Xin Yue, seorang wanita cantik dengan kecerdikan yang mematikan, hidup dari mencuri dan membunuh. Namun, sebuah insiden membuatnya terlempar ke dunia kuno tanpa apa-apa selain wajahnya yang menipu dan akalnya yang tajam. Ketika dia mencuri identitas seorang wanita misterius, hidupnya berubah drastis—dari buronan kekaisaran hingga menjadi bunga paling dicari di Ruoshang, tempat hiburan terkenal.
Di tengah pelariannya, dia bertemu Yan Tianhen, pangeran sekaligus jenderal dingin yang tak pernah melirik wanita. Namun, Xin Yue yang penuh tipu daya justru menarik perhatiannya.
Dipaksa berpura-pura menjadi kekasihnya, keduanya terjebak dalam hubungan yang penuh intrik, adu kecerdikan, dan momen-momen menggemaskan yang tak terduga.
Akankah Xin Yue berhasil bertahan dengan pesonanya, atau akankah hatinya sendiri menjadi korban permainan yang ia ciptakan?
Tagline: Di balik wajah cantiknya, tersembunyi rencana yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 : Teka Teki
Xin Yue duduk dengan tenang di meja, memegang liontin biru giok yang sudah lama dia kenal. Liontin itu milik Lian, teman satu timnya di masa lalu. Mereka berdua adalah satu-satunya wanita dalam tim pencuri itu, dan Xin Yue memberikannya kepada Lian sebagai tanda persahabatan mereka yang erat. Namun, kini liontin itu kembali padanya, dengan pertanyaan yang menggantung di benaknya.
Wajah orang yang tadi memegang liontin itu… bukan wajah Lian. Itu bukan Lian. Tidak mungkin. Namun, mengapa liontin ini bisa ada di tangan orang lain? Bagaimana bisa seseorang mengetahui tentang benda yang hanya ada dua di dunia ini, dan satu-satunya orang yang tahu adalah Lian?
Xin Yue menggenggam liontin itu erat-erat, pikirannya penuh kebingungan. “Apakah Lian ikut transmigrasi seperti aku? Atau ada sesuatu yang lebih besar yang menghubungkan kita berdua?” gumamnya pelan, matanya masih tertuju pada liontin itu.
---
Setelah kejadian yang menegangkan, Tianheng menyarankan agar Xin Yue beristirahat. "Kamu tidak akan bisa berpikir jernih dalam keadaan seperti ini," katanya dengan lembut, mengamati ekspresi Xin Yue yang lelah.
Xin Yue tahu bahwa Tianheng peduli padanya, dan meskipun dia merasa canggung, dia memilih untuk mengikuti saran itu. Keadaan yang kacau dan perasaan yang belum terpecahkan membuatnya merasa berat untuk bergerak. Tapi saat dia berbaring di tempat tidur, Tianheng mendekat, memastikan bahwa dia merasa aman. Ada sesuatu dalam diri pria itu yang membuat Xin Yue merasa lebih tenang, meskipun dia selalu menganggap dirinya sebagai orang yang kuat dan mandiri.
Tianheng memandangnya dengan tatapan yang penuh perasaan, wajahnya yang keras dan dingin berubah lembut saat melihat Xin Yue yang tertidur. Tanpa sadar, tangannya bergerak, membelai rambut gadis itu dengan penuh kelembutan. "Xin Yue," bisiknya pelan, hatinya dipenuhi rasa bersalah. "Maafkan aku. Aku berjanji akan menjagamu."
---
Pagi itu, sinar matahari pagi yang lembut menembus tirai jendela, menciptakan bayangan halus di lantai kamar. Suasana di mansion terasa damai, namun Xin Yue masih terbaring malas di tempat tidur. Kejadian kemarin menguras energi, dan tubuhnya merasa lelah, seolah dunia bisa menunggu sejenak. Namun, bau makanan yang menggugah selera membuatnya membuka mata.
Tianheng sudah siap dengan pakaian latihannya. “Sarapan sudah disiapkan,” katanya dengan nada tenang, matanya menatap Xin Yue yang masih terbaring. “Makanlah, kamu butuh energi.”
Xin Yue tersenyum tipis, semangatnya kembali menyala begitu melihat makanan yang disajikan. “Ternyata hal-hal berat memang butuh energi yang cukup. Mari makan enak dan setelah itu kita kembali berjuang!” pikirnya, senyum kecil mulai mengembang di bibirnya.
---
Setelah sarapan, Tianheng menatap Xin Yue dengan penuh perhatian. "Apa rencanamu hari ini?" tanyanya, suaranya tenang namun penuh rasa ingin tahu.
Xin Yue menyendok makanan terakhir ke dalam mulutnya sebelum menjawab dengan santai, “Aku akan pergi ke Ruoshang. Seharusnya Ru Jian sudah kembali hari ini, jadi aku ingin tahu apa yang dia bawa. Mungkin ada sesuatu yang berguna.” Dia menyeka mulutnya dengan napkin, melanjutkan, “Selain itu, aku juga berencana membeli beberapa pelayan dari Ruoshang untuk ditempatkan di kediaman para utusan negara lain. Lebih mudah kalau aku menggunakan orang-orangku sendiri.”
Tianheng tersenyum tipis, merasakan bahwa semangat Xin Yue kembali pulih. Namun, dia tak bisa menahan diri untuk mengingatkan, “Tetap hati-hati, Xin Yue. Dunia ini penuh dengan kejutan, dan kita tidak tahu siapa yang bisa menjadi ancaman.”
Xin Yue menganggukkan kepalanya, senyum kecil di wajahnya. “Tenang saja, aku akan berhati-hati,” jawabnya dengan percaya diri.
Tianheng menatapnya sejenak, memastikan Xin Yue siap menjalani hari itu, sebelum akhirnya berdiri dan melangkah menuju pintu. “Baiklah, aku pergi dulu. Semoga hari ini membawa kabar baik untukmu,” katanya sambil melangkah keluar.
Xin Yue hanya tersenyum tanpa menoleh, kembali menikmati ketenangan pagi itu. “Jaga diri, Tianheng,” jawabnya, menikmati beberapa detik kedamaian sebelum kembali menghadapi dunia luar yang penuh tantangan.
---
Di Ruoshang, Xin Yue memandang Ru Jian dengan tatapan tajam. “Ru Jian,” ucapnya dengan suara dingin, “Berhenti bertingkah seperti bajingan. Kau terlalu mahal untuk aku bayar!”
Ru Jian hanya tertawa sinis, tidak terpengaruh oleh nada tajam Xin Yue. “Tidak perlu membayar, Xin Yue. Aku akan membantumu dengan gratis,” jawabnya santai.
Xin Yue menggelengkan kepala, merasa kesal dengan sikap Ru Jian. “Bukankah itu seperti menerima risiko dengan sadar diri? Aku tidak mau,” tegasnya, suaranya mulai meninggi.
Debat mereka semakin memanas, namun suara Madam Hua yang tegas terdengar, menginterupsi. “Ru Jian, kau tahu bahwa tugasmu adalah mata-mata level 1. Aku tidak akan melepaskanmu untuk pergi ke istana. Jadi berhentilah merengek, atau aku akan menghukummu,” kata Madam Hua dengan nada penuh wibawa.
Xin Yue menghela napas lega, berterima kasih pada Madam Hua yang telah menenangkan Ru Jian. “Terima kasih, Madam Hua,” katanya dengan senyum kecil.
Madam Hua kemudian memanggil beberapa pelayan baru untuk mendekat. Dengan langkah tenang, dia menyerahkan sebuah gulungan kertas kepada Xin Yue. “Ini, Xin Yue. Jika kau menemukan sesuatu yang menarik dalam gulungan ini, jangan terkejut. Karena kehidupan di istana memang semenjijikkan itu,” jelas Madam Hua sambil tersenyum tipis.
Xin Yue menerima gulungan itu dengan hati-hati, merasakan beban yang ada di dalamnya. Dia tahu bahwa apa yang ada di dalam gulungan itu akan mengarah pada sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang mungkin akan mengubah banyak hal di istana. Namun, dia juga tahu bahwa dia harus siap menghadapi segala kemungkinan.
Dengan satu pandangan terakhir pada Madam Hua dan Ru Jian, Xin Yue memutuskan untuk membuka gulungan itu. Apa yang akan dia temukan kali ini?
saya suka bagus banget 🙏
cuma tolong perhatikan kata kata nya, cerita nya seperti loncat loncat seperti tidak menyambung dan seperti terulang ulang kata kata nya dan cerita nya dalam 3 bab ini😊
sukses selalu thor saya suka ceritanya
saya nanti kan kelanjutan ceritanya lagi Thor
semangat 💪