Sarah harus menelan pil pahit, suami yang dicintainya malah menggugat cerai. Namun, setelah resmi bercerai Sarah malah dinyatakan hamil.
Kenyataan pahit kembali, saat ia akan mengatakan bahwa dirinya hamil, ia malah melihat mantan suaminya bersama teman wanitanya yang terlihat lebih bahagia. Sampai pada akhirnya, ia mengurngkan niatnya.
Sarah pergi dari kehidupan mantan suaminya. Akankah mantan suaminya itu tahu bahwa dirinya hamil dan telah melahirkan seorang anak?
Ini hanya sekedar hiburan ya, jadi jangan berkomentar tak mengenakan, jika tidak suka skip saja. Hidup itu harus selalu dibawa santai😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15
Di tempat keramaian, seorang anak berusia lima tahun terus bergelayut manja. Anak itu sangat bahagia luar biasa, siapa lagi kalau bukan Putra Farhan Permana. Seorang anak yang selama ini rindu akan sosok figur ayah, kini rasa rindu itu terlepas dari belenggunya. Putra nampak antusias sekali saat diajak jalan-jalan di pusat perbelanjaan toko mainan di kota kembang itu.
Farhan juga mengajaknya ke tempat bermain yang jarang ditemuinya, tempat permainan yang cukup besar kota Bandung. Seingat anak kecil itu hanya baru satu kali sang mama mengajak ke tempat itu, itu pun sebagai janji disaat ia tengah sakit waktu lalu. Berjanji akan mengajaknya kemana pun yang diinginkannya setelah sembuh nanti.
Dan sekarang, pergi bersama sang ayah. Banyak Permainan yang ia naiki, Farhan sebagai ayah yang sedang mencoba menebus kesalahannya membuktikannya bahwa hari ini, pertama kali ia mengajak anaknya jalan-jalan ia sangat bahagia melihat kebahagiaan anaknya.
Banyak mainan yang dibelikan oleh Farhan, tak hanya itu, ia juga membeli perlengkapan untuk anaknya. Apa pun yang diinginkan Putra saat ini dikabulkan olehnya. Melihat kebahagiaan Putranya, Farhan jadi teringat hari kebahagiaan Sarah. Tepat hari ini wanita itu berulang tahun yang ke tiga puluh. Diusia matangnya saat ini kecantikkannya semakin bersinar.
"Papa-Papa ...," panggil Putra.
"Ya, sayang," jawab sang papa.
"Mama hari ini ulang tahun loh," ujar Putra.
"Ya, Papa ini lagi mikir, kira-kira mama ingin hadiah apa ya?" tanya lelaki itu.
"Aku tau, Pa. Yang mama inginkan saat ini adalah mesin cuci."
"Apa?" Farah berjongkok mensejajarkan tinggi anak itu.
"Mama sering ngomel kalau sedang mencuci, kadang juga menangis kesal." Putra terkekeh sendiri saat melihat kejadian itu. "Belikan saja mama mesin cuci, dia pasti senang. Katanya tangannya sering sakit kalau setelah pulang kerja."
"Tapi Putra anak baik 'kan? Suka bantu mama kalau mama lagi kesusahan?" tanya Farhan.
Anak kecil mengangguk. "Iya, aku sering pijitin mama kalau tangannya lagi sakit."
"Apa mama galak?" tanya Farhan lagi.
"Tidak, mama baik sekali. Tidak pernah memarahiku sekali pun aku nakal. Malah aku yang sering buat mama nangis," tutur Putra.
"Dibuat nangis kenapa?" Farhan penasaran apa yang selalu membuat mantan istrinya itu menangis.
"Kalau aku tanya, Papa. Mama langsung nangis kalau aku tanya itu, abisnya teman-temanku sering meledek-ku katanya aku anak yang tidak punya ayah," jelas Putra.
Farhan langsung memeluk anaknya. "Sekarang mama tidak akan nangis lagi karena Putra tidak akan menanyakan Papa lagi, Papa sudah ada bersamamu," bisik Farhan.
Anak kecil itu langsung mencium pipi papanya sampai menimbulkan suara.
"Jadikan belikan mama mesin cuci?" Pertanyaan anak itu membuat Farhan terkekeh sendiri.
"Iya," jawab Farhan.
"Ya udah, sekarang aja, Pa. Aku juga sudah cape, kaki-ku juga pegal," keluh bocah itu.
Farhan pun langsung menggendong anaknya, dan belanjaan yang dibeli langsung dibawa ke mobil oleh salah satu karyawan di pusat perbelanjaan itu. Membooking seorang laki-laki yang masih mengenakan seragam hitam putih, yang artinya orang itu masih baru bekerja di tempat itu. Untuk mesin cuci ia langsung menyuruh kurir.
Selesai mengabulkan permintaan anaknya, Farhan tak langsung mengajak anaknya pulang, ia membawa Putra ke tempat di mana ibunya bekerja, ia juga ingin tahu bagaimana wanita manja itu jika sedang bekerja.
Setibanya di sana, Putra dalam keadaan tertidur karena kelelahan. Farhan tak tega jika harus membangunkannya. Pria itu pun menggendong anaknya. Semua karyawan termasuk satpam yang mengenali anak yang tengah digendong atasannya itu merasa heran, membawa anak yang sering datang ke pabrik untuk menemui ibunya. Namun, tak ada yang berani menanyakan hal itu.
Farhan langsung membawa ke ruangannya jika ia sedang berkunjung ke pabrik itu, ada tempat khusus untuknya di sana. Merebahkan tubuh Putra di kasur yang empuk. Tak lama, Bayu pun datang karena menyusul atasannya. Pria itu juga terheran-heran saat melihat sang bos membawa seorang anak kecil dan menidurkannya di ruangan khususnya.
"Pak," sapa Bayu. "Anak siapa yang Bapak bawa itu?" tanyanya penasaran.
"Anak-ku, darah dagingku," jawab Farhan.
"Anak, Bapak?" Bayu tak percaya begitu saja, karena ini bukan masalah biasa jika menyangkut seorang anak.
"Iya, dia anakku dengan Sarah."
Bayu nampak terkejut. Namun, detik berikutnya ia mengatakan bahwa di sini ada ibu bos yang tak lain adalah ibu dari Farhan Permana, yang sekarang berada di rumah singgahnya di kota Bandung.
"Mama? Ngapain mama ke sini?" tanya Farhan.
"Kurang tau, Pak. Beliau hanya berpesan menyuruh Bapak mengaktifkan handpone Bapak," jelas Bayu.
Farhan pun melihat ponselnya yang ternyata mati entah sejak kapan ia pun tidak tahu. Lalu, Farhan memberikanya pada Bayu untuk disikan batrai. Lalu, Bayu pun mencharger ponsel bos itu.
"Bayu, apa kamu tidak tau kalau selama ini Sarah bekerja di sini?" tanya Farhan kemudian.
"Tidak," jawab Bayu apa adanya.
"Terus kamu ngapain aja kalau saya tugaskan kemari? Tidak berkeliling di area lapangan, hah?"
" Saya paling lewat saja dan melihat kegiatan di lapangan melalui cctv, 'kan ada tugas khusus untuk memantau di sana. Saya paling ngecek laporan," jawab Bayu.
Ingat cctv, Farhan langsung beranjak. Ia duduk di meja kebesarannya untuk melihat cctv di area lapangan.
"Tanya, line berapa yang dipegang Sarah," perintah Farhan pada Bayu.
Pria itu pun akhirnya menghubungi kepala produksi, menanyakan sesuai perintah bosnya.
"Line 14, Pak," kata Bayu setelah menghubungi kepala produksi.
Farhan langsung melihat cctv tepat di line 14, melihat para bekerja di sana. Di mana mantan istrinya itu? Bolak-balik Farhan arahkan cctv disetiap bagian, tak nampak wanita itu di sana. Tak lama, ia melihat sosok yang dicarinya. Sarah menggunakan masker sehingga Farhan tak mengenali jika tak melihat rambut panjang nan hitam yang terurai yang dimiliki Sarah.
Wanita itu ternyata sedang menjahit, membantu anak buahnya yang tengah keteteran. Farhan masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya. Asyik sedang melihat aktivitas Sarah, tiba-tiba ia kedatangan seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah ibunya sendiri.
"Mama," ucap Farhan saat melihat ibunya datang.
"Kamu itu kemana saja? Mama hubungi tidak bisa-bisa." Wanita paruh baya itu nampak kesal.
"Sutthh, jangan keras-keras, Ma." Farhan meletakkan jari telunjuk di bibirnya, ia takut anaknya terbangun.
"Papa ..." Dan benar saja, anaknya terbangun dari tidurnya.
"Papa?" batin ibu Farhan.
Wanita paruh baya itu melihat seorang anak laki-laki yang berdiri di ambang pintu, tempat peristirahatan anaknya. Nampak anak kecil itu tengah mengucek kedua matanya karena baru terbangun dari tidurnya.
"Sini sayang." Farhan melambaikan tangan ke arah anaknya, dan Putra pun menghampiri dan langsung duduk di pangkuannya.
Itu membuat mama Farhan tercengang termasuk Bayu