Karena pengkhianatan yang dilakukan oleh kekasihnya, Bumi terlempar ke dunia penyihir, tempat dimana kekuatan sangat di perlukan untuk bertahan hidup.
Bumi diangkat menjadi anak seorang penyihir wanita paling berbakat era itu. Hidupnya mulai mengalami perubahan, berpetualang menantang maut dan berperang.
Meski semuanya tak lagi sama, Bumi masih menyimpan nama kekasihnya dalam hatinya, dia bertekad suatu hari nanti akan kembali dan meminta penjelasan.
Namun, gejolak besar yang terjadi di dunia penyihir membuat semuanya menjadi rumit. Masih banyak rahasia yang di simpan rapat, kabut misteri yang menyelimuti Bumi enggan menghilang. Lantas saat semuanya benar-benar tidak terkendali, masih adakah setitik harapan yang bisa diraih?
*
cerita ini murni ide author, jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat itu hanyalah fiktif belaka.
ig: @aca_0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Iblis merah meraung keras, seperti gempa yang ingin meluluhlantakkan alam semesta. Dari matanya keluar sinar merah angker yang melesat dalam kecepatan cahaya, bertabrakan dengan kelima sihir yang sempat terhenti beberapa jengkal dari tubuhnya.
Udara yang tadinya sangat dingin berubah panas, membara hingga menyebabkan kulit mengelupas.
Brak...
Brak...
Brak...
Brak..
Brak...
Kelima penyihir muda itu terbang, punggung Ivander dan Trixy menghantam tanah yang dilapisi es dengan keras, tiga lainnya menghantam batang pohon.
Trixy terbatuk-batuk, darah segar menyembur dari mulutnya, telapak tangannya mengelupas, urat-urat tangannya terpampang jelas bercampur dengan darah. Robek dan begitu mengerikan. Ia menolehkan kepala ke samping kanan.
"Van!"panggil nya merangkak mendekati Ivander yang tergeletak tidak begitu jauh, pria itu tidak bergerak. Dia pingsan, atau mungkin tengah sekarat.
Bumi menggerakkan paksa tangannya yang mati rasa, ringisan kecil terdengar dari belakangnya, ia menoleh dan mendapati Serena terduduk sambil mengusap darah yang mengucur dari lututnya.
"Ivander terluka parah!" Teriak Trixy. Dia sudah memeriksa nadi Ivander dan ternyata sangat lemah. Ivander adalah yang terkuat, sihir yang dia keluarkan juga sangat kuat, dan efek samping yang dia terima juga sangat besar.
Untuk penyihir muda yang baru belajar sihir seperti mereka belum bisa mengeluarkan sihir tingkat tinggi secara bebas. Jika nekat menggunakan akan menerima efek samping yang cukup parah.
"Kalian masih bisa mengeluarkan sihir?"Tanya Bumi pada Alpha dan Serena.
"Kakiku terluka, aku tidak bisa berdiri."jawab Serena menahan sakit di kaki kanannya, lututnya terkena api panas iblis merah, tempurung lututnya mencuat keluar.
Gerrrrr....
Iblis merah menggeram, dia mendekati kelompok Bumi, telapak kakinya yang tebal menimbulkan suara ketukan keras. Dalam sekejap dia akan tiba, sosoknya menjulang tinggi, wajah seramnya tersenyum aneh.
Bumi berdiri, punggungnya terluka saat menghantam batang pohon, dia dapat merasakan punggungnya basah oleh darah.
"Apa yang akan kau lakukan?"Tanya Alpha.
"Melawannya."Bumi menjawab sembari menatap iblis merah yang mendatanginya.
Diam-diam Bumi mulai merapalkan mantra sihir terlarang kedua yang di ajarkan Analika. Racun embun biru yang menurut keterangannya dapat membunuh seseorang dalam sekejap. Bumi berharap sihir ini juga dapat membunuh iblis merah.
Iblis merah mengeluarkan cahaya merah angker untuk kedua kali nya dari matanya. Cahaya itu diarahkan ke kepala Bumi. Luka yang mereka terima akibat sihir iblis merah cukup parah, dan sekarang Bumi hendak menghadapinya sendirian. Trixy yang melihat itu tidak bis menahan dirinya untuk tidak mengumpat.
Bodoh! kenapa dia nekat menyerang iblis itu sendirian. Pikir Trixy melihat Bumi sebagai orang yang sudah kehilangan akal.
Bumi membalas serangan itu dengan mengirimkan sihir racun embun biru. Lapisan kabut tipis dan transparan mendatangi iblis merah dalam gerakan cepat dan teratur, membentuk sebuah jaring. Jika seseorang terperangkap di dalamnya, racun embun biru yang mendiami jaring itu akan langsung membunuhnya.
Setelah melepaskan sihir itu, Bumi jatuh dalam posisi berlutut, namun hal itu lah yang berhasil menyelamatkannya dari Api merah angker. Bumi menggunakan tangan untuk menopang tubuhnya.
Aliran darah Bumi mengalir cepat menuju kepala, seolah seluruh darahnya hendak di curahkan, rasanya sangat sakit, lebih sakit daripada luka akibat kecelakaan yang dulu pernah membuat Bumi terbaring di rumah sakit selama satu Minggu.
Bumi berusaha menahan efek samping akibat sihir terlarang yang ia gunakan.
Di depan sana iblis merah berusaha menghindar dari jaring biru yang terus mengejarnya, dengan marah iblis merah menangkap jaring itu dengan tangannya dan akan langsung menghancurkannya menjadi abu.
Namun ternyata, perkiraan iblis merah salah, ketika tangannya bersentuhan dengan jaring itu, dia langsung tersedot masuk ke dalam.
Krak...sess....
Terdengar suara patahan tulang dan suara sesuatu meleleh dari dalam jaring.
"ARRRGHH....." Teriakan iblis merah mengguncang tempat itu, hanya membutuhkan waktu lima detik lalu senyap. Iblis merah lenyap tidak bersisa bersama jaring biru.
Mendadak tempat itu berubah sunyi. Udara kembali seperti semula, dingin dan suram.
"Kau baik-baik saja?"Tanya Alpha mendekati Bumi yang masih berlutut. Alpha meraih tangannya dan membantu berdiri. Wajah Bumi pucat pasi, ada jejak darah di sudut bibirnya.
"Yeah. Aku hanya perlu istirahat sebentar,"tepat setelah mengatakan itu Bumi terkulai lemas, dia jatuh pingsan. Alpha dengan sigap memegangnya lalu membaringkan Bumi di sebelah Ivander.
Setelah itu dia juga membantu Serena berdiri. Mereka berkumpul di dekat Ivander dan Bumi yang tergeletak pingsan di tanah.
"Sihir apa yang dia keluarkan? Sangat hebat dan menimbulkan kerusakan parah,"kata Trixy keheranan. Terlepas dari hubungan mereka sebagai musuh, Trixy kagum untuk beberapa saat ketika Bumi mengeluarkan sihir yang bisa membunuh iblis merah.
" Mungkin sihir utama klan Caeruleus."sahut Serena.
"Tidak mungkin. Aku tidak pernah melihat klan Caeruleus menggunakan sihir itu,"Trixy menggeleng. Dia yakin sekali bahwa hari ini pertama kali dia melihat sihir seperti itu.
"Sudahlah, kau bisa menanyakannya langsung pada dia. Sekarang kita harus menolong mereka berdua,"kata Alpha.
Saat ini hanya Alpha dan Trixy yang bisa bergerak bebas, keduanya berusaha mengumpulkan kayu di sekitar area mereka bertarung. Lapisan tebal es pada kayu di situ sudah meleleh akibat kekuatan sinar merah angker.
Tidak butuh waktu lama, satu tumpukan kayu berhasil di kumpulkan. Trixy mengeluarkan sihirnya untuk membuat api unggun.
"Aku akan mencari tanaman obat untuk membantu Ivander dan Bumi,"kata Alpha setelah api unggun berhasil mereka buat.
"Aku ikut,"ujar Trixy.
"kau disini saja, seseorang perlu berjaga disini. Aku tidak akan lama," kata Alpha
"Baiklah, hati-hati."Trixy pasrah, ia tahu tidak mungkin ikut dengan Alpha karena harus menjaga Bumi dan Ivander yang pingsan dan terluka parah. Serena untuk saat ini tidak bisa bergerak bebas, kakinya juga terluka parah.
" Aku pergi, kalau ada sesuatu yang membahayakan cepat beri tanda."
Trixy mengangguk, ia mengantarkan Alpha pergi dengan tatapan matanya. Pria itu dalam waktu singkat sudah hilang di telan kegelapan malam.