Hai..
Namaku Ziqiesa. kalian bisa memanggilku dengan sebutan,Zi. Aku seorang gadis cantik yang masih erat kasih sayang dari Ayah dan Ibuku. suatu hari aku tersesat ke dunia yang tidak aku ketahui. dan kasih-sayang itu masih sama adanya, tapi seakan terputus karena jarak kami yang tidak dapat di ketahui.
Aku,ingin mengajak kalian untuk ikut menemani perjalanan ini, sampai kembali pada pangkuan Ayah,dan Ibuku. bagaimana? kalian mau kan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29.Merasa Waspada
Zi,terbangun saat merasakan usapan lembut di keningnya. Perlahan kelopak matanya terbuka lebar dengan tubuh yang terasa amat sangat sakit. "Auh..Sshht.." Ringis Zi memegang kepala dan dadanya. "Dimana aku?" lirihnya begitu kecil hingga perempuan yang kini duduk di sisi ranjang tidurnya mengernyitkan dahinya. "Kamu mengatakan apa barusan,nak?" Tanya perempuan yang memiliki Surai putih panjang dengan matanya berwarna kelabu.
"Ini dimana?" Ulang Zi sedikit lebih keras,agar perempuan itu tidak lagi bertanya,dan Zi tidak akan mengulangi pertanyaan yang sama untuk yang ke-tiga kalinya.
"Galespire. Menara Sihir." Sahut perempuan itu dengan senyuman manis. Berbeda dengan Algeria yang tersenyum lembut namun menyimpan dendam di dalamnya.
Zi, terkejut dengan kedua alisnya menyatu. "Apa? Me-menara sihir?" Pekik Zi sambil menelan ludahnya dengan cepat. Perempuan itu mengangguk,"ya,nak. Kamu kami temukan di taman bunga belakang menara. Ucapnya pelan.
"Aku masih berada di dunia penyihir, rupanya." Batin Zi duduk dan menyandarkan kepalanya di kepala ranjang. Di bantu oleh perempuan berambut putih itu dengan gerakan yang telaten.
"Namaku Fraynilin. Kamu bisa panggil dengan, Bibi Nil." Perempuan bernama Fraynilin itu kembali berseru saat Zi menatapnya lebih lekat. "Ya. Bibi Nil, terima kasih sudah merawatku?" Zi,bersuara setelah cukup lama terdiam dengan pandangannya ke arah perempuan bersurai putih,dengan wajahnya yang cantik,jika di ibaratkan seperti seorang Dewi!
Fraynilin, kembali tersenyum lembut,kini lebih tulus."Sama-sama nak. Apakah kamu lapar?" Tanya Fraynilin saat mendengar suara perut Zi yang berbunyi. "I-iya." Angguk Zi pelan,dengan penuh kecanggungan.
Fraynilin, mengambilkan buah-buahan yang sudah, di kupas,dan di potong membentuk bintang, yang tertutup rapat di atas meja samping tempat tidur. "Makanlah yang banyak,nak." Fraynilin menyuapi Zi dengan potongan buah-buahan segar.
Zi,membuka mulutnya lebar-lebar, menerima buah yang di angsurkan ke mulutnya. Tidak merasa cemas ataupun takut seperti pertama kali membuka mata. Zi, tidak ingin mengalihkan pandangannya dari Fraynilin, perempuan itu benar-benar cantik dan bersinar bak seorang Dewi khayangan. Tapi sayangnya dia adalah seorang penyihir bukan Dewi.
"Apa yang membuatmu bisa datang ke dunia kami nak? Apakah ada masalah yang akan terjadi sehingga kamu datang dari bumi manusia?" Fraynilin bertanya di sela-sela menyuapi Zi makan.
Zi, menggeleng pelan. "Aku sengaja datang ke dunia penyihir untuk mengantarkan Algeria, yang ingin menghancurkan kedamaian di dunia dua dimensi." Tutur Zi tidak ingin membuat Fraynilin salah paham nantinya.
Senyuman manis di bibir Fraynilin perlahan luntur,dan berganti dengan wajah pucat dan sedikit tercengang. "Jadi wanita itu ingin berulah lagi?" Ucap Fraynilin yang entah bertanya atau memberi pernyataan kepada Zi yang kini sudah duduk di sisi ranjang tidur.
Zi, tercenung. Apakah Fraynilin dan Algeria juga mempunyai permasalahan? Sampai-sampai wajah cantik bak dewinya berubah pucat. Namun, Zi tidak bertanya apa-apa, biarkan saja Fraynilin sendiri yang mengatakannya pada Zi jika mereka memang ada permasalahan.
"Iya. Bibi Nil. Algeria memanggil ribuan Iblis untuk menghancurkan kedamaian di dunia dua dimensi. Algeria,juga bersekutu dengan Iblis." Jawab Zi dengan tenang, wajahnya cukup damai dengan wajah pucat-nya.
Hah.. Fraynilin menghembuskan napas panjang. Wajahnya masih sedikit pucat,namun tidak ada kelihatan gurat kebencian ataupun dendam di sana. Benar-benar perempuan berhati mulia!
Zi, menatap ke arah luar jendela yang tirainya tersingkap. Cahaya terang membuat hatinya kembali menghangat. Tapi bagaimana bisa ia sampai di Galespire? Menara Sihir tempat tinggal Master dari segala penyihir yang ada di dunianya ini.
"Bibi Nil? Apakah Algeria sering membuat kekacauan di dunia penyihir?" Zi, bertanya karena ia cukup penasaran dengan masalalu Algeria yang pernah di lihatnya. Tidak seberapa tapi cukup untuk mengetahui bahwa Algeria adalah penyihir gelap yang suka membuat masalah.
"Seperti yang kamu ketahui,nak. Tapi bahkan jauh dari pada itu." Fraynilin, mengusap lembut pucuk kepala Zi,seakan ia adalah anaknya sendiri. "Jangan khawatir nak! Kali ini aku akan ikut membantumu meski dari jarak jauh." Ulas Fraynilin yang kembali melembut seperti sebelumnya.
Zi, tanpa sadar memeluk tubuh Fraynilin. "Terima kasih atas perhatiannya,Bibi Nil. Kalau seperti ini aku semakin semangat untuk membuat Nenek sihir jelek itu bertekuk lutut, di hadapan kita." Seru Zi,kali ini tidak hanya aku,tapi kita! Karena Zi sudah ada temannya Fraynilin, jadi ia mengubah kalimatnya,(Aku menjadi kita).
"Semangat,nak! Tekad tidak akan pernah terkalahkan oleh apapun. Kamu pasti bisa membawa kembali kedamaian di dunia penyihir maupun di duni dua dimensi." Tutur Fraynilin,membalas pelukan,Zi.
Berbeda dengan di istana kerajaan Aestherlyn, yang penghuninya serba tinggi dan berbadan kekar dan berotot. Di dunia penyihir ini,tubuh mereka hampir setara dengan Zi, meskipun demikian mereka juga memiliki kekuatan sama seperti di istana kerajaan Aestherlyn. Konon kabarnya, dunia dua dimensi adalah tempatnya orang-orang yang menjadi jantung dari Kekaisaran terbesar dari semua makhluk tak kasat mata yang berada di seluruh langit dan tidak terlihat dari bumi manusia. Itulah kenapa dunia dua dimensi di katakan tempatnya segala perdamaian.
"Ikutlah bersamaku,nak. Kita berjalan-jalan terlebih dahulu sebelum kembali menghadapi Algeria." Fraynilin berdiri dari duduknya lebih dulu, kemudian mengulurkan tangannya untuk mengajak Zi berjalan-jalan. Tidak menghilangkan seperti bersama dengan Jusy, ataupun Graysen. Karena Fraynilin tidak bisa melakukan hal itu dengan tangan kosong, harus ada perantaranya jika ingin melakukan itu.
"Baiklah, Bibi Nil. Mari kita merilekskan tubuh dan pikiran sejenak." Zi menyambut tangan Fraynilin dengan senang. Zi, bahagia karena bertemu dengan perempuan se cantik dan se baik Fraynilin.
Fraynilin, membawa Zi ke lorong panjang yang kiri dan kanannya terdapat ruangan-ruangan seperti studio,atau ruangan pekerjaan.
"Ini, adalah ruangan penelitian. Ada banyak jenis kutukan yang mereka teliti untuk di jadikan karya ilmiah." Ucap Fraynilin saat mereka masuk ke ruangan tersebut. Zi, manggut-manggut sambil melihat-lihat lebih dekat seperti apa proses kerja para pelayan yang bekerja dengan sangat fokus dan tenang. Mereka sangat profesional sehingga tidak terganggu sedikitpun oleh kedatangan Zi bersama dengan Fraynilin.
"Apakah hanya kutukan saja yang mereka teliti, Bibi Nil?" Jiwa penasaran Zi tidak bisa diam,jika menyangkut hal-hal keilmuan seperti ini.
"Selain dari meneliti jenis kutukan, mereka juga melakukan penelitian terhadap berbagai macam jenis kekuatan,dan itu tidak hanya kekuatan dari dunia penyihir saja, tapi seluruh dunia utama." Jawab Fraynilin.
Mereka berdua berjalan mengitari seluruh ruangan khusus penelitian terhadap berbagai macam jenis kekuatan dan kutukan. Selesai dari ruangan penelitian, Fraynilin membawa Zi ke ruangan kesehatan atau di sebut ruangan tabib.
"Nah,ini adalah ruangan tabib atau kesehatan. Jika seseorang di antara para penyihir ada yang rusak sumber kekuatannya, mereka akan di bawa ke ruangan ini untuk di sembuhkan." Ucap Fraynilin,masih dengan suara yang lembut. Tangannya melepaskan gandengan tangan Zi agar gadis kecil itu bisa bergerak dengan bebas.
"Wah, dunia penyihir ternyata juga memiliki tempat penyembuhan seperti di bumi manusia, Bibi Nil. Kami juga memiliki tabib di bumi." Sahut Zi dengan wajah yang jauh lebih tenang seperti riak danau.
Seorang perempuan berambut pink muda menghampiri Zi, dan Fraynilin."Master?" Perempuan itu menyapa Fraynilin dan melihat ke arah Zi seakan bertanya, siapakah gerangan yang master bawa?
Zi,juga melihat ke arah perempuan itu dengan sedikit terdiam. Wajahnya yang tadinya tersenyum sedikit terlihat mendatar,dan merapatkan tubuhnya pada Fraynilin. Zi, terlihat lebih waspada dan berhati-hati dengan perempuan itu.