NovelToon NovelToon
Tawanan Bos Tampan

Tawanan Bos Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: Teddy_08

Keira Maheswari tak pernah menyangka hidupnya akan berubah begitu drastis. Menjadi yatim piatu di usia belia akibat kecelakaan tragis membuatnya harus berjuang sendiri.

Atas rekomendasi sang kakak, ia pun menerima pekerjaan di sebuah perusahaan besar.

Namun, di hari pertamanya bekerja, Keira langsung berhadapan dengan pengalaman buruk dari atasannya sendiri.

Revan Ardian adalah pria matang yang perfeksionis, disiplin, dan terkenal galak di kantor. Selain dikenal sebagai seorang pekerja keras, ia juga punya sisi lain yang tak kalah mencolok dari reputasinya sebagai playboy ulung.

Keira berusaha bertahan menghadapi kerasnya dunia kerja di bawah tekanan bosnya yang dingin dan menuntut.

Namun, tanpa disadari, hubungan mereka mulai membawa perubahan. Apakah Keira mampu menghadapi Revan? Atau justru ia akan terjebak dalam pesona pria yang sulit ditebak itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teddy_08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11. Syarat dari Bram

09.00 WIB — Pantai Kuta

Deru ombak pantai berlomba menghibur lara. Embusan angin kencang membuat tatanan rambut Keira menjadi rusak. Tanpa diminta, buku jemari Bram sigap menyelipkan di belakang telinga.

Keira terasa gugup. Darahnya terasa mengalir menghangat dalam waktu sekejap. Meskipun hatinya terluka karena Revan. Tapi menyisakan rasa lega dalam dada setelah pertemuan dengan Bram disambut baik olehnya.

Ia masih menunggu keputusan Bramantyo, ingin rasanya segera pergi memberikan kabar baik pada Revan. Tapi apa daya, yang memberikan keputusan sepertinya sedang ingin berlama-lama mengulur waktu.

Akhirnya, setelah dua jam yang ia lewati sambil berbincang berbasa-basi dengan pengusaha muda di hadapannya, Keira memberanikan diri untuk kembali bertanya.

“Permisi Pak, Bram. Kira-kira bagaimana keputusan yang akan diambil mengenai projectnya Pak Revan selaku Boss saya.” Keira mengerucutkan bibirnya. Ia mulai jenuh lama menunggu.

Apa lagi, rencana yang seharusnya lancar jadi tersendat karena adanya keluarga Bramantyo dan juga relasi yang turut serta dalam pertemuannya kali ini.

“Oke, saya setujui. Tapi saya memiliki syarat untuk ini. Dan harus disetujui Revan,” balasnya sambil tersenyum penuh kemenangan.

“Apa itu, Pak. Saya akan lakukan,” tukas Keira bersemangat.

“Kita tunggu Revan datang,” ujarnya.

Deg!!!

Jantung Keira semakin berdegup kencang mendengar nama Revan disebutkan. Rasanya ingin mencelos saja dari tempatnya. Rencana apa lagi yang sebenarnya dirancang oleh Bram. Membuat gadis itu semakin gelisah tak tentu arah.

“Maaf, apa saya tidak salah dengar? Pak, Bram mendatangkan Pak Revan kemari?” tanya Keira tak percaya. Ia bahkan mengerutkan keningnya diikuti bulir keringat tiba-tiba menetes di dahinya.

Bram hanya diam sambil menyeruput air mineral di botol yang hampir tandas. Tatapan matanya menatap tajam sambil tersenyum getir ke arah kedatangan Revan.

“Apa yang aku lewatkan? Terimakasih sudah mengundangku, jika tidak maka aku tidak akan tahu kemana asistenku pergi di pagi buta.” Revan tiba-tiba nyelonong menggeser kursi tepat di samping Keira.

Keira berjingkat bahkan lengannya menyenggol botol air mineral yang hampir saja berguling jika saja Revan tidak cepat meraihnya dan mengembalikan posisinya.

Ia tidak marah, tetapi senyuman termanis tersungging untuk Keira. Membuat gadis itu menghindari tatapan Revan dan mengalihkan pandangannya mengamati sikap Bram yang ternyata menatap keduanya bergantian.

Ya. Tiba-tiba situasi berubah menegangkan. Seharusnya ini adalah pertemuan dengan berbumbu pekerjaan. Entah mengapa Bram seperti tidak profesional saat ini.

Pria berkulit pribumi itu menghela napas panjang sebelum memulai pembicaraannya, “Karena kamu sudah di sini, aku ingin mengatakan beruntung sekali memiliki asisten pribadi secantik dan seberani dia.”

Bram menatap tajam tanpa kedip dan tanpa sengaja kedua mata saling bertukar pandang dalam sepersekian detik. Membuat Revan geram melihat keduanya.

“Jangan berbasa-basi, jika memang Anda menolak untuk menjadi penanaman modal, saya sangat mengerti. Mungkin proyek saya bukan yang diinginkan oleh seorang Bramantyo. Maka ijinkan saya membawa asisten pribadi saya pulang.” Revan beranjak berdiri, guratan kekesalan terpampang jelas di wajahnya.

“Ayo, Keira. Kita pergi, tidak masalah gagal. Kita masih memiliki kesempatan yang lainnya bukan? Mari pergi,” imbuh Revan kemudian, buku jemarinya menyentuh dan meremas punggung tangan Keira, kemudian menariknya dengan kasar serta menggenggam erat meletakkan di depan dadanya.

“Tunggu, aku sudah menyetujui kesepakatan ini sejak Keira berniat menemuiku,” sergah Bramantyo dengan suara keras dan tegas.

“Lalu kenapa kamu meminta syarat?” Kening Revan saling bertautan. Melihat Bramantyo tidak rela gadis pujaannya itu beranjak pergi.

“Untuk membuatmu jera, aku tidak suka melihat wanita diperlakukan semena-mena. Apalagi wanita cantik itu adalah Keira Anindita,” kilahnya sambil melemparkan sebuah senyuman ke arah gadis itu disertai tatapan tajam tanpa kedip.

Iris matanya begitu tajam. Situasi begitu menegangkan. Membuat Keira serba salah telah berada di sana. Ingin rasanya ia menjerit meminta bantuan Alan saat itu juga.

“Kalau begitu batalkan saja,” ucapnya singkat, “Keira ayo kita pergi,” sambungnya kemudian. Sikapnya kepada Keira berubah lembut.

Bukan Bramantyo Baskara jika menyerah begitu saja dengan keadaan seperti ini. Ia berpikir keras sejenak.

“Keira, jika kamu menuruti perkataannya, akan kutarik semua saham di perusahaan papa kamu!” hardiknya.

Mata Keira terbelalak, ia begitu terkejut mendengar kata ‘perusahaan papa kamu’. Bukankah Alan menyuruhnya bekerja karena sudah bangkrut? Dan Alan mengatakan sedang merintis usaha baru kecil-kecilan?

Keira merasa dipermainkan oleh semuanya. Kini ia yang merasa kesal. Ia benci dibohongi. Keira menahan marah hingga tanpa disadari tangannya memeluk lengan Revan. Pria itu seperti disiram air dingin.

Revan membalas mengelus punggung Keira berulangkali. Sengaja memberikan efek tenang yang nyaman. Ia adalah play boy sejati. Tentu saja ahli mengendalikan keadaan.

“Begini saja, aku tidak suka teka-teki. Apa keinginan mu yang begitu penasarannya melibatkan Keira dalam hal yang seharusnya ini adalah pertemuan bisnis.” Revan menemukan keberadaan keluarga Bram di seberang sana.

Senyuman kecut ia lemparkan ke seluruh keluarga Bram. Tidak lagi senyuman bersahabat seperti sebelum ia ingin bekerja sama menjalin relasi bisnis.

“Tunggu, maaf sebelumnya … apa maksud Pak Bram mengatakan padaku bisnis Papa masih berkembang?” tanya Keira menyelidik.

Ia memang awam soal bisnis. Kuliah saja tersendat karena kecelakaan yang mendera keluarganya. Tetapi juga ada rasa tidak terima jika harus dibohongi kakak kandungnya sendiri dan menjerumuskan pada situasi yang tidak seharusnya.

“Jawab saja,” ucap Bram singkat. Rasanya ia mulai malas.

“Katakan syaratnya,” pinta Keira tegas penuh penekanan meski nadanya terdengar lirih.

“Menikahlah denganku, kecuali kamu mencintai orang lain,” ucap Bram penuh percaya diri.

“Bagaimana jika aku menolak?” Mata Keira mulai berembun, kemudian merebak menjadi bulir bening yang mengalir deras.

“Harus memiliki alasan yang tepat, baru aku melepaskan kamu!”

“Aku mencintai pria lain,” ujar Keira, kemudian mengusap air matanya dengan jemarinya dan pergi mengabaikan kedua pria yang sama-sama terdiam mematung.

Napas Revan memburu, wajahnya merah padam. Ia meraih map merah yang ada di atas meja. Map yang seharusnya ditandatangani oleh kedua belah pihak terkait kerja sama bisnis. Tapi nyatanya pemuda itu justru merobek isi map tersebut hingga hancur lebur kemudian menyusul Keira pergi.

Entah apa yang dirasakan Bram saat itu. Yang jelas ia tidak menyangka jika hal buruk ini terjadi padanya. Harga dirinya merasa diinjak-injak atas penolakan yang Keira lakukan di depan rekan bisnisnya yang gagal.

*

*

Revan berlari menyusul Keira yang terus berjalan di pinggiran pandai. Ombak yang mengamuk menggambarkan riuhnya suasana hati gadis itu.

“Keira,” panggil Revan sambil terus berlari mengejar Keira yang bahkan tidak mengehentikan langkahnya meski mendengar suara melengking.

“Keira, ayo ikut aku. Mari lupakan semuanya, hari ini kita pergi sebagai teman,” ucap Revan.

Keira menghentikan langkahnya seketika. Tanpa bicara, ia menubruk dada bidang Revan dan memeluknya begitu erat. Jantung Revan kembali berdebar. Ada rasa tak biasa yang ia rasakan.

Rasanya begitu berbeda dengan yang telah ia lalui dengan gadis kebanyakan. Meski melakukan hubungan intim satu malam sekalipun, Revan bersikap acuh pada semua teman kencannya.

Tetapi pada Keira, ia merasa berbeda. Ada rasa tak tega dan kepedulian yang begitu besar. Rasa yang membuat pemuda itu bingung memahami suasana hatinya sendiri.

Tangannya yang semula menggantung di udara, perlahan bergerak naik membalas pelukan Keira. Gadis itu terlihat cantik dengan riasan tipisnya. Tak seperti awal pertemuan yang makeup-nya mirip ibu-ibu arisan sosialita. Kali ini ia berdandan sesuai umur dan tetap modis.

Keduanya saling hanyut. Memberi kehangatan dan kenyamanan satu sama lainnya. Menit kemudian keduanya saling bertatapan. Napas Revan semakin memburu serasa kehabisan napas. Semakin cepat dan cepat.

Entah sejak kapan, kedua bibir mereka mulai bersentuhan. Saling membalas satu sama lain. Dengan wajah memerah, saat mulai tersadar Keira melepaskan diri.

“Kenapa? Kamu marah? Maaf,” desis Revan kebingungan. Ia kikuk karena bersikap gila pada gadis yang bertaut umur jauh dengannya.

“Tidak, hanya saja … aku belum pernah melakukannya dengan siapapun,” ucap Keira. Ia mengaku dengan kondisi gugup.

Membuat Revan merasa bangga. Ia bahkan tersenyum penuh kemenangan di depan gadisnya. Yang lebih membanggakan, ia melihat dari kejauhan jika Alan mengamati dari kejauhan bersama Bram.

“Mari pergi dari sini,” ajaknya.

Keira menoleh sejenak mengetahui keberadaan sang kakak. Hatinya sakit juga kesal merasa ditipu.

“Ayo, apakah tawarannya masih berlaku?” tanya Keira dengan raut sendu.

“Tentu, lupakan soal pekerjaan hari ini. Aku akan mengajakmu ke suatu tempat yang akan mengubah hidup kita,” tukas Revan, sambil menggenggam erat tangan Keira kemudian melangkah pergi.

— To Be Continued

1
Adinda
keira sama bram aja Thor
Teddy: makasih ya
total 1 replies
Adinda
keira keira kasihan kamu dapet suami seperti itu
Adinda
sepertinya sandiwara kakaknya pura pura bangkrut untuk merubah keira
Samantha
Cerita yang menarik, penuh emosi
Teddy: Tq Sam 🥰
total 1 replies
Samantha
seru ya
Lintang Lia Taufik
dilema
Lintang Lia Taufik
next
Lintang Lia Taufik
lanjut baca, wah makasih boom babnya ya Thor
Lintang Lia Taufik
makin seru
Lintang Lia Taufik
keren
Lintang Lia Taufik
Keren, semangat
Nina_Melo
Suka
Nina_Melo
Keren tulisannya, semangat ya. Aku tunggu Update-nya
qiuqiu
Endingnya bikin nagih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!