Alea, seorang gadis yang menjadi korban perkosaan di hotel tempat dimana ia bekerja. Alea yang kala itu sedang bertugas membersihkan salah satu kamar hotel karena dia merupakan seorang office girl, harus menerima kenyataan pahit ketika seorang laki-laki asing menjamahnya. Penderitaan tak sampai disitu, ketika Alea di paksa harus menikah dengan pria paruhbaya yang berkuasa di wilayahnya, dan hal yang lebih mengejutkan ketika Alea tahu jika orang yang telah menjadi suaminya adalah ayah dari laki-laki yang sudah tega menodainya. bagaimana Alea harus menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RD Junior, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak rela
Dengan suasana hati yang kacau, Chamela masuk kedalam kamarnya dan di ikuti oleh Rachel dari belakang. Chamela marah-marah dan meluapkan semua emosinya kepada barang-barang yang ada di kamar dengan cara melemparnya membabi buta.
"Ibu, cukup Bu! Seharusnya ibu tidak menghampiri kak Arthur, tadi," desah Rachel.
"Anak itu benar-benar sudah kurang ajar! Ibu harus memberinya pelajaran!" umpat Chamela.
"Sudahlah, Bu. Lagi pula aku tidak apa-apa, tadi aku itu hanya terbawa perasaan saat kak Arthur tidak mau mengakui aku sebagai adiknya. Aku mengerti alasan dia mengapa hingga detik ini belum bisa menerima kita."
"Tetap saja, Ibu tidak terima Arthur selalu memperlakukan kita seperti ini. Dia pikir dia itu siapa?! Jangan mentang-mentang dia itu putra pertama dari ayahmu, terus dia bisa memperlakukan kita seperti ini. Lihat saja, Ibu akan membalas perlakuan buruknya terhadap kita," dendam Chamela dengan bola mata penuh dengan amarah kebencian.
"Ibu mau apa? Please Bu, jangan melakukan tindakan yang nantinya bisa merugikan diri Ibu sendiri. Aku tidak ingin ayah marah jika ayah sampai mengetahuinya."
"Tenang saja Rachel. Ibu akan bermain dengan sangat cantik, sehingga tuan Carlos tidak akan mengetahui kalau Ibu lah dalang di balik semuanya."
"Apa maksud ibu?" Rachel yang belum paham maksud dari ucapan Chamela, menatapnya dengan begitu tajam.
"Ini sudah larut. Sebaiknya kau pergi ke kamarmu dan beristirahatlah," perintah Chamela.
"Tapi, Bu."
"Tidak ada kata tapi. Pergilah ke kamarmu, karena Ibu juga akan beristirahat."
"Baik, Bu." Dengan ragu-ragu Rachel pun meninggalkan ibunya.
Setelah Rachel pergi, Chamela bergegas pergi ke gedung belakang untuk menemui seseorang disana.
"Chamela mau pergi kemana malam-malam begini?" gumam Stevani yang tidak sengaja melihat Chamela keluar mansion dengan cara mengendap-endap. "Akh terserahlah apa yang ingin dia lakukan! Bukan urusanku juga," lanjutnya. Dia pun kembali masuk kedalam kamar.
*
Alea merebahkan tubuhnya di ranjang dengan posisi miring. Hatinya was-was karena malam ini dia berada di dalam kamar, satu ruangan dengan Carlos. Saat Carlos baru keluar dari kamar mandi dengan cepat Alea memejamkan matanya dan berpura-pura tidur.
Carlos menatap lekat wajah polos Alea yang menurutnya sudah terlelap itu. Dia pun merebahkan tubuhnya disamping Alea, serta melingkarkan tangannya di Alea memeluknya dari belakang.
Deg. Jantung Alea berdegup kencang saat dada Carlos menempel di punggungnya. Saat itu, Carlos dapat merasakan ketegangan Alea, sehingga dia pun tahu kalau Alea memang belum tidur.
"Aku mencintaimu," ucap Carlos seraya mengecup kepala Alea dan menggesek-gesekan wajahnya di rambut belakang perempuan lugu itu. Alea memejamkan matanya dan tampak pasrah dengan apa yang dilakukan Carlos terhadapnya.
Perlahan Carlos menyingkirkan rambut panjang Alea yang menutupi lehernya. Dia pun mengusap-usap leher itu lalu kemudian mengecupnya, sehingga membuat jantung Alea berdetak semakin kencang serta aliran darahnya berdesir hebat. Alea beberapa kali tampak memejamkan kedua bola matanya.
Tangan Carlos perlahan naik keatas dan berhenti tepat di kedua gundukan gunung kembar Alea dan merabanya. Tak mendapatkan perlawanan dari Alea, Carlos pun tersenyum menyeringai. Tangannya semakin bergerak bebas masuk menyelusup kedalam pakaian tidur yang dikenakan oleh Alea dan menyentuh kedua benda kenyal itu dengan lembutnya.
Carlos kembali mengecup leher jenjang Alea kemudian menghisapnya dan meninggalkan sebuah tanda kepemilikan dileher perempuan lugu, miliknya. Batin Alea menjerit, tak terima tubuhnya disentuh oleh laki-laki yang usianya terpaut sangat jauh dengannya itu. Ingin rasanya dia berontak dan melarikan diri dari Carlos.
Ketika Carlos hendak membuka pengait bra yang dikenakan Alea, tiba-tiba dia mengurungkannya saat melihat bayangan hitam berkelebat dari jendela kamar. Dia pun segera beranjak dari tempat tidur dan mendekati jendela itu. Mengetahui ada hal yang mencurigakan, dengan cepat Carlos mencari tahu. Karena dia yakin kalau ada orang yang menyusup kedalam mansion nya lagi.
Alea merasa lega saat Carlos tiba-tiba pergi. Namun hatinya pun kini bertanya-tanya, mengapa tiba-tiba Carlos pergi meninggalkannya? Akhirnya dia pun mengikuti Carlos tanpa sepengetahuannya.
Arthur berdiri didekat jendela kamar, menatap langit yang dihiasi kelap-kelip bintang memanjakan setiap orang yang melihat keindahannya. Dia menghela nafas dan membuangnya secara kasar, saat membayangkan apa yang sedang dilakukan ayahnya terhadap Alea malam ini. Mengapa hatinya tidak rela ketika Alea akan di jamah laki-laki lain? Perasaan itu sangat mengganggunya hingga Arthur tidak dapat memejamkan mata, karena yang ada dipikirannya saat ini hanyalah Alea, Alea dan Alea.
"Apakah aku sungguh-sungguh mencintainya? Aku tidak pernah merasakan perasaan ini sebelumnya terhadap seorang wanita," gumam Arthur. "Saat aku mengatakan perasaanku terhadap Alea sebelumnya. Sama halnya seperti Alea, aku pikir itu hanya sekedar lelucon. Karena dalam jarak dua sampai tiga hari perasaan itu seringkali tiba-tiba hilang begitu saja! Tapi kali ini perasaan itu malah semakin kuat," lanjutnya.
Bugh!
Saat Arthur sedang bergelut dengan hati dan pikirannya, tiba-tiba seseorang datang dan langsung menghantam wajahnya dengan pukulan yang sangat keras sehingga membuat hidungnya berdarah.
Orang bertopeng itu hendak memukulnya kembali. Namun dengan cepat Arthur menahannya dan melakukan serangan balik, dengan cara menendang perut pria itu hingga dia terpental.
Bugh. Bugh. Bugh.
Keduanya saling baku hantam. Sepertinya orang itu cukup kuat dan tidak mudah untuk dikalahkan.
Tak dapat mengalahkan Arthur dengan tangan kosong, pria itu pun mengeluarkan sebilah pisau dan menyerang Arthur dengan pisau yang ada ditangannya. Arthur sangat lihai menghindari setiap serangannya, bahkan terlihat beberapa kali Arthur memukul dan menendang pria itu.
Brught!
Pria itu terjatuh hingga merusak properti yang ada di dalam kamar Arthur. Saat melihat orang itu sudah mulai melemah, dengan cepat Arthur menghampiri dan hendak membuka topengnya.
"Arthur apa yang terjadi?" tanya Carlos, sehingga Arthur pun menoleh kearahnya.
Pria itu tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Saat Arthur lengah, dengan cepat dia memukul wajah Arthur dan menendangnya sehingga Arthur terpental cukup jauh. Dengan cepat pria itu melarikan diri dan di kejar oleh Carlos.
"Argh!" Arthur memekik kesakitan seraya memegangi perutnya. Dia berusaha untuk bangkit, namun berkali-kali dia terjatuh lagi.
"Tuan Arthur," Alea yang baru saja datang terkejut saat melihat Arthur sudah babak belur dan terluka cukup parah. "Sebaiknya kita kerumah sakit," ajak Alea.
"Tidak perlu!" Arthur menepis tangan Alea dengan kasar.
"Ada apa dengan tuan Arthur? Kenapa sikapnya seperti ini lagi?" batin Alea yang heran, karena tiba-tiba Arthur bersikap dingin lagi terhadapnya.
Arthur berusaha untuk bangkit, dia pun duduk ditepi ranjang. Alea berusaha membujuk Arthur agar dia mau dibawa kerumah sakit. Namun Arthur tetap menolak.