NovelToon NovelToon
Cintamu Menusuk Jantungku

Cintamu Menusuk Jantungku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Romansa Fantasi / Cinta Terlarang
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sindya

Pengorbanan Renata yang awalnya hanya menjadi seorang penyamar untuk menggantikan seorang wanita yang merupakan tunangan dari Bryan karena sedang koma berakhir menjadi sebuah malapetaka yang membuatnya kehilangan segalanya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Rencana Licik

Tuan Hakim begitu kaget mendapati pesan dengan nomor yang tidak dikenal. Walaupun begitu ia merasa aman saat melihat M-banking nya masih utuh.

"Sialan...! Rupanya aku hanya dikerjain saja oleh orang iseng." Nafas tuan Hakim terasa lega. Namun tidak dengan asistennya yang melihat wajah tuannya yang sempat pias barusan.

"Apa yang terjadi tuan?" tanya sang asisten bernama Bima.

"Tidak ada yang serius. Hanya orang iseng," ucap tuan Hakim.

"Jangan terlalu meremehkan masalah kecil tuan karena itu bisa jadi ponsel tuan di sadap walaupun tuan tidak melakukan aktivitas dengan ponsel," ucap Bima.

"Benarkah? Terus apa yang harus aku lakukan jika itu terjadi?" tanya tuan Hakim seraya memperlihatkan pesan dari Renata untuknya pada Bima.

Bima menerimanya dan melihat pesan yang bernada ancaman itu. Ia lalu menulis kalimat singkat di buku memonya lalu menyerahkan pada tuan Hakim.

"Sepertinya ponsel tuan di sadap. Ganti saja ponselnya dengan nomor yang baru. Jika ada perintah rahasia sebaiknya lakukan pertemuan saja untuk membahasnya," tulis Bima di pesan itu.

Tuan Hakim lalu membalas ucapan Bima. Namun pesan masuk dari Renata kembali terjadi.

"Saldo rekeningmu sudah mulai berkurang. Apakah kamu masih mau bermain-main denganku, tuan Hakim?" ancam Renata dan tuan Hakim segera memeriksa lagi rekeningnya yang ternyata sudah terkuras 2 triliun.

"Siaalaaannn....!" pekik tuan hakim histeris membuat Bima ikutan panik.

"Tuan apa yang terjadi?" tanya Bima.

"Uangku. Uangku raib...," ucapnya penuh emosi.

"Biar saya melacak nomor orang itu tuan," ucap Bima yang juga ahli dalam IT tersebut.

"Lakukan dengan cepat...! Jika sudah menemukan orang itu, habisi dia...!" titah tuan Hakim lalu pergi begitu saja dari hadapan Bima.

Sementara itu Renata sudah menghilangkan jejaknya agar tidak mudah ditemukan keberadaannya oleh siapapun yang mencoba melacaknya.

"Apakah kamu lapar sayang?" tanya Bryan yang baru selesai membahas dengan pihak investor yaitu proyek kerjasama antara Jerman dan Perancis itu.

"Pastinya sayang." Keduanya saling merengkuh pinggang mereka dengan saling menatap satu sama lain.

"Apakah urusannya sudah beres sayang?" tanya Renata lalu mengecup bibir suaminya.

"Tentu saja. Semua ini berkat kamu. Adanya kamu disisiku membawa keberuntungan untukku," ucap Bryan tanpa terkesan gombal di dalamnya.

"Benarkah? Kalau begitu apakah aku boleh meminta sesuatu kepadamu?"

"Katakan saja sayang..! Apa yang kamu inginkan?" tanya Bryan.

"Aku mohon jangan memintaku untuk tinggal bersamamu karena itu akan menimbulkan polemik dan hubungan kita akan ketahuan oleh kakek," ucap Renata.

"Lalu...? Bagaimana kalau aku merindukan kamu sayang?" protes Bryan.

"Kita bisa melakukan sesekali tanpa ketahuan oleh orang dalam seperti Berlin," sahut Renata.

"Baiklah. Kalau begitu setiap tiga hari sekali kau harus datang kepadaku atau sebaliknya. Kita akan melakukan pertemuan di tempat sesuai dengan yang kita sepakati," ucap Bryan.

"Setuju. Sekarang aku sudah lapar. Aku mau makan di warung makan Padang," pinta Renata dan keduanya segera meninggalkan perusahaan itu.

Di Jerman sana di rumah sakit tempat Rania dirawat, dokter memberikan harapan kehidupan untuk nyonya Sandra.

"Syukurlah. Ada kabar baik untuk anda nyonya. Putri anda memiliki tanda-tanda kehidupan. Sepertinya semangat hidupnya kuat sekali," ucap dokter Michel.

" Apakah putriku akan segera siuman dalam waktu dekat ini dokter?" tanya nyonya Sandra.

"Semoga saja begitu nyonya. Kita doakan saja...!" ucap dokter Michel dengan senyumannya yang meyakinkan nyonya Sandra.

"Alhamdulillah ya Allah. Rania. Bunda harap kamu segera sadar sayang. Kasihan tunanganmu Bryan. Jangan sampai ia berpaling darimu dan jatuh cinta pada wanita yang sudah menyamar sebagai dirimu, nak," desis nyonya Sandra menangis haru di samping Rania.

Dokter segera memberikan instruksi kepada perawatnya untuk melepaskan beberapa alat bantu dari tubuh Rania. Hanya selang oksigen dan jarum infus masih bersarang di tubuh Rania.

...----------------...

Sementara itu Bryan dan Renata sering menghabiskan waktu bersama di sela-sela kesibukan mereka. Hampir satu bulan pernikahan mereka keduanya tetap tinggal terpisah dan tidak ada yang tahu kalau mereka kini telah resmi menikah kecuali orang-orang terdekat Bryan yang bermukim di luar negri.

Namun sebaik-baiknya mereka menyembunyikan hubungan mereka namun ada saja musuh Bryan yang sedang mengintai mereka saat keduanya melakukan perjalanan ke Bandung.

"Kali ini pastikan keduanya mati. Tuan Firza yang terakhir yang kita urus," ucap seseorang diujung telepon pada kaki tangannya.

"Baik bos. Kita bisa menghabiskan mereka di tol seperti beberapa bulan yang lalu," ucap sang anak buah.

"Jangan di tol lagi. Lakukan seperti adanya perampokan atau penculikan. Mereka pasti mendatangi villa rahasia milik tuan Firza. Dan aku tahu mereka pasti ke sana," ucap sang musuh.

"Iya bos. Kami sedang mengikuti mereka. Saat ini masih aman. Kami juga mengintai mereka dengan drone di jarak aman agar tidak kehilangan jejak. Mereka pintar sekali mendatangi villa itu di malam hari saat semua orang terlelap," ucap sang anak buah.

"Bagus. Semoga kali ini tidak akan gagal. Habisi perempuan itu karena dia sangat mencurigakan," titah sang musuh pada anak buahnya.

Sementara itu mobil yang di kendarai Renata harus lebih hati-hati karena hujan mulai lebat dan jarak pandang yang cukup sulit. Namun kacamata pintar yang dipakai Bryan sangat membantu.

"Sayang, hati-hati...! Jalan ini menanjak dan sering tertutup kabut," ucap Bryan kuatir karena kacamatanya saat ini dipakai oleh Renata.

"Doakan saja semoga kita sampai dipuncak bukit ini dengan selamat." Renata tetap waspada di sekitar area tersebut.

"Nanti sampai ke atas jangan harap kamu bisa tidur malam ini karena aku sangat merindukanmu, Renata," ucap Bryan menggoda Renata yang terlihat serius.

"Aku tidak keberatan tuanku...! lakukan apapun yang kamu inginkan karena aku milikmu seutuhnya," ucap Renata yang merasa menabrak sesuatu.

Brakkk.,..

"Ya Allah. Apa itu? Semoga aku tidak menabrak manusia ataupun binatang," gugup Renata yang harus menginjak rem secara dadakan.

"Berikan kacamata itu. Biarkan aku yang turun untuk melihat di luar sana...!" pinta Bryan namun di tolak oleh Renata.

"Jangan, sayang...! Biar aku yang turun. Kamu tetap di mobil saja...!" Renata mengembalikan kacamata pintar itu pada Bryan sementara dirinya segera pakai mantel bening untuk keluar menembus hujan lebat dengan senter di tangannya.

"Hati-hati sayang...!" ucap Bryan kuatir.

"Hmm...!"

Renata menyoroti lampu dibawah ban mobil dan melihat ada batu besar yang menutupi jalan.

"Alhamdulillah. Ternyata hanya batu. Mungkin jatuh dari bukit," ucap Renata lalu masuk kembali ke dalam mobil untuk memundurkan mobil itu agar ia bisa memindahkan batu besar itu ke pinggir jalan.

"Ada apa Renata?" tanya Bryan.

"Hanya batu. Aku akan mundurkan mobil ini dulu," ucap Renata sambil memundurkan mobil. Ia kemudian turun lagi untuk mengangkat batu besar yang cukup berat itu ke pinggir jalan.

Di saat yang sama dari belakang ada mobil yang menghampiri mereka membuat Renata. Sorot lampu mobil membuat Renata harus menutup matanya agar tidak terlalu silau.

"Itu mobil siapa? Bukankah villa milik kakek sendiri yang ada di atas?" batin Renata yang mencium ada yang tidak beres dengan mobil yang baru datang.

"Tangkap wanita itu dan buang dia ke jurang...!" titah seseorang kepada rekan-rekannya yang baru turun dari mobil dan langsung menyerang Renata.

Menyadari adanya musuh membuat Renata tidak tinggal diam. Ia akhirnya menyerang para penjahat yang berjumlah empat orang itu dengan tangan kosong.

"Ada perkelahian di depan sana...!" bisik sang kacamata membuat Bryan terkejut.

"Bryan. Jangan buka pintunya....!" teriak Renata sambil membalas serangan musuh namun Bryan tidak mendengar ucapan sang istri karena terhalau oleh suara hujan.

1
suti markonah
akhirnua brian ketemu istri tercinta
suti markonah
sedih renata ke tangkep😭😭😭
Wicih Rasmita
seru deg degan 😳
next Thor
tina
lanjut kak
tina
lanjut
ngatun Lestari
tidak sabar menunggu pembalasan yang dilakukan Renata terhadap Glen...
ngatun Lestari
perasaan baru baca..saking asyiknya ee udah habis part...
ditunggu selanjutnya...
ngatun Lestari
ayo semangat..pasti ada jalan keluarnya
Rosdiana Diana
insya Allah bagus ceritanya... aamiin
suti markonah
semangat renata pantang menyerah, semoga usahanya membuahkan hasil dan cepet bs keluar
Wicih Rasmita
bagus ceritanya 👍
tina
lanjut
ngatun Lestari
aku cari" lama gak ketemu... akhirnya ketemu juga ini novel...
Rosdiana Diana: Alhamdulillah makasih juga kak
total 1 replies
ngatun Lestari
keren ... aku suka...makasih kak
tina
lanjut kak
tina
lanjut
tina
lanjut kak
tina
lanjut
tina
lanjut kak
suti markonah
masih banyak teka teki, siapa pula dokter yg sudah tau renata...sykr lan klo rania mau ngalah..semoga dapat jodoh baik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!