Lanjutan My Kindergarten Teacher dan The Five Brothers
Bagaimana jika kamu adalah putri dan cucu pemilik salah satu bank terbesar di Indonesia tapi dikira miskin oleh duda kaya hingga menawarkan menjadi Sugar Daddy nya supaya bisa berdekatan karena pria itu mengalami gynophobia.
Salasika Hadiyanto tidak menyangka jiwa gabutnya membuat dirinya memiliki Sugar Daddy bernama Lingga Xavier Horance. Part konyolnya, anak Xavier, Xander sangat dekat dan mendukung ayahnya tinggal bersama Sasa.
Bagaimana reaksi Dewa dan Sagara Hadiyanto saat tahu cucu dan putrinya memiliki Sugar Daddy akibat salah paham?
Generasi ke 8 klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rodrigo Tahu Rumah Sasa
"Papa Gula ! Kan aku sudah bilang pulang weekend ya WEEKEND!" desis Sasa sambil menekankan kata 'weekend' terakhir.
"Sasa, rumah sepi tanpa kamu." Xavier menatap penuh kesedihan dan Sasa hanya memicingkan matanya.
Papa Gula, modus kamu kok semakin ndodro tho! - batin Sasa gemas.
"Kamu kan bisa mukul panci, karaoke teriak-teriak biar ramai," balas Sasa.
"Sasaaaa ...."
"Dengar papa Viking ! Aku itu ada acara tujuh belasan dan aku lebih dekat dari rumahku jadi Minggu ini saja aku tidak pulang. Mbok ya pengerten sithik lah ( ngerti dikit )!" Sasa menatap tajam ke Xavier yang sekarang mirip Xander kalau merajuk.
Xavier menatap Sasa sambil manyun. "Kamu kesini naik apa?"
"Naik ojol. Motorku bannya kempes."
"Kok bisa?"
"Ya bisa lah ! Lha wong dikempesin sama gorila putih yang harusnya dilempar ke Tibet !" sungut Sasa gemas.
Xavier tertawa kecil. "Aku antar kamu pulang. Jangan menolak!"
"Tapi aku mau beli buah dulu, papa Viking. Sudah deh, kamu pulang dulu ke rumah. Aku bisa pulang sendiri !"
"Sasa ...."
"Sudah. Papa pulang ya?"
Xavier pun memilih mengalah daripada nanti bayi gulanya tidak pulang ke apartemen. "Hati-hati pulangnya."
"Iya."
Xavier pun pergi meninggalkan Sasa yang melanjutkan acara beli buahnya karena kulkasnya sudah kosong. Sasa juga mencari roti dan camilan lainnya hingga kantong belanjanya penuh. Sasa memang selalu membawa kantong belanjaan banyak di tas besarnya.
Setelahnya Sasa memesan taksi Bluebird karena bawaannya banyak. Tanpa Sasa tahu, ada mobil BMW hitam yang menunggu gadis itu dan mengikuti taksinya. Rodrigo tadi kebingungan mencari Sasa di istana buah, dan memutuskan untuk menunggu di dalam mobilnya. Dia juga sempat melihat Xavier keluar dari toko itu sambil membawa kantong belanjaan berisikan buah.
Apakah di dalam mereka sempat bertemu? - batin Rodrigo. Jujur dia agak tidak suka melihat Sasa dan Xavier. Apa aku sudah mulai cemburu ini?
Rodrigo mengikuti mobil itu hingga tiba di daerah Karangrejo yang ramai dengan rumah kost dan kontrakan karena banyak mahasiswa yang kuliah di daerah situ. Rodrigo bisa melihat rumah Sasa yang mungil dan tidak cantik.
Sepertinya ini rumah sewaan deh. Rodrigo berhenti agak jauh dari rumah Sasa dan memperhatikan bagaimana gadis itu turun lalu masuk ke dalam pagar rumahnya. Rodrigo tersenyum. Akhirnya aku tahu dimana gadis itu tinggal.
Rodrigo menjalankan mobilnya setelah tahu rumah Sasa dan dirinya menyusun banyak rencana untuk bisa membawa guru cantik itu ke rumahnya di daerah candi. Aku harus bisa membawa Sasa makan malam bersamaku.
***
Sasa mulai membersihkan semua buah yang dibelinya, menyimpan roti di dalam tempatnya. Gadis itu pun segera membersihkan diri di kamar mandi tanpa mendengar suara ponselnya berbunyi.
***
"Kemana bayi gulaku?" gerutu Xavier yang tidak mendapatkan jawaban dari Sasa.
"Pa, paling Sasa sedang mandi," sahut Xander yang baru keluar dari kamar dan menuju dapur. Bocah ganteng itu sudah mendapatkan petunjuk dari Sasa menu makan pagi, siang dan malam sesuai dengan bahan makanan yang sudah di marinasi.
"Kok kamu tahu ?" balas Xavier dengan tatapan curiga.
"Tahulah ! Sasa itu macam jam berjalan. Dia selalu disiplin jam mandi sore papa. Masa Papa tidak paham sih?" Xander menatap dengan mata mengejek Xavier. "Kalau papa mau sama Sasa, harusnya dihapalin kebiasaannya. Kok malah aku yang hapal sih ?"
Xavier memicingkan matanya ke arah putranya. "Sudah, kamu buat makan malam deh !"
Xander menggelengkan kepalanya. Sasa, pulang deh! Papa ditinggal kamu makin macam Plankton galau !
***
Sasa sedang mengeringkan rambutnya yang tebal dengan handuk saat mendengar suara ponselnya. Gadis itu melihat siapa yang menelpon dan sedikit bingung.
"Ya pak Setyo?" sapa Sasa ke penjaga sekolah.
"Bu Sasa, itu motor ibu kempes bannya dan dua-duanya pula. Bagaimana jika saya yang urus?" tawar Pak Setyo.
"Boleh pak. Tolong sekalian aku Carikan pembeli dong. Mau aku jual !" Sasa sudah bosan dengan motor Varionya yang kadang suka ngadat.
"Baik Bu." Tentu saja Setyo semangat karena pasti dia akan mendapatkan komisi dari penjualan motor Sasa. Meskipun motor second dan harganya jatuh tapi dia dapat satu jutaan kan lumayan.
Sasa tersenyum. "Terima kasih pak Setyo." Sasa mematikan panggilannya dan dia lebih memilih sekarang naik ojek online. "Punya duit banyak kok ya ga dipakai tho Saaaa."
Sasa hendak ke dapur untuk masak makan malam ketika ponselnya berbunyi lagi dan dirinya hanya melengos saat tahu siapa.
"Ya Xavier ...."
"Sasa, tanggal 16 itu kamis, tanggal 17 itu Jumat. Apa kamu jumatnya langsung pulang ke rumah ?" tanya Xavier tanpa basa-basi.
"Tidak ya papa Gula. Aku itu pulang hari Minggu !"
"Kenapa tidak jumatnya?" rengek Xavier.
"Kan aku sudah bilang ingin me time dulu. Tolonglah Xavier. Aku cuma ingin hibernasi dulu !" pinta Sasa. "Aku sibuk Minggu ini dan aku ingin Sabtu dan Minggu, berhibernasi."
"Kamu kan bisa hibernasi di rumah sini. Nanti aku akan peluk kamu, akan ...."
Sasa langsung mematikan panggilannya. "Dasar duda meshum !" Gadis itu langsung membuat ponselnya mati.
***
Xavier melongo saat Sasa mematikan ponselnya. "Lho? Aku salah apa?" Xavier lalu mencoba menelpon Sasa lagi.
"Jurusan yang anda tuju sedang tidak aktif."
"Haaaaahhhh ? Dimatiin?" geram Xavier di kamarnya sambil menatap jengkel ke layar ponselnya yang ada foto Sasa dalam bentuk manga. "Awas kamu bayi gula !"
***
Sementara itu ....
Rodrigo tampak bingung karena tidak bisa menghubungi Sasa karena ponselnya mati. Pria itu menatap layar ponselnya sambil mengerucutkan bibirnya.
"Ada apa Papa ?" tanya Prudence.
"Kok nomornya Miss Sasa tidak bisa dihubungi?" Rodrigo menatap putrinya.
"Baterei ponselnya habis mungkin, Pa."
Rodrigo pun manggut-manggut. "Bisa jadi ya gurumu itu lupa mencharger ponselnya."
Prudence yang sedang makan saladnya, mengangguk. "Jangan bingung lah Papa."
"Iya deh !" Rodrigo pun melanjutkan makannya.
***
Di Rumah Kontrakan Sasa
Disaat dua duda keren itu bingung tidak bisa menghubungi Sasa, si obyek DPO itu sedang melungker di bawah selimut tebal dan tidur dengan nyenyaknya.
***
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
sekarang ngaku aj lah biar ada sedekah ginjal kasian tiga dokter jagal setan lagi mau otw
lagi mbak !
udahlah pak ngaku aj sejujurnya sebelum serum kejujuran digunakan 😅😅😅
tkutnya udl lpas aja sking kgetnya,scra mreka blm tau gmn aksi bang piktor dkk...../Facepalm//Facepalm//Facepalm/