Follow ig : Rahma_ar77
Sean Ronald Javindra, putra ketiga Eriel dan Edna ditugaskan daddynya ke Surabaya. Tas kecil satu satunya yang dia bawa tertinggal di toilet bandara. Untung dia sudah melewati bagian imigrasi.
"Sial," makinya kesal. Dia jadi ngga bisa menghubungi keluarga dan teman temannya, kaena ponselnya berada di dalam tas kecil itu.
Dia dengan sombong sudah menolak semua fasilitas daddynya karena ingin jadi orang biasa sebentar saja.
"Emang lo udah siap nerima hinaan?" cela Quin saat mengantarkannya ke bandara beberapa jam yang lalu.
"Yakin naek pesawat ekonomi?" ejek Theo mencibir.
"Jangan banyak protes ntar," sambung Deva dengan wajah mencelanya.
Sean malah terkekeh, menganggap enteng semua perkataan mereka.
Sekarang dia baru rasakan apesnya. Kaki panjangnya terasa pegal karena terpaksa di tekuk. Duduknya yang ngga bisa bebas karena kursinya berderet untuk tiga orang. Belum lagi tangis bocil yang ngga berhenti di depannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kencan? part 2
"Malam....."
Perhatian kakek dan cucu itu teralihkan oleh sapaan sopan di dekat mereka.
Javin?
DEG DEG DEG DEG
Laki laki ini padahal hanya menggunakan warna yang sama seperti biasanya, tapi kenapa dia jadi jauh lebih tampan malam ini?
Ini kencan atau makan malam biasa, sih?
"Kek, aku pergi dulu, ya. Ngga lama, kok," pamitnya sambil menyalim tangan kakeknya. Berusaha menghindarkan perdebatan kakeknya dengan Javin.
Luthfi Muhsin menatap supir sekaligus pengawalnya dengan tatapan sangat tajam.
Niat banget dia.
Tapi kemudian dia seolah merasa ketampar, teringat penampilan cucunya yang juga ngga kalah maksimalnya.
Jangan jangan mereka sudah saling suka, tuduhnya dalam hatin
Ngga masalah kalo yang disukai putrinya bukan konglomerat.
Apalagi supirnya ini juga sangat ahli berkelahi dan menembak. Dia bisa tenang melepas Ariella bersama si supir.
Tapi sampai sekarang Luthfi Muhsin masih belum tau siapa Javin yang sebenarnya. Di tambah sikap tengil dan kurang ajar laki laki muda ini yang selalu menaikkan emosinya.
Dia harus tau track record laki laki ini, apakah dia pengincar perempuan kaya raya atau seorang laki laki pemain wanita.
Setelah semua yang dialami cucunya, Luthfi Muhsin, ngga mungkin akan mempercayai laki laki yang belum jelas seperti itu.
"Tuan, ijin mengawal nona muda makan malam," senyum Sean. Walau berusaha sopan, tapi sulit menghilangkan segaris tipis cengirannya.
Sang kakek langsung bersidekap. Memperhstikan dengan seksama. Dalam hatinya suka terbersit pikiran kalo Javin bukan orang biasa.
Lihat saja penampilannya, decaknya membatin.
Semuanya branded ternama.
"Mana kartu identitasmu?"
Oh iya, Ariella baru teringat belum menanyakannya lagi pada Javin.
"Sebentar, kek, eh, tuan besar," cengirnya ketika melihat pelototan kakek Ariella.
Sean merogoh dompetnya dan memberikan dua kartu identitasnya. Yang satu pengenal diri, dan yang satu lagi surat izin mengemudinya.
Oooh, sudah jadi, batin Ariella sambil mendekat ke arah kakeknya.
"Hemmm....." Kakek tua itu menjepretnya yang nantinya akan diberikannya pada Giri untuk diselidiki.
"Bukannya ini alamat di perumahan elit?" tebak Ariella. Dia cukup tau daerah yang tertera di kedua kartu itu.
"Iya. Dad eh papaku seorang satpam yang dikasih rumah sana majikannya," jelas Sean dengan mimik sungguh sungguh padahal dalam hati dia mau ngakak.
"Oooh.... "
"Jadi kamu di sini dalam rangka mencari pekerjaan sebagai satpam juga?" sarkas si kakek.
Sean menyengir halus.
"Kebetulan bos saya ada perusahaan di sini. Rencananya saya diminta jadi satpam di perusahaannya. Tapi saya sudah terikat kontrak dengan cucu anda."
Hampir aja Ariella mendengus
Tentu dia lebih memilih jadi supir dan pengawalnya. Memangnya berapa, sih, gaji satpam? tuduh Ariella dalam hati.
Sok ngancam lagi mau pindah kerja sama omnya yang menawarkan gaji dua bahkan tiga kali lipat.
Ariella merasa tertipu apalagi dia sudah menawarkan gaji perpanjangan Javin sebanyak lima kali lipat dari gajinya yang sekarang.
"Bosmu ngga marah, kamu malah kerja di tempat lain."
Sean tersenyum lagi, tipis dan tenang.
"Bos saya malah suka karena saya bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik. Nanti teman saya yang akan menggantikan jadi satpam di sini," jelasnya lancar.
Luthfi Muhsin ngga sadar manggut manggut.
"Sekarang bolehkah kami pergi, tuan. Keburu malam," ucap Sean lagi.
"Baiklah. Jaga nona mudamu dengan benar."
"Tentu."
"Pergi dulu, ya, kek," pamit Ariella lagi.
Setelah melihat anggukan kakeknya, Ariella berjalan melewati Sean. Tapi kemudian dia berhenti karena Sean masih diam saja.
"Ayo, malam ini kamu bukan supir," bisiknya membuat Sean tersenyum miring.
Dia pun menjejeri langkah Ariella.
Luthfi Muhsin terus menatap keduanya hingga lenyap dari pandangan.
Beliau mengirimkan foto kedua kartu identitas Javin.
Giri, selidiki bocah ini.
Nggak lama kemudian balasan pun datang dari sahabat putranya.
Siap, om.
Saat dia akan menyimpan ponselnya, satu notif pesan masuk lagi di ponselnya.
Dari Fredo.
Putra bungsu yang menjaga putra tertuanya.
Jantungnya berdetak keras. Seketika perasaan khawatir, bimbang, cemas, dan harapan jadi satu, bercampur baur di dalam hati dan pikirannya.
Halo, Pa. Mas Ghosam masih ada harapan sembuh, pa, kata dokter. Persentasenya cukup tinggi.
Luthfi Muhsin memegang dadanya yang masih merasakan kerasnya detakan jantungnya.
Syukurlah. Terimakasih, Tuhan....
Sepasang matanya langsung berkaca kaca. Dia menangis bahagia karena putranya akan sembuh.
Papa akan jaga Ariella, Ghosam. Kamu berjuanglah agar cepat pulih kembali.
*
*
*
Langkah Ariella berhenti samping pintu supirnya. Biasanya dia akan duduk di belakangnya.
"Serius duduk di samping supir yang anaknya pak satpam?" cengir Sean sambil membukakan pintu mobil untuk Ariella.
"Namamu terlalu keren untuk jadi anak satpam," ucap Ariella sambil mendudukkan bokongnya di jok kursi. Dia masih saja mendenial kenyataan itu
"Harusnya namanya siapa menurut kamu?" Sean mencoba mengingat nama nama satpam dan anak anaknya.
'Jamal, Joko atau Agus."
"Ha?" Kemudian Sean tergelak sambil menutup pintu mobil. Seingatnya nama nama anak pak Satpam di rumah atau di perusahaan keluarganya ngga seekstrim itu.
Sambil memutari mobil, Sean masih saja memperdengarkan tawanya.
Ada ada saja, batinnya geli.
"Imajinasimu sudah ketinggalan jaman," tawanya masih saja terdengar saat dia memasuki mobil.
"Masa?" Ariella ngga terima diangggap kolot. Setaunya memang begitu nama nama anak pak Satpam di rumahnya.
"Anak anak satpam di rumahku eh bos ku ngga sekuno itu. Nih, ya, ada Deni, Dedy, Abdi, Vincen." Yang terakhir Sean ngarang
"Masa?" Ariella memberikan tatap ngga percayanya.
Keren keren banget namanya. Tapi tetap baginya nama Javin adalah nama yang paling ngga mungkin.
Ariella kemudian tersadar ketika Javin ngga menanyakan kemana mereka akan pergi, tapi malah terus saja melajukan mobilnya.
"Kita mau kemana?" Bukannya dia yang akan menentukan kemana mereka akan pergi?
"Aku melihat undangan fashion show di meja kerjamu. Bagaimana kalo kita pergi ke sana?"
Oh iya. Desainer Roma favoritnya akan memamerkan koleksi terbarunya
Dia kira Javin ngga akan tertarik.
"Undangan itu berlaku untuk dua orang, kan?"
"Iya, sih."
"Malam ini kamu terlalu cantik hanya sekadar pergi makan malam saja. Tampilanku juga ngga malu malu-in, kan?" Sean mengerling penuh makna.
Ariella merasakan debaran keras lagi di rongga dadanya.
Jantungnya mulai konsisten ngga sehat jika berduaan saja dengan Javin. Padahal dulunya ngga begitu. Baru baru ini saja.
"Aku pernah melihat koleksinya dikenakan anak anak bosku." Sean menahan tawanya.
"Oooh, iya, memang bagus. Aku juga memiliki beberapa koleksinya. Yang ku kenakan ini juga koleksi terbatasnya," senyum Ariella mengembang manis
"Pantas cantik sekali," puji Sean.
Wajah Ariella merona.
"Bajunya," sambung Sean tanpa mau melihat wajah yang pasti sekarang sudah berubah manyun lagi.
Memang benar. Ariella merasa dihempaskan lagi setelah diterbangkan tinggi oleh mulut manis laki laki ini.
Sudah beberapa kali dia lakukan. Apa, sih, maunya, geram Ariella dalam hati.
Dalam hatinya Sean meralat kata katanya.
Baju itu cantik karena kamu yang mengenakannya, Ariella.
yuk.... ke novel Malik.....
makan kerupuk 🍥 makan bubur 🥣
Ayuk... meluncur....🏃🏃🏃
pasti seru....🥰🥰🥰😍
kalo aq sih aliran realistis, cinta boleh logika hrs tetap jalan.. ketika aq menikah, 2 klrga jg mau ga mau terikat menjadi klrga, jauh seblm ketemu pasangan klrgalah yg sll ada dgn seluruh support systemnya, ada mantan suami, mantan istri tp tdk ada mantan orgtua dan saudara. klrgalah tempatku pulang.
thx u semua ceritamu lmyn menghibur disela2 deadline pekerjaan.. 👍
typo lgi thour??/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Chuckle//Chuckle//Chuckle//Chuckle//Chuckle/