Kepergian wanitanya menyisakan luka yang teramat dalam bagi Agra. Dari sekian banyaknya waktu yang ia tunggu, hanya pertemuan yang ia harapkan,
Setelah pengingkaran janji yang sempat ia terima, pertemuan masih menjadi keinginannya dalam setiap tarikan nafasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Misshunter_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asisten Penggoda
"sayang.. Hari ini mas pulang terlambat lagi" ujar Agra penuh sesal, ini sudah hari yang kesekian Agra lembur lagi dan lagi dibulan ini,
"lembur lagi?"
"yaa.. Maaf mas menyesal gak bisa temani kamu makan malam"
karna terkadang Agra pulang kerumah agak larut malam, dimana ia yang sudah melewatkan waktu makan malamnya dengan sang istri
"apa aku harus menemani kamu lembur mas?"
"tidak perlu sayang, kamu istirahat saja dirumah. Mas pastikan malam ini malam terakhir mas lembur"
"oke. See you Babe".
Agra bergumam menyahuti, "Rehan, apa klien kita sudah sampai?" ujar Agra setelah panggilan terputus
"sudak pak, saya panggilkan"
Rehan kembali ke ruangan Agra dengan seorang wanita yang mengekor dibelakangnya, "silahkan mbak" ucap Rehan
wanita itu mengangguk sopan, seraya berjalan melewati Rehan, ia duduk dihadapan Agra terhalang meja persegi
saat Agra mendongak, ia termundur dengan mata membola, ia alihkan tatapnya pada Rehan yang menatap terkejut kearahnya
"kenapa pak Agra?"
"Rehan, kamu— kamu tidak salah?" ujarnya pelan, ia memutari sebelah bagian meja kebesarannya untuk bisa menghampiri Asistennya,
Agra tarik tangan Rehan sedikit menjauh dari wanita yang katanya klien mereka, terlebih dahulu Agra tersenyum sopan pada wanita yang saat ini menatap Agra dan Rehan kebingungan
sementara Agra berikan cubitan gemas diperut Rehan yang membuat Rehan meringis
"kamu ngerjain saya?" ujar Agra berbisik
"enggak pak bos, sumpah demi Tuhan, dia utusan nya pak Albern" sahut Rehan tak kalah berbisik
"Really?" spek ani ani? Batin Agra. "bagaimana kalau istri saya tahu Re? Saya bisa dijadikan kambing guling nanti"
"ya gak papa pak. kan yang jadi kambing gulingnya pak Agra bukan saya" ia pamerkan deretan gigi putihnya yang rapih dihadapan Agra
lihatlah tingkahnya bagaimana Agra tidak kesal pada Rehan, Agra menatap jengah "kamu tetap diam disini atau saya cubit ginjal kamu!!" peringat Agra
Agra kembali menuju kursi kebesarannya, menarik nafas dan menghembuskannya perlahan "jadi anda utusan pak Albern?"
ia mengangguk, "iya pak Agra. Perkenalkan.." ia ulurkan tangannya dihadapan Agra
Agra menatap tangan itu ragu, wajah istrinya selalu muncul disaat seperti ini, "emm.. Sorry saya masih punya wudhu" kilah Agra, jangankan wudhu Agra hampir lupa kapan terakhir kali ia mendirikan shalatnya
wanita itu kembali menarik tangannya menghormati keputusan Agra, cihh sok suci batin nya "ah baiklah, saya Stella utusan pak Albern sebagai asisten pribadinya" terangnya
"ah Stella" ulang Agra "baiklah bisa kita mulai. Dari mana?"
Oh tuhan sungguh wanita gila, ia mengenakan pakaian kurang bahan seperti ini untuk agenda pertemuan, apa pemandangan seperti ini yang selalu pak Albern lihat?
Belahan dada rendah, tampak sangat sesak disana, jika mereka bisa bicara mungkin mereka ingin tempat yang lebih luas untuk ukuran buah dada sebesar itu
pundaknya yang mulus juga terpampang disana tanpa segan, dan dia bangga seperti ini? Oh Astaga. Batin Agra sembari memindai wanita dihadapannya kini
"kurang lebih mungkin seperti itu pak Agra" pungkas Stella
Sementara Agra hanyut dalam lamunannya, "pak Agra?" panggil Stella, "pak.. Pak Agra??"
Sedetik kemudian Agra tersadar saat jentikan jari Stella membuyarkan lamunannya,
"ha? Ya.. Yaa.. Seperti itu cukup, cukup baik" sahut Agra terbata. Ah sial batinnya
sementara Rehan cekikikan disudut ruangan itu, pasti bos nya menatap kesegala arah wanita dihadapannya sampai membuatnya tak fokus begitu, hihi panas kan pak bos. Batin Rehan
sementara satu sudut bibir Stella terangkat, merasa puas dengan tangkapannya hari ini, ia akan mendapat bonus yang besar jika sampai bisa mendapatkan proyeknya kali ini,
"boo..!! Anda kena tuan Agra" batin Stella
*
setelah kepergian Stella, Agra duduk tak tenang dikursi kebesarannya, tentu hal itu tak luput dari perhatian Rehan sedari tadi, Lihatlah setelah ini pasti pak bos akan minta untuk pulang lebih awal. batin Rehan tertawa puas
"Re, apa pekerjaan saya masih banyak?"
"masih pak, banyak sekali"
"argh.. Astaga. Saya ingin segera pulang Re, saya rindu istri saya" adunya
"gimana dong pak, saya tidak akan bisa menyelesaikan sisa pekerjaan ini sendirian" keluhnya
"apa kamu tengah mempermainkan saya Re?" terka Agra
"sensian amat pak bos, mana ada saya mempermainkan bapak, yang ada saya disini bantu bapak supaya bisa pulang lebih cepat" karna memang begitu adanya
"Astaga pusing kepala saya Re, tolong buatkan saya kopi ya Re, kopi tanpa gula kalau perlu" titahnya
"siap pak bos" Rehan berlalu menuju pantry "sepahit apapun kopinya, tetap saja kalau mau nya yang satu itu ya tetap harus itu saja obatnya, mau bagaimana lagi"
pasalnya pekerjaannya hari ini juga harus selesai, sementara Rehan tidak mungkin ditinggal sendiri dikantor, alamat sampai pagi Rehan tidak akan tidur
"ini pak kopinya tanpa gula" beritahu Rehan mengulangi pesanan Agra
"terimakasih Re" Agra ambil cangkir itu, menyesapnya dan
puuufffftt..
kopi yang baru saja masuk kedalam mulut Agra harus menyembur keluar lagi, "pahit Re, Astaga.. Kamu kasih apa aja ini?"
"kopi aja kan pak, tanpa gula" ulangnya
Agra menatap sinis kearah Rehan, apa lidahnya bermasalah atau Rehan yang tak pandai membuatkan kopi pikir Agra
Tepat pukul 12 malam,
Agra berjalan lunglai, lelah rasanya. Ia baru sampai dengan keadaan rumah yang sudah sepi dan lampu yang sudah padam, hanya menyisakan lampu sudut saja
tak banyak bicara Agra langsung mengguyur tubuh lengketnya, ia ingin baringkan pinggangnya yang terasa mau copot
ia bergerak naik keatas tempat tidur setelah berhasil membersihkan diri dan berganti piyama
ia menatap punggung istrinya, karna saat ini Kiara tidur menelungkup dengan wajah kearah samping
Agra tersenyum, "cantiknya istriku" puji Agra "katanya malaikat hanya ada disurga tapi kenapa saat ini kamu ada disisiku? Apa kamu tertinggal oleh saudara malaikatmu sayang?" goda Agra meskipun ia tahu Kiara tidak akan mendengarnya
pandangannya turun kebawah menatap buah dada istrinya yang terhalang selimut tebal, "apa ukurannya sama dengan nya?" celetuk Agra
sedetik kemudian "Astaga.. Bodoh! Gak boleh Gra bagaimana pun istri kamu yang paling segalanya" ia memukul mukul kepalanya dengan kepalan tangannya sendiri
ah ini tidak bisa dibiarkan, jika besok wanita itu datang lagi, Agra akan menolaknya. Biar itu menjadi urusan Rehan saja pikir Agra
inilah akibatnya karna terlalu lama tidak men charger malam,
bukan apa apa, Agra hanya tak tega membangunkan istrinya ditengah malam.
Kalau saja pekerjaan nya tak menuntut Agra untuk lembur, mungkin Agra akan pulang lebih cepat setiap malam,
saat Agra baringkan tubuhnya, layar ponsel menyala. Satu notifikasi pesan masuk dari nomor asing
"Selamat tidur pak Agra"
Agra mengerutkan keningnya dalam, belum sempat pertanyaanya terjawab siapa pengirim pesan ini, satu buah foto masuk dalam aplikasi hijaunya,
yang lantas langsung membuat Agra untuk menyembunyikan ponsel sialannya dibawah bantal miliknya
"wanita sialan!" maki Agra.