Setelah mengukuhkan kekuasaannya atas Kota Canyu, Zhang Wei memulai perjalanan epik menuju puncak dunia demi membangkitkan kembali masternya, Lian Xuhuan. Namun, jalan menuju tujuan itu penuh bahaya: musuh kuat, intrik politik, hingga menjadi buronan kekaisaran Qin.
Dalam petualangannya, Zhang Wei harus menghadapi penguasa Tanah Barat, mengungkap rahasia dunia, dan membuktikan dirinya sebagai pendekar pedang kelabu yang tak terkalahkan.
Dengan tekad membara, Zhang Wei bersiap melawan dunia untuk mencapai puncak tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjamuan Kekaisaran
Perjamuan dimulai dengan gemilang. Aula utama istana dipenuhi oleh cahaya lentera emas yang berkilauan, menciptakan suasana mewah yang hanya bisa ditemukan di pusat kekuasaan Kekaisaran Qin. Meja-meja panjang dipenuhi berbagai hidangan mewah, mulai dari anggur langka hingga daging spiritual yang diproses oleh koki terbaik di kekaisaran.
Para tamu yang hadir berasal dari berbagai kalangan—pangeran, putri, pejabat tinggi, hingga jenderal yang memimpin pasukan kekaisaran. Di antara mereka, Zhang Wei menjadi pusat perhatian. Duduk di salah satu kursi kehormatan, dia terlihat tenang, bahkan sedikit acuh, namun tatapan tajamnya memantau setiap gerakan di ruangan.
Kaisar Qin Huangming duduk di singgasana di ujung aula, mengenakan jubah emas dengan ukiran naga yang tampak hidup di bawah cahaya lentera. Di sampingnya, beberapa pangeran dan putri duduk dengan sikap anggun namun penuh kewaspadaan. Qin Lian, pangeran kelima yang sebelumnya berseteru dengan Zhang Wei, duduk dengan wajah kaku, jelas menahan diri untuk tidak menunjukkan ketidaknyamanan di hadapan banyak orang.
Kaisar mengangkat cawan anggurnya, suaranya yang penuh wibawa memenuhi aula. “Hadirin sekalian, malam ini kita berkumpul untuk menghormati tamu kita, Zhang Wei, yang telah menunjukkan keberanian dan kekuatan luar biasa. Kehadirannya adalah pengingat bagi kita semua bahwa kekuatan sejati tidak hanya berasal dari darah atau status, tetapi juga dari tekad dan kerja keras.”
Semua orang mengangkat cawan mereka, namun suasana di balik perayaan ini tidak sepenuhnya damai. Banyak yang melihat Zhang Wei sebagai ancaman, sementara yang lain memandangnya sebagai peluang.
Saat anggur pertama dituangkan, seorang pejabat tinggi bernama Menteri Liang, yang dikenal karena kecerdasannya, membuka percakapan. “Tuan Zhang Wei, kabarnya Anda berasal dari tempat yang jauh. Apakah perjalanan Anda membawa Anda ke banyak tempat menarik?”
Zhang Wei tersenyum tipis, menyesap anggurnya sebelum menjawab. “Perjalanan saya membawa saya ke tempat-tempat yang penuh pelajaran, meski tidak semua bisa disebut menarik.”
Kata-katanya sederhana, namun nadanya membuat beberapa orang merasa terintimidasi. Di balik meja lain, Qin Yan, pangeran kedua, tersenyum tipis sambil memandang Zhang Wei. “Keberanian dan kebijaksanaan Anda sangat mengesankan. Tapi, saya penasaran, apakah ada tujuan tertentu yang membuat Anda menerima undangan ini?”
Ruangan tiba-tiba terasa sedikit tegang. Semua mata tertuju pada Zhang Wei, menunggu bagaimana dia akan merespons pertanyaan yang jelas bernuansa jebakan itu.
Zhang Wei meletakkan cawan anggurnya dengan tenang, gerakannya halus namun penuh makna. Tatapannya perlahan mengarah ke Qin Yan, pangeran kedua yang tampak penuh percaya diri di balik senyumnya yang tenang.
“Apa tujuan saya menerima undangan ini?” Zhang Wei mengulangi pertanyaan itu dengan nada datar, seolah menimbang-nimbang kata-katanya. “Yang Mulia Kaisar memberikan kehormatan besar kepada saya dengan undangan ini. Tentu saja, sebagai orang yang menghargai etika dan hubungan baik, saya tidak mungkin menolaknya.”
Jawabannya sederhana, namun membawa ketegangan yang tak kasat mata. Beberapa pejabat dan pangeran yang duduk di sekitarnya saling bertukar pandang, mencoba mencari tahu maksud di balik kata-kata itu.
Namun, Qin Yan tidak menyerah begitu saja. Senyumnya semakin melebar, matanya bersinar tajam seperti predator yang menemukan mangsa. “Tentu saja, Tuan Zhang Wei. Tapi Anda adalah seseorang yang memiliki reputasi besar. Saya hanya merasa heran, mengapa seseorang seperti Anda, yang biasanya bergerak bebas tanpa terikat aturan, tiba-tiba begitu... patuh pada undangan kekaisaran?”
Suasana menjadi lebih tegang. Beberapa pejabat berhenti makan, perhatian mereka terfokus sepenuhnya pada pertukaran kata-kata itu. Qin Lian, yang sebelumnya diam, tampak mengangkat alis, menunggu dengan ekspresi campuran antara rasa ingin tahu dan kegelisahan.
Zhang Wei tetap tenang. Dia menatap Qin Yan dengan tatapan yang sulit dibaca, seolah mengamati pangeran itu hingga ke dalam jiwanya. Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, dia akhirnya berbicara.
“Patuh?” Zhang Wei tersenyum kecil, namun ada sesuatu yang dingin di balik senyumnya. “Pangeran Kedua, mungkin Anda salah paham. Saya tidak pernah patuh pada siapa pun. Kehadiran saya di sini bukan karena perintah, melainkan kemauanku sendiri.”
Kata-kata itu menghantam seperti petir. Beberapa pejabat tampak terkejut, sementara beberapa lainnya berusaha menyembunyikan senyum kecil mereka. Zhang Wei baru saja secara halus menegaskan bahwa bahkan undangan Kaisar sekalipun tidak cukup untuk memaksa kehadirannya.
Kaisar Qin Huangming, yang selama ini diam sambil mengamati, tiba-tiba tertawa pelan, memecah ketegangan di ruangan itu. “Tuan Zhang Wei, kata-kata Anda memang tajam, seperti pedang yang Anda bawa. Namun, itu juga yang membuat saya semakin yakin bahwa Anda adalah tamu istimewa yang pantas dihormati.”
Tawa Kaisar menenangkan suasana, namun di balik itu, matanya yang tajam tetap mengamati Zhang Wei dengan penuh perhatian. Ada sesuatu yang tidak biasa pada pemuda ini, sesuatu yang membuatnya sulit untuk sepenuhnya dipercaya.
Di sisi lain, Qin Yan tampak terpaksa menahan diri. Dia menunduk hormat kepada Kaisar sebelum berbicara lagi. “Tentu saja, Yang Mulia. Saya hanya ingin mengenal lebih dekat tamu kehormatan kita.”
Zhang Wei tersenyum kecil, lalu mengangkat cawan anggurnya. “Pangeran Kedua, saya menghargai rasa ingin tahu Anda. Mungkin suatu saat, kita bisa berbicara lebih mendalam tentang banyak hal.”
Pernyataannya terdengar ramah, namun ada ancaman halus di baliknya yang tidak luput dari perhatian siapa pun. Perjamuan kembali berlanjut, namun ketegangan di udara masih terasa. Di balik senyuman dan percakapan ringan, semua orang menyadari bahwa ini adalah permulaan dari permainan intrik yang lebih besar.
Perjamuan terus berlangsung dengan percakapan ringan, tetapi di balik semua itu, Kaisar Qin Huangming tak henti-hentinya memperhatikan Zhang Wei. Sikap tenang dan aura pemuda itu begitu misterius. Setiap jawaban yang Zhang Wei berikan tampak sempurna, namun Kaisar merasa ada sesuatu yang tidak selaras.
“Zhang Wei,” suara Kaisar memecah keramaian, menarik perhatian semua orang di aula. “Saya penasaran, dari klan mana Anda berasal? Kemampuan luar biasa seperti yang Anda miliki pasti diwariskan dari garis keturunan yang kuat.”
Semua mata tertuju pada Zhang Wei. Beberapa pangeran bahkan menahan napas, menunggu jawaban yang mungkin akan mengungkap lebih banyak tentang tamu misterius ini.
Zhang Wei tersenyum tipis, mengangkat cawan anggurnya sebelum berbicara. “Yang Mulia, saya hanyalah seorang pengembara. Klan tempat saya berasal sudah lama hilang dalam sejarah. Sebuah tragedi lama yang tidak layak untuk dikenang. Saat ini, saya hanya membawa nama saya sendiri tanpa embel-embel keluarga atau klan.”
Kata-katanya terdengar tulus, tetapi Kaisar tidak sepenuhnya yakin. “Sebuah klan yang hilang, katamu? Sangat disayangkan. Namun, bakat Anda yang luar biasa tetap memunculkan pertanyaan: siapa yang mengajari Anda?”
Zhang Wei tertawa kecil, matanya berkilat penuh percaya diri. “Guru saya adalah seseorang yang tidak ingin namanya disebutkan. Dia hanya menginginkan saya melangkah di dunia ini dengan kekuatan saya sendiri. Saya kira, hingga hari ini, saya telah memenuhi harapannya.”
menyerah,,,,,
bersambung,,,,