Sebuah senjata pusaka yg sempat menggegerkan dunia persilatan karena kehebatan nya, menjadi incaran banyak tokoh-tokoh pendekar yg berkeinginan untuk memiliki nya di saat senjata itu menghilang.
Dan bagi siapa saja yg akan berjodoh dengan pedang tersebut tentu akan menjadi tokoh dunia persilatan kelas wahid bahkan kemungkinan menjadi tokoh nomor satu tidak akan terbantahkan bila berhasil menggenggam senjata tersebut.
Baik dari kalangan putih maupun hitam saling berlomba guna mendapatkan pedang pusaka tersebut.
Nantikan kisah nya dalam cerita Pusaka Pedang Tabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zakaria Faizz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#4 Kawah Chandra Dimuka.
Sementara itu , ada dua orang yg tengah berada di hutan perbatasan desa Tutur, kedua orang ini pun melihat kejadian fenomenal yg terjadi di atas puncak Gunung Bayang tersebut.
" Lihat adi Tarunda , seperti nya Mustika merah delima telah muncul, coba lihat di atas puncak gunung Bayang itu !" ucap seseorang kepada teman nya.
" Benar kakang Sampun , seperti nya benda pusaka milik Sang Prabhu Suprabangkara itu telah kembali menemukan tuan nya, apakah mungkin pemuda yg bernama Wajangkara itu adalah putra dari sang prabhu sendiri !?" sahut teman nya yg bernama Tarunda ini.
" Boleh jadi Tarunda!, kita harus segera menyelidiki nya , dan sebaik nya esok pagi kita akan singgah di desa Tutur itu !" ujar Sampun menanggapi perkataan dari adik seperguruan nya ini.
Kedua orang yg merupakan utusan dari Prabhu Matunggal Malayangan itu memang telah berada dekat desa Tutur.
Mereka berdua memang di beri mandat untuk mencari dan mendapatkan pedang tabut yg telah mangkat dari bangsal perbendaharaan pusaka kerajaan Mudragha tersebut.
" Kalau memang benar pemuda itu adalah putra dari sang Prabhu Suprabangkara, berarti tugas kita agak lebih berat kakang Sampun " kata Tarunda.
" Mengapa kau berkata demikian adi Tarunda, sehebat apa pun ilmu nya , kita tentu akan dapat menghabisi nya , seperti juga Prabhu Suprabangkara itu!" seru Sampun sambil mengepal erat senjata yg bergerigi tajam laksana setengah cakram.
" Tetapi kita bertiga pun belum mampu untuk membunuh Sang Prabhu Suprabangkara itu, sehinnga benda pusaka , Mustika Merah Delima itu tidak berhasil kita kuasai , kakang, dan kini tsmpak nya seseorang tengah mendapatkan kemujuran yg luar biasa itu, mungkin ia lah kelak yg akan berkuasa atas negeri ini" sebut Tarunda.
Di tangan orang itu tidak terdapat senjata andalan nya, seperti nya ia meletakkan nya pada pinggang nya.
Mereka berdua tengah menatap ke atas puncak gunung itu tanpa berkedip sedikit pun.
' Kau jangan berpikiran picik seperti itu adi Tarunda, kakang prabhu Matunggal Malayangan tentu tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi, karena ia telah bersusah payah untuk mendapatkan nya dan berkuasa atas tahta Suraba sudah beberapa lama, hingga saat kini tidak ada seorang pun yg berani mbalela terhadap nya , dan tugas kita pula lah untuk membantu nya " terang Sampun sambil menatap ke arah adik seperguruan nya ini.
Karena malam cukup pekat di hutan kecil ini, Tarunda tidak menyahuti nya , diri nya masih asyik dengan pemandangan yg luar biasa yg terjadi di atas puncak gunung Bayang itu.
Memang pada saat itu , Diwandaka sangat kesulitan untuk menahan keluar cahaya mustika merah delima yg agak besar ini.
Bahkan dengan kedua tangan nya pun ia tidak dapat menutupi nya , dan satu hal yg tidak di ketahui oleh pemuda itu, pada saat itu diri nya masih mempergunakan tenaga dalam nya pada tataran tertinggi , sehingga hal inilah yg membuat mustika merah delima bersinar lebih terang dari biasa nya.
Setelah cukup lama kebingungan, Diwandaka pun memasukkan mustika merah delima itu ke dalam baju nya , agar cahaya nya tidak keluar lagi.
Pikiran pemuda itu ternyata meleset, meski telah ia masukkan ke dalam balik baju nya, tetap saja cahaya nya memantul keluar dengan begitu jelas nya.
Akhir nya Diwandaka pun kembali ke puncak kawah Dimuka , dimana di tempat tersebut masih ada wilayah yg cukup luas untuk nya dapat beristrahat atau pun sekedar duduk, tidak dengan puncak kawah agni ini, semua nya curam dan sangat terjal.
Kali ini dengan satu kali kemposi tenaga dalam nya , dengan mempergunakan ilmu peringan tubuh nya, pemuda itu melesat laksana kilat melintasi jurang-jurang yg sangat dalam di antara kedua puncak kawah itu.
Setiba nya di kawah Dimuka, Diwandaka langsung menuju ke kawah yg berisi air panas dan beraroma sangat menusuk itu.
Ia merasa agak gerah memang setelah bertarung dengan sang naga api tadi.
Meski sebenar nya di dalam hati nya agak bertanya-tanya pula akan kecepatan nya yg semakin meningkat itu.
Padahal tadi sewaktu aku akan menyebrang ke puncak itu , aku harus tiga kali melakukan pijakan , tetapi sekembali nya dari sana , aku hanya sekali lompat saja , ini aneh!, apakah gegara benda ini ?
Bertanya dalam hati Diwandaka sambil mengeluarkan Mustika Merah Delima dari balik baju nya.
Tangan pemuda itu seolah di aliri sebuah aliran yg tidak dapat di mengerti nya, dan aliran tersebut sangat hangat serta membuat tubuh nya menjadi tambah segar.
" Hebat !, luar biasa,..!"
Seru pemuda itu sambil mencium kembali Mustika Merah Delima tersebut, dan tiba-tiba di sebelah nya telah berdiri seseorang lelaki tua yg berjubah putih dan memiliki kedua tanduk di atas kepala nya.
" Cucu ku angger Diwandaka, segera lah cari tempat untuk mustika merah delima itu kau simpan, jangan diri.mu biarkan seperti ini, di bawah sana sudah banyak orang yg menyaksikan kehadiran nya kembali ,cepat lah cari sesuatu untuk kau di jadikan tempat mustika tersebut !" seru eyang Menjangan Putih.
" Ah, eyang mengagetkan ku saja, apa sebaik nya tempat mustika ini, aku tidak tahu , eyang !" ujar Diwandaka sambil melihat kiri dan kanan nya.
" Masuk lah kau ke dalam kawah itu, carilah di dalam nya sebongkah batu yg bisa kau jadikan untuk menyimpan benda tersebut "
Eyang Menjangan putih memberikan perintah kepada Diwandaka untuk segera masuk dan mencari batu yg dapat di jadikan sebagai tempat atau wadah guna menyimpan Mustika Merah Delima itu.
Tanpa pikir panjang, Diwandaka pun masuk ke dalam kawah yg beraroma menusuk itu dan langsung mengadakan pencarian nya.
Ia pun mendapatkan sebongkah batu putih yg agak berbentuk lonjong dan pipih seperti bentuk sebuah kerang.
Dan begitu di angkat nya ternyata batu itu memang dapat di buka dan Diwandaka langsung saja memasukkan Mustika Merah Delima itu ke dalam nya.
" Sangat cocok dan pas sekali !" seru nya kaget bercampur heran.
Sebab tanpa sadar nya ia melihat di atas batu yg kini telah menjadi wadah dari Mustika merah Delima itu terdapat gambar seperti yg ada di bandul kalung nya ini.
" Sama persis !" sebut nya sambil menatap kedua nya secara bergantian.
Tidak terlalu lama larut dengan gambar dari batu yg telah menjadi wadah Mustika Merah Delima itu, Diwandaka kembali berendam di dalam kawah Dimuka ini, ia kini tidak terpengaruh lagi dengan aroma yg menusuk dan berbau sangat tajam itu, pemuda itu memang tengah berusaha mengembalikan lagi seluruh tenaga nya yg terkuras setelah bertarung dengan sang Naga Api.
Hingga pagi menjelang, di saat fajar telah menyingsing, barulah Diwandaka bangkit dari dalam kawah Dimuka ini.
Tubuh nya terasa segar dan hangat, keadaan nya sudah pulih seperti sedia kala.
" Satu lagi tugas mu , angger Diwandaka !" seru Eyang Menjangan putih ,yg sedari tadi tetap.saja berdiri di tempat nya seolah tengah mengawal pemuda yg tengah berendam itu.
" Apa itu eyang ?" tanya Diwandaka.
" Pedang Pusaka, Pedang Tabut itu harus segera kau kuasai baru untuk selanjut nya berjalan lah menuju barat menuju kotaraja Mudragha, akan banyak tugas yg akan menanti mu disana !" tukas eyang Menjangan putih.
" Dimana aku akan mendapatkan nya eyang ?" tanya Diwandaka lagi.
" Disana , di depan sana, di kawah Chandra Ambara itu " terang Eyang Menjangan putih.
Ia pun meminta kepada Diwandaka untuk segera menyucikan diri baik raga maupun jiwa nya.
Lalu sesudah nya ia di harapkan melakukan tapa brata di dekat kawah Chandra Amabara itu.
" Tepat setiap sepuluh Dasawarsa , biasa nya pedang pusaka itu akan muncul di atas kawah Chandra Ambara itu, ia akan di balut oleh cahaya berkilauan berwarna biru langit, leluhurku menyebutkan bahwa benda itu memang turun dari langit,sehingga pemegang harus memiliki kesucian baik hati maupun tubuh nya , ia tidak akan mau bersama dengan orang-orang yg kotor , persiapkan lah diri mu Ngger, empat hari lagi bertepatan pada kemunculan bulan purnama di atas langit, kemungkinan nya benda pusaka itu akan segera keluar setelah meninggalkan kerajaan Mudragha,
Eyang berharap selama itu pula diri mu melakuakan tapa barata, mohon lah pertolongan kepada sang Hyang Agung agar kamu dapat memiliki benda tersebut, dan ingat !, pasangan dari pedang itu adalah Mustika Merah Delima, pergunakan benda itu saat akan menguasai pedang pusaka tersebut, mudah-mudahan diri mu memang berjodoh dengan senjata pusaka itu, doa eyang bersama mu , berangkat lah !"
Eyang Menjangan Putih memberikan wejangan dan petunjuk kepada Diwandaka mengenai senjata pusaka itu, dan bagaimana cara untuk menguasai nya.
Di pagi nan cerah, di saat ke sekeliling mata memandang terlihat hamparan hutan yg berada di lereng dan jurang di antara ketiga kawah yg ada di puncak gunung Bayang , tatapan mata Diwandaka tertuju pada puncak ketiga yg ada di puncak Gunung Bayang ini, letak nya berada di arah selatan.
Memang dari kawah Dimuka ini , puncak dari Kawah Chandra Ambara itu agak lebih jauh dari kawah agni.
Diwandaka menghela nafas nya dalam-dalam, seolah ingin menghisap habis semua udara pagi itu masuk ke dalam paru-paru nya.
Ia kini memang telah berubah sangat drastis, kini di dalam tubuh nya telah tersimpan sebuah kekuatan yg maha dahsyat.Setelah mendapatkan tambahan tenaga dari Mustika Merah Delima dari kawah agni tersebut.
Hufhhh!..
adu siasat perang antar dua kerajaan
bakalan seru
lawan gih, katanya mampu menghabisi si pemilik pedang tabut? 😉
dalam Bahasa Jawa yang halus, sampun artinya sudah 🙂