Dewa adalah seroang Tentara Bayaran yang sangat disegani oleh musuh-musuhnya didunia hitam, dia tergabung dalam pasukan ibils neraka bersama empat temannya.
setelah merasa pekerjaannya terlalu berbahaya dia kemudian memilih pensiun setelah terakhir kali mereka menyelamatkan seorang Dokter yang Cantik.
Setelah menajalani masa pensiunnya ternyata Dewa masih terlibat dengan berbagai masalah yang datang dari masa lalunya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon black urang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pertama kali diantar ketempat kerja
Di rumah sakit kota Palapa, Zizau sedang bertemu dengan salah satu pejabat dari Kementerian Pertahanan yang menyewa jasa mereka sebelumnya.
Pertemuan mereka kali ini membahas kemungkinan adanya counter attack dari pihak musuh yang menyeret nama Pasukan Iblis Neraka.
"Kami sudah berusaha untuk menutup rapat informasi keterlibatan kalian dalam misi ini" Kata salah seorang pejabat senior itu.
"Salah satu anggota kami sekarang sudah terbaring di rumah sakit, saya harap kali ini tidak ada lagi insiden yang sama, saya minta pihak kalian segera menyelesaikan masalah ini" sahut Zizau.
"Baik....kami punya misi terakhir untuk kalian" kata si pejabat.
"Untuk saat ini kami belum bisa menerima misi, kami kekurangan anggota" jawab Zizau.
"Misi ini hanya untuk mematai salah satu kelompok yang masih berafiliasi dengan kelompok Hamara, mereka adalah geng narkoba yang merupakan salah satu penyokong dana untuk kelompok Hamara'' jelas Si pejabat.
"Kalian punya salah satu anggota yang cocok dengan misi ini" sambung si Pejabat.
"Kami tidak bisa menerima misi ini!" Tegas Zizau.
"Saya tidak memaksa, tapi mungkin kalian akan berubah pikiran'' kata si pejabat sambil menyodorkqn sebuah map kedepan Zizau.
Zizau menerima map itu lalu membukanya, setelah melihat isinya ekspresi Zizau langsung berubah, wajahnya tiba-tiba tegang.
Di foto itu ada foto God Father yang sudah mereka anggap sebagai orang tua mereka. Kematian God Father selama ini mereka anggap karena penyakit, ternyata ada unsur lain dalam peristiwa kematiannya.
"Kami tunggu kabar kalian untuk informasi selanjutnya" tutup pejabat itu sambil berdiri lalu meninggalkan ruangan itu.
Zizau yang masih menatap map itu tidak menghiraukan si pejabat itu. Dia masih shock dengan informasi yang dia terima.
Selama ini mereka tidak pernah berpikir tentang kematian God Father. Zizau mulai bimbang, sebelum dia pertemuan ini dia sudah meminta pendapat dari Adam dan Martin. Mereka sepakat untuk tidak menerima misi sampai Dude kembali pulih.
*****
Sementara di kompleks perumahan X, Dewa yang sudah bangun dari tadi sedang menyuci mobilnya di depan garasinya.
Dia hanya mengenakan celana pendek dan singlet warna hitam.
Dewa yang sedang fokus menyuci mobilnya tidak menyadari dari rumah sebelah ada yang mengintip lewat jendela. Vanda yang baru bangun mendengar suara gemercik air dari luar, saat dia melihat keluar ternyata itu suara air dari rumah Dewa yang sedang mencuci mobilnya.
Melihat Dewa yang hanya menggunakan singlet tanpan sadar Vanda berguman "hmm...ternyata ototnya kekar jugaa" guman Vanda dalam hati. Dia senyum-senyum sendiri menyadari tingkah konyolnya sendiri.
Dewa yang tidak tahu apa yang Vanda pikirkan, dia telah selesai menyuci mobilnya. Dia kemudian merenggangkan ototnya dengan gerakan memutar badan kekiri dan kekanan.
Setelah itu Dewa masuk kedalam rumahnya, dia kemudian membersihkan diri karena sudah sore. Karena dia sudah menjanjikan untuk mengantar Vanda jam enam sore, dia berencana sebelum Vanda masuk piket malam mereka makan malam berdua dulu.
*****
Dirumahnya Vanda sudah siap untuk berangkat, dia berapa kali melihat keluar lewat jendela. Dia tidak melihat Dewa, sementara Dewa baru saja selesai merapikan dirinya, setelah itu dia keluar dari rumahnya menuju garasi.
Dia mengendari mobil porsche miliknya, kemudian berhenti didepan rumah Vanda. Dia mengeluarkan ponselnya untung menelepon Vanda, saat panggilan terhubung orang yang ditelepon muncul didepan pintu rumahnya.
Vanda mengeluarkan ponselnya dia melihat id pemanggil tapi dia tidak menekan tombol jawab. Dia lalu menoleh ke mobil Dewa sambil memamerkan senyum manisnya.
Vanda berlari kecil, saat dia sudah di samping pintu kemudi dia menunduk sebentar "kenapa kita berangkat lebih awal?" tanya Vanda.
Dewa kemudian turun, lalu memegang bahu Vanda dari belakang dia mendorong pelan gadis cantik yang menggunakan pakaian kerjanya itu. Kemudian dia membuka pintu penumpang, lalu meminta Vanda untuk masuk dengan gerakan dagunya, Dewa memegang atap pintu mobil agar kepala Vanda tidak kena atap pintu mobil.
Setelah Vanda masuk kedalam mobil Dewa kemudian berjalan memutar kesamping masuk kedalam mobil dibagian kemudi.
Dia lalu memasang seat belt untuk Vanda, lalu mereka kemudian mulai meninggalkan kompleks perumahan itu.
"Kita kemana?" tanya Vanda setelah menyandari jalan yang mereka lewati bukan kearah Rumah Sakit.
"Kita makan dulu, saya lapar" jawab Dewa, matanya masih fokus melihat jalan.
"Malam ini kamu mau kemana lagi?" tanya Vanda lagi
"Hanya mengantar kamu ke rumah sakit saja tidak ada jadwal lain" jawab dewa dengan suara datar.
"Memangnya ada apa?" sambung Dewa lagi setelah menyadari raut muka Vanda yang cemberut.
"Tidak apa-apa, bisanyakan hilang tanapa kabar" sahut Vanda dengan ekspresi mulutnya yang manyun.
"Hehhee...untuk yang itu kedepannya mungkin tidak ada lagi" balas Dewa.
Tidak lama kemudian mereka sampai disebuat restauran yang memiliki hidangan udang laut yang khas.
Mereka kemudian memesan makan malam di tempat itu, sambil mengobrol santai sebelum hidangan mereka datang.
Dalam hatinya sebenarnya Vanda bertanya bagaimana status hubungan mereka saat ini. Tapi dia gengsi untuk menanyakan langsung kepada Dewa.
Tidak lama kemudian hidangan yang mereka pesan sudah diatas meja, mereka kemudian makan. Melihat Vanda yang kesulitan untuk melepaskan daging udang itu, Dengan sigap Dewa membantu Vanda melepasnya dan mencincangnya kecil-kecil lalu ditaruh di piring Vanda.
Mendapati perhatian seperti itu Vanda senang sekali, karena baru kali ini dia mendapatkan perhatian seperti itu dari lawan jenis selain dari ayahnya itu saat dia masih kecil.
Acara makan malam mereka akhirnya selesai, sudah jam tujuh lewat, Vanda yang masuk piket jam delapan malam memberitahu Dewa kalau dia sebentar lagi akan mulai jam kerjanya.
Mereka samapai di rumah sakit kurang sepuluh menit dari jam delapan. Vanda turun dari mobil sebelumnya dia minta Dewa tidak usah turun.
"Besok pagi saya selesai jam delapan" kata Vanda.
Dewa yang mengerti dengan gadis itu "oke....saya akan jemput besok" kata Dewa, "semangat.....!!!!" seru Dewa sambil tersenyum kepada gadis itu.
"Hati-hati jangan ngebut..." Vanda kemudian melambaikan tangannya seiring mobil yang Dewa kendarai meninggalkan halaman rumah sakit itu.
*****
Setelah mengantar Vanda ke rumah sakit, Dewa menuju Coal Kafe.
Dewa memasuki Coal Kafe, dia menyapa anak buahnya lalu setelah itu dia menuju ruangannya.
Tidak lama kemudian anak buah kepercayaannya, Toni memasuki ruangan itu.
"Bagaimana Ton?" tanya Dewa setelah anak buahnya itu duduk didepannya.
"Semua laporannya ada diatas meja bos, itu termasuk laporan dari Kafe cabang kita" jawab Toni.
"Saya sudah membaca laporan dan sudah saya tanda tangani, kamu besok periksa perekrutan tenaga baru di cabang itu Ton" kata Dewa sambil menanda tangani berkas didepannya.
"Bagaimana dengan adikmu, apa dia betah bekerja disini? Sambung Dewa.
"Dia masih adatasi bos, tapi bos saya tidak enak dengan karyawan lain" kata Toni sambil menatap bosnya itu.
"Ada masalah?" tanya Dewa.
"Bukan seperti itu bos, saya takut dianggap nepotisme karena memasukan adik saya kesini" jawab Toni.
"Ton....yang punya hak memasukan orang di kefe ini adalah saya sendiri, sudah kamu fokus kerja saja, bimbing adikmu dengan baik, persiapkan dia untuk penggeloa kafe cabang kita" Dewa kemudian berdiri lalu berjalan ke sebuah rak lalu mengambil sebuah botol minuman dan dua gelas.
Toni yang melihat itu buru-buru berdiri untuk mengambil minuman ditangan bosnya. Tapi Dewa menyuruhnya duduk di sofa tamu diruangan itu.
"Apa semua teman-temanmu sudah pulang semua Ton?" tanya Dewa. Karena sekarang sudah jam untuk kafe mereka tutup.
"Sudah bos, paling masih ada dua orang yang menempati mes saja yang ada" jawab Toni.
"Kalau begitu kita pindah ke belakang saja, disanakan ada ruangan tamunya, sekalian kamu belikan makanan dulu, kita minum di belakang saja" kata Dewa sambil mengeluarkan beberapa lembar uang dari sakunya kepada Toni.
Mereka berdua lalu keluar dari ruangan itu, Dewa menuju mes sedangkan Toni keluar untuk beli makan ringan.
Setelah itu Dewa dengan tiga anak buahnya itu mengobrol sambil menikmati minuman.
Dewa sudah biasa seperti itu dengan anak buahnya, dia tidak pernah menjaga jarak dengan anak buahnya.
Semua anak buahnya yang bekerja di kafe dia sendiri yang memilihnya dari latarbelakang keluarga yang tidak mampu dan yang bekas preman dijalanan.
"Bos sebenarnya ada sedikit masalah di Kafe Cabang, tiga hari terakhir ini ada sekelompok orang yang datang menggangu, dari hasil informasi yang saya dapat mereka itu gangster yang berkuasa didaerah itu" Jelas Toni.
"Tidak masalah, besok saya kesana, kami nanti tolong kirimkan kesaya kapan mereka bisanya ke kafe Cabang" kata Dewa dengan sedikit raut wajahnya yang merah karena efek minuman.
"Baiklah sudah malam, kalian silahkan istirahat, jaga tempat ini dengan baik" kata Dewa, dia lalu mengeluarakan beberapa lembar uang dari sakunya, dia letakan diatas meja.
Kebiasaan Dewa inilah yang membuat anak buahnya loyal terhadap dia dan tempat kerja mereka saat ini.
*****
Setelah sampai dirumah ponsel Dewa berbunyi, sebuah pesan dari Zizau masuk ke ponselnya.
Isi pesannya adalah sebuah gambar dari God Father yang terbaring di tempat tidur rumah sakit dan seroang pria misterius yang sedang menyuntikan sesuatu ke tubuh God Father.
Mendapati pesan itu seketika membuat perasaan Dewa di liputi oleh aura membunuh.
Dia ingin melakukan sesuatu, dia kemudian menghubungi Zizau.
......
(BERSAMBUNG)