NovelToon NovelToon
Gadis Penjual Jamu Dan Tuan Impoten

Gadis Penjual Jamu Dan Tuan Impoten

Status: tamat
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Anak Genius / Anak Kembar / Disfungsi Ereksi / Tamat
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Pena Remaja01

Daniel Van Houten—seorang mafia berdarah dingin, kejam, dan disegani. Tak pernah membayangkan akan menerima vonis memalukan dari dokter: ia didiagnosis impoten. Tapi Daniel bukan pria yang mudah menyerah. Diam-diam, ia mengirim orang kepercayaannya untuk mencari gadis polos nan perawan, dengan harapan bisa menghidupkan kembali gairah yang lama padam.

Sampai pada suatu malam, harapannya terjawab. Seorang gadis berlesung pipi, polos dan menawan, berhasil membangkitkan sisi pria yang sempat hilang dalam dirinya. Namun karena sikap arogan dan tempramental Daniel, gadis itu justru ketakutan dan melarikan diri tanpa jejak.

Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kali ini, gadis itu tak datang sendiri—ia membawa tiga anak kecil yang menggemaskan, penuh keberanian, dan... sangat mirip dengan Daniel.

---------

"Unda angan atut, olang dahat na udah tami ucil, iya tan Ajam?" – Azkia "Iya, tadi Ajam udah anggil pak uci uat angkap olang dahat na." – Azam "Talau olang d

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 Go to Bali

"Olang dahat angan malahin Unda!" seru Azkia. Begitupun Azam dan Azura mereka sama-sama melayangkan tatapan tidak suka pada Daniel.

"Unda angan atut, talau olang dahatnya malahin Unda, nanti tami ukul. Iya kan Ajam!" imbuh Azkia.

"Iya, anti Ajam ilang Pak Uci, bial olang dahat di tembak," imbuh Azam.

Daniel menatap Udin yang mesam-mesem sendiri.

"Apa yang di pikirkan makhluk jadi-jadian itu? Sialan! Jangan-jangan dia memikirkan kejadian malam tadi," batin Daniel, geli hatinya melihat Udin yang mesam-mesam. "Aku ingin bicara dengan kau!" katanya tegas.

Udin semakin tersipu malu, ia menoleh pada Ayang sambil menutup mulut dengan satu tangan.

"Aku tunggu kau di luar!" Daniel pun berlalu dari ruangan itu.

Udin ikut berdiri. "Aya, aku keluar sebentar ya."

Ayang mengangguk.

"Pipi mau kemalna?" tanya Azura. Udin yang baru melangkah berhenti.

"Papi keluar sebentar, Kakak, Azam, Adik, tunggu di sini sama Bunda ya? Papi hanya sebentar."

Tanpa menunggu jawaban anak-anak Udin berlalu dari ruangan itu.

Di luar, wajah Udin masih saja mesam-mesem melihat Daniel.

Anak buah Daniel yang melihat itu tak dapat menyembunyikan tawa. Apalagi setelah gosib tentang Daniel memiliki hubungan dengan Udin telah tersebar di kalangan mereka karna kejadian tadi malam.

"Apa yang kalian tertawakan?"

Ruangan itu sunyi mendengar suara bariton Daniel.

"Dan kau!" Tunjuk Daniel tepat mengarah ke wajah Udin. "Berhentilah memasang wajah seperti itu!"

Udin bergelinjak, wajahnya juga berubah cemberut mendengar bentakan Daniel.

"Mau ngapain kamu memanggilku?" tanya Udin jutek, bahkan ia memalingkan wajah dari Daniel.

"Kapan kau akan mengatakan pada anak-anak, kalau aku ini Ayah mereka?"

Udin meliriknDaniel sekilas, lalu kembali berpaling. "Iiih, pelan-pelanlah. Mereka masih kecil, perlu pendekatan. Harusnya kamu itu mendekati mereka dulu. Gak mungkin lansung aku bilang kamu ayah mereka," jawab Udin ketus.

"Bagaimana cara aku mendekati mereka?" tanya Daniel bersungguh-sungguh.

"Ya, mikir sendirilah. Percuma punya wajah, tapi membujuk anak kecil aja gak bisa! Huh!"

Daniel diam menatap para anak buahnya. "Mana Regan? Kenapa dia belum juga datang?"

"Tidak tau Tuan," ucap anak buahnya serempak.

Daniel melepaskan keluhan halus lalu mengeluarkan ponsel dan menelpon orang kepercayaannya itu.

"Kau dimana?"

"Aku tunggu 3 menit dari sekarang."

Setelahnya Daniel kembali memasukkan ponsel ke saku.

"Huh, cuma mendekatkan diri sema anak sendiri aja gak bisa," sinis Udin menggerutu pelan.

"Kau bicara apa tadi?" Daniel menatap tajam pria itu.

"Siapa yang bicara? Aku gak bicara apa-apa!"

Daniel melepaskan keluhan panjang. Andai saja ia tidak membutuhkan pria itu untuk mendekatkan diri ke anak-anaknya, mungkin  sekarang sudah di lemparnya pria itu ke tengah laut.

"Kalau kamu mau, ajak saja mereka pergi berlibur. Gitu aja repot!"

Daniel tersenyum tipis mendengar usul.Udin. "Kau benar, kalau begitu katakan pada mereka, setelah sarapan aku akan mengajak mereka berlibur."

"Memangnya kamu mau ajak mereka kemana?"

"Kemanapun yang mereka mau, kalau perlu keliling dunia."

"Hmm, kalau begitu kita ke Bali aja. Sudah lama aku pengen ketempat itu!"

Mata Daniel memicing melihat pria gemulai itu yang begitu bersemangat. "Siapa yang mengajak kau?"

Udin menekuk wajah. "Ya sudah, kamu aja sendiri yang mengajak mereka. Jangan suruh aku," rungut Udin, lalu menghentakkan kakinya hendak pergi.

"Tunggu!"

"Apa lagi?" tanya Udin sewot tanpa berbalik badan ke arah Daniel.

"Ya, kau boleh ikut!"

Wajah Udin lansung berubah, ia berbalik badan menghadap pada Daniel. "Kamu gak bohong kan?" tanyanya meyakinkan.

Daniel bergedik geli melihat pria itu. Kemudian ia menoleh ke arah gerbang yang terbuka, sebuah mobil yang begitu ia kenali masuk ke dalam pekarangan, diikuti motor empat silinder di belakangnya.

Regan turun dari mobil dan bergegas mendekati Daniel.

"Siapa yang menyuruh kau membawa manusia serakah itu ke sini?" tanya Daniel ketika melihat Dani yang baru turun dari motor

Regan menoleh pada Dani. "Maaf Tuan, saya tidak ada membawanya."

"Seret dia keluar!"

Para anak buah Daniel lansung menarik paksa tangan Dani.

"Eh, lu apa-apaan! Gue kesini mau ketemu Adik dan ponakan Gue. Lu gak berhak melarang gue bertemu mereka! Ay....! Aya...!" teriak Dani keras.

"Sial! Mau manusia serakah itu!" Daniel menoleh ke pintu utama mension, takut jika Ayang dan anak-anak menyaksikan perbuatannya. "Lepaskan dia!" seru Daniel kemudian.

Baru saja tangannya di lepaskan anak buah Daniel, Dani lansung memdekat. "Gue mau ketemu Adik dan ponakan Gue." Setelah mengucapkan itu Dani berjalan tanpa permisi masuk ke dalam mension.

Sementara Udin yang masih berada di sana hanya mesam-mesem melihat Regan yang berdiri tidak jauh darinya. Ketampanan Regan membuatnya berbunga-bunga.

.

.

.

"Ay...! Aya....! Lu dimana?" teriak Dani sembari terus berjalan masuk ke dalam mension.

"Eh, di sini Lu ternyata?" Dani mendekati Ayang yang masih berada di ruang makan.

"Hai, ponakan. Mirip gue banget kalian. Ganteng dan cantik-cantik."

Azkia, Azam dan Azura menatap Dani heran. Masih jelas di ingatan mereka waktu berjumpa Dani sewaktu di Mall.

"Dangan dekat-dekat. Om olang dahat!" Azam menghalangi wajah Dani yang hendak menciumnya.

"Eh, Om ini orang baik. Kalian semua ini keponakan Om. Iya kan Ay?"

Ayang mengangguk ketika Azam, Azkia dan Azura memandang kearahnya. Seberapa pun marahnya Ayang pada saudaranya itu namun ia tidaklah menyimpan dendam.

"Tapi, kemalin Om jahatin Unda.x

"Mana ada Om jahatin Bunda kalian. Om sayang sama Bunda kalian."

"Berhenti kau meracuni otak mereka!" ucap Daniel seraya mendekat.

"Meracuni apa? Ngada-ngada aja Lu. Gua hanya bicara apa adanya," sahut Dani sembari menarik satu kursi di sebelah Azam, lalu duduk di sana. Ia juga mengambil piring ingin ikut sarapan sekali bersama Ayang dan anak-anak.

Daniel menghela nafas panjang, coba mengontrol emosi. Ia tidak ingin ayang dan anak-anaknya takut, jika melihat watak aslinya.

"Unda, Ajam udah kenyang," ucap Azam menolak suapan Ayang.

Dani menoleh pada Ayang. "Dia ngomong apaan Ay?" tanya Dani yang tak mengerti bahasa mereka.

Udin mencebik, lalu bergerak mendekati Azam. "Kalau Azam sudah kenyang, kita main di luar yuk."

"Idih, Papi! Gaya banget Lu banci. Gak ada pantas-pantasnya sama sekali lu di panggil papi. Cocoknya lu di panggil mami." Dani menyela.

"Sewot saja kamu!" dengus Udin kesal sembari menggendong Azam keluar dari ruangan itu.

.

.

.

"Siapa yang mau pergi liburan?" tanya Udin. Saat ini ia, Ayang beserta anak-anak sedang berada di taman yang ada di sekitar mension Daniel.

"Ajam awu! Ajam awu pelgi libul."

"Akak uga awu!"

"Adik uga!"

Azam serta kedua saudaranya yang tengah bermain lansung berlari mendekati Udin.

Udin tersenyum pada Ayang yang memandangnya dengan kening berkerut. "Hehehe...Kasihan mereka kan Ay, selama ini gak pernah pergi liburan," bujuk Udin.

Cukup lama Ayang berpikir sebelum mengangguk.

"Yes!" Udin lansung berdiri dan menggendong Azkia dan Azura. "Ayo, kita siap-siap sekarang, go to Bali." teriak Udin kesenangan.

Ayang menahan pria itu, ia menanyakan apa benar tujuan tempat yang di sebutkannya tadi.

"Aku serius Aya, kita ke Bali. Duh senangnya akhirnya impianku selama ini kesampaian juga. Kamu juga senang kan, Aya?"

Ayang bertambah kebingungan.

"Udah, gak usah banyak mikir. Sebaiknya kita siap-siap sekarang."

.

.

.

"Ayo lah, Ay. Masa kita gak jadi pergi sih? Anak-anak sudah semangat sekali tuh menunggu di mobil," rengek Udin.

Setelah mengetahui Daniel juga ikut berlibur bersama mereka, Ayang mengurungkan niatnya untuk ikut pergi. Mati-matian Udin membujuk, namun Ayang tetap teguh pada pendiriannya.

"Ya sudahlah kalau kamu gak mau."

Ayang menahan tangan Udin yang akan pergi keluar kamar, kemudian menulis sesuatu di kertas. Kak Dini gak marah sama Ayang kan? 

Udin menggeleng. "Ya gak lah, ngapain juga aku marah. Aku mau bawa anak-anak masuk dulu, setelah itu aku mau pergi ke salon sebentar. Kamu gak usah khawatir, dia tidak akan berani mengganggumu."

Ayang tahu, Udin kecewa karna tidak jadu pergi ke Bali. 

Kak Dini, Ayang mau, pergi ke Bali.

Ayang kembali memperlihatkan tulisannya.

"Kamu serius?" tanya Udin antusias.

Ayang mengangguk sekali.

"Yes! Go to Bali!"

_____

1
shena
😍
Kalsum
gawat ayang sepertinya hamil
Mama Mama
tambah ngeselin si dani,ayang nya juga ga bisa ngapa2 in
Ning Suswati
alexandernya punya nyawa cadangan kali y, kok masih hidup
Ning Suswati
kelamaan sih mengungkap siapa sebenarnya pak bambang, dan terus apa hubungannya mereka menyayangi ayang
Ning Suswati
isss dah kesel aja melayani si dani laki2 banci kaleng, gk mau kerja cari duit tambah keenakan dikasih duit tabpa harus jerja, gimana sih
Ning Suswati
jgn2 keluarga tsb sdh lenyak ditelan bumi, oleh tangan2 si paksu
Ning Suswati
memelihara manusia daqjal dan benalu gk tau diri dan bikin masu sampai keurat nadi, laupun sdr sendiri, biarkan dia hidup jadi gelandangan, daniel juga tdk pernah mendidiknya jadi laki2 yg bertanggung jawab, jgn jadi pecundang terus2an dikasih duit
Ning Suswati
sebenarnya di kantor ada acra apa sih, sdh tau banyak musuh sok2an jagoan memboyong anak isteri tanpa pengawal, berkeliaran, gk takut musuh selalu mengintai
Ning Suswati
jadi laki2 gk guna sama sekali, kok bisa2 daniel sabar dg dani selalu memberi uang, tambah ngelunjak aja,
RatuElla11: halo kak, mampir juga yuk kekaryaku "Istri Simpanan Pemuas Tuan Eden."
total 1 replies
Ning Suswati
salah mencari lawan, gk tau aja kalau suami wanita kampung tsb mantan mafia yg baru insyaf
Ning Suswati
hhhhhh dasar naga nya nakal, tuh dengar kata tuannya 🤭🤭🤭🤭
Ning Suswati
dasar saudara gk tau diri, sok2an mau mengakui yg bukan miliknya, syukur ayang bisa tegas dg wanita sok2 kaya, gk tau aja dani si pemalas tukang ngemis dg ipar, sama sekali gk ada harga dirinya, sdh hidup numpang bla bla bla
Ning Suswati
salah sendiri anak kembar tiga sdh tambah lagi brojol dua, gak mau pake baby syster, uang banyak, buat apa coba menyiksa badan, sdh hamil nngurus anak 5 sekaligus di + lagi baby besar, apa gk remuk badan
Ning Suswati
jgn2 tangan dingin daniel yg sdh melenyapkan bu rodiah dan suaminya
Ning Suswati
ayang sdh mulai nakal ni yeee, tapi ubah dong manggil paksu, masa dipanggil tuan sih
Ning Suswati
masa selama nikah ayang gk pernah dikasih uang, gila tu paksu, kerjanya hanya memaksa
Ning Suswati
hhhhh, itu emang yg di tunggu2 paksu, kan sdh halal, gk usah malu2 lah ayang 🤭🤭
Erina Munir
aku udh baca kanjutanya...mskasih ya thoor
RatuElla11: halo kak, mampir juga yuk kekaryaku "Istri Simpanan Pemuas Tuan Eden."
total 1 replies
Ning Suswati
ya semoga saja buka puasanya lancar,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!