit lega. Semoga saja Frank tidak berbohong padanya.
"Kembali lah ke kamar mu, kamu mengganggu tidur ku," ucap Gilda menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.