“Tuan, Nyonya mengajukan gugatan cerai pada, Anda!”
“Hah! Apa dia seberani itu?! Biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, kita lihat, pada akhirnya dia akan kembali meminta maaf dan memohon.”
Pada akhir yang sesungguhnya! si Tuan Muda, benar-benar ditinggal pergi tanpa jejak apapun hingga membuatnya menggila dan frustasi. Dan, empat tahun kemudian, di sebuah klub malam Kota Froz, ia di pertemuan dengan seorang wartawan yang sedang menjalankan misi penyamaran, untuk menguak kasus penculikan bayi empat tahun yang lalu, dan wartawan itu adalah wanita yang membuatnya frustasi.
“Dengan kamu pergi begitu saja apa kamu pikir bisa lepas begitu saja! Urusan kita di masa lalu belum selesai, istriku.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Diacuhkan
Saat ingatan masa kecil itu menghantui, Alea kembali tersadar ketika dering ponsel menggema. Sudah tidak ada kilat dan suara guntur, Alea mengangkat wajahnya, ia mengambil ponsel yang terjatuh {Nenek Rossela}
“Hallo! Nenek.”
(“Alea cucuku, kenapa tidak mengunjungi dan mengabari wanita yang sudah tua ini? Apa benar kamu memiliki kesibukan, saat ini?”)
Alea terdiam sejenak, apa Abraham tidak mengatakan apapun pada Nenek?
(“Alea kamu baik-baik saja, kan?”)
“Iya, aku baik Nek, bagaimana dengan kabar Nenek?”
( “Tentu aku tidak baik, dokter baru saja memeriksa ku.”)
Seketika Alea panik, “Nenek sakit!”
(“Ya, aku akan sembuh jika kamu datang mengunjungiku”)
Aku tidak mau lagi menginjakkan kaki di rumah ini. Tapi, Nenek Rossela….apa mungkin aku harus mengecewakannya.
(“Alea!”)
“Ya, aku akan datang.”
Nenek Rosella, satu-satunya orang yang berperilaku baik pada Alea, ia tidak mau mengecewakan wanita tua itu.
Setelah menutup panggilan telepon dari Nenek Rossela, panggilan dari Sekretaris Lee, masuk. Mengatakan dia akan menjemputnya.
“Tidak perlu, aku bisa datang sendiri,” kata Alea, dan langsung mematikan ponselnya.
Alea melihat kearah jendela yang masih terbuka. Hujan sudah reda, ia langsung mengganti pakaian dan bergegas menuju ke rumah besar Tuan Liam.
***
Sebelumnya, Abraham yang lebih dulu dipanggil Nenek Rossela, kabar Alea yang pergi dari Villa dan mengajukan gugatan cerai belum sampai di telinga Nenek Rossela, karena Abraham dan Nyonya Liam menutup rapat-rapat berita itu. Tapi, berita yang mencuat di media sosial tentu tidak bisa dibendung. Ini bukan kabar Alea yang pergi dan ingin berpisah, tapi berita kedekatan Abraham dan Jessika. Berita yang dibuat sangat dramatis, menggiring opini jika Abraham lah lelaki yang selama ini dirahasiakan identitasnya, sebagai mantan kekasih Jessika.
Nenek Rosella tentu murka, karena shock, Nenek ini sampai harus didatangi Dokter keluarga. Tekanan darahnya kembali naik.
“Itu tidak benar,” kata Abraham.
“Jika tidak benar kenapa sampai ada berita seperti ini?”
“Ada kesalahan, Lee, akan segera mengurusnya.”
“Abraham, jangan mengecewakan Nenekmu ini dengan menyakiti, Alea.”
Abraham hanya menghela nafas.
Abraham mengerutkan dahinya, saat Sekretaris Lee datang, tapi tidak bersama Alea, “Dimana dia! Bukankah aku menyuruhmu untuk menjemputnya?”
“Maaf Tuan, Nyonya menolak untuk dijemput, dia bilang, akan datang sendiri.”
Abraham mengumpat kesal. Saat yang bersamaan, Alea memasuki gerbang rumah besar itu. Dia datang sendiri dengan diantar mobil berwarna putih, entah siapa pengemudi mobil putih itu tapi sukses membuat Abraham mengepalkan tangannya.
“Selamat datang, Nyonya!” Sapa penjaga dengan menundukkan kepalanya. “Terima kasih.”
Abraham berdiri dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya, menatap wanita yang baru saja datang, penuh dengan pertanyaan. Tidak ada senyum di bibir Alea meski hanya sekilas, sekedar menyapa lelaki yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya.
Sementara Abraham, sudah siap mendengar penjelasan yang akan diutarakan Alea, yang tidak mau dijemput dan malah diantar dengan sosok yang masih belum diketahui siapa, di mobil putih tadi.
Alih-alih mendapat penjelasan, Abraham justru diacuhkan!
Dengan wajah cemberut, Alea melewati Abraham begitu saja, memasuki rumah besar Tuan Liam.
Abraham tercekat.
Apa-apaan ini!
Dia tidak menyapaku!
Apa dia marah?
Kenapa?
Seketika Abraham mengingat kejadian malam itu, saat ia memaksa wanitanya. Dia marah karena itu! Bukankah itu sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai istri! Dan dia juga menginginkan itu, kan!
Abraham tidak tahan, ia harus mempertanyakan siapa yang mengantar wanita itu.
"Tuan Muda," panggil Sekretaris Lee, saat Abraham akan melangkah menyusul Alea.
"Ada apa?"
"Nona Jessika, yang ada dibalik berita itu. Dia membayar media untuk mempublikasikan tentang Anda dan dirinya."
Jessika.... dia selalu saja.
"Apa Anda ingin saya melakukan sesuatu pada Nona Jessika?"
"Tidak perlu, kamu urus saja berita, rendam semua dan jika ada yang masih menayangkan, tindak dengan tegas! Urusan Jessika, aku yang akan bicara padanya," kata Abraham dan langsung masuk kedalam.
Anda selalu memberi pengecualian jika berurusan dengan Nona Jessika, Tuan
“Nyonya, Nenek Rossela, sudah menunggu Anda di kamarnya,” Kepala pelayan menghampiri Alea, “Mari saya antar,” sambungnya dan memberi jalan untuk Alea.
“Di mana Mama?” Tanya Alea, yang tidak melihat sosok Nyonya Liam, biasanya wanita itu akan menyambut kedatangannya dengan kata-kata menyudut dan membahas soal anak.
“Keluar kota bersama Nona Ameera, menjemput Tuan besar Liam.”
Syukurlah jika tidak ada wanita itu, setidaknya Alea bisa sedikit bernafas lega tidak diganggu Nyonya Liam dan Ameera, disaat suasana hatinya sedang buruk ini.
“Alea!” Nenek Rosella merentangkan kedua tangannya, menyambut kedatangan cucu tersayang. Wajahnya pucat dan sangat lesu. “Nenek, kamu sakit?”
“Aku akan baik-baik saja jika kamu sudah datang, bagaimana! Abraham memperlakukanmu dengan baik, kan?”
Seperti biasa, Alea akan mengangguk jika mendapat pertanyaan ini, “Iya.”
“Alea, jangan pedulikan apapun yang berita itu sebarkan, semuanya tidak benar. Abraham dan Lee, sudah mengurusnya."
Berita….apa?
Alea yang memang belum tau, tidak mengerti, “Aku tidak mendengar berita apapun, Nek!”
“Bagus kalau begitu, sudah tidak perlu dibahas. Nenek hanya ingin mendengar ceritamu saja. Abraham bilang, kamu punya kesibukan jadi jarang mengunjungiku.”
Dia berbohong….dan benar tidak berterus terang pada Nenek Rossela….apa aku saja yang mengatakannya?
“Nek, aku….”
“Ini sudah waktunya minum obat, dan kamu harus segera beristirahat,” Abraham yang datang menghentikan ucapan Alea.
“Minum obat, aku sangat tidak menyukai itu.” Sahut Nenek Rossela.
Alea melirik sekilas Abraham dan lelaki itu langsung menatapnya dengan tajam, Alea kembali pada Nenek Rossela, “Nek, kamu harus minum obat dan beristirahat, aku bantu ya.”
Jika Alea yang meminta, Nenek Rossela pasti nurut, “Baiklah, aku tidak akan bisa menolak. Tapi jika aku minum obat, akan terasa ngantuk dan tidak bisa mendengar ceritamu dalam beberapa hari ini.”
“Lain kali aku akan datang.”
“Kenapa harus lain kali, menginap lah, sudah lama kamu tidak menemaniku.”
Alea diam. Menginap! Tidak mungkin.
“Aku….”
“Sandra dan Ameera pergi menjemput Liam, dan akan kembali lusa. Temanilah Nenek untuk malam ini,” kata Nenek Rossela, dengan nada memohon lalu menoleh kearah Abraham. Sudah bisa ditebak dengan semua orang. Jika diminta menginap lelaki ini pasti akan dengan tegas menolak, “Tidak bisa, aku sibuk. Besok banyak pekerjaan.”
Nenek Rosella menggenggam tangan Alea, “Alea, jika kamu biasakan menemani Nenek untuk malam ini?”
Melihat wajah yang keriput dan lelah itu, Alea tidak kuasa untuk menolak, paling tidak ia bisa memenuhi keinginan Nenek Rossela untuk yang terakhir sebagai menantu di keluarga itu sebelum ia bukan lagi siapa-siapa. “Baik, malam ini aku akan menginap.”
Nenek Rosella mengulas senyum bahagia sedangkan Abraham tersentak dengan keputusan Alea yang berbanding terbalik dengannya.
Apa dia merencanakan sesuatu, hingga memutuskan untuk menginap? Pikir Abraham.
Setelah 1 jam menemani Nenek Rossela, wanita tua itu tertidur pulas. Alea menyelimuti dan mencium punggung tangannya, dari Nenek Rossela, Alea bisa merasakan kehangatan dan kasih sayang seorang ibu yang tidak pernah dia dapatkan sejak bayi.
“Nyonya, kamar Anda sudah siap,” kata kepala pelayan yang menunggu Alea didepan pintu kamar Nenek Rossela.
“Iya, terima kasih, Pak. Aku istirahat dulu.”
“Silahkan Nyonya, selamat malam. Jika ada yang Anda butuhkan, tekan saja bel yang ada dikamar.”
Alea mengangguk, “Aku mengerti.”
Alea membuka kenop pintu kamar yang sudah disiapkan untuknya. Hari ini aku lelah sekali, aku ingin segera tidur…
Langkah kakinya memasuki kamar yang besar itu, tiga kali lebih besar dari unit Apartemen yang ia sewa. Seperti rutinitas kesehariannya, sebelum tidur ia akan mencuci muka terlebih dahulu, Alea meletakkan tas di meja dan berjalan menuju kamar mandi. Tapi…. gerakan tangan yang ingin membuka pintu kamar mandi terhenti saat mendengar ada kehidupan di bilik itu. Suara gemericik air! Ada orang di dalam?