Chen Miao Miao, gadis kaya yang hilang sejak kecil, ditemukan kembali oleh keluarganya di usia 17 tahun. Namun, kebahagiaannya hancur karena kelicikan Chen Xiao Wan, anak angkat yang merebut kepercayaan keluarga.
Dalam kecelakaan tragis, orang tua Miao Miao memilih menolong Xiao Wan terlebih dahulu, karena kelicikannya. ketika kedua orang tuanya kembali untuk menolong Miao Maio, mobil tersebut tiba-tiba meledak.
Mama dan Papa nya meninggal karena kesedihan nya, ketiga kakak nya tewas dengan tragis dan Xiao Wan menikmati harta keluarga mereka.
Takdir membawa Miao Maio kesempatan kedua ketika Papa dan Mama nya menjemputnya dari panti asuhan, membawa ingatan masa depan kematian keluarga nya.
Tanpa sepengetahuan Miao Miao, keluarga dan jodohnya kini dapat mendengar kata hatinya. Dengan kesempatan ini, bisakah ia melindungi keluarganya dan membalas dendam pada Xiao Wan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Time Zone Berisik
Setelah puas bermain balapan mobil, Miao Miao mengarahkan mereka ke area permainan tembak-tembakan zombie. "Zhan Gege dan Yuze Gege, kalian harus mencoba ini! Aku jadi tim sorak saja, biar kalian yang bertarung!" katanya sambil tertawa kecil.
Zhan Zhou dan Yuze mengambil senjata mainan mereka, bersiap di depan layar besar yang menampilkan dunia apokaliptik penuh zombie. Permainan dimulai, dan zombie mulai bermunculan dari segala arah.
"Zhan Gege, tembak yang di kiri! Yuze Gege, hati-hati di kanan!" teriak Miao Miao, memberikan semangat sambil melompat-lompat di belakang mereka.
Zhan Zhou terlihat serius, fokus membidik setiap zombie yang mendekat. "Miao Miao, berhenti melompat, aku hampir kehilangan konsentrasi!" katanya dengan nada setengah bercanda.
Yuze, di sisi lain, terlihat lebih santai tapi tetap kompetitif. "Bos, jangan sampai aku yang menang lebih banyak poin, nanti reputasi Anda rusak!" katanya sambil menembak zombie dengan cepat.
"Ayo, Zhan Gege, jangan kalah dari Yuze Gege!" sorak Miao Miao dengan antusias, suaranya memenuhi ruangan. "Lihat itu! Zombie besar di depan! Tembak! Tembak!"
Permainan semakin intens ketika zombie besar muncul di layar. Zhan Zhou dan Yuze bekerja sama dengan serius untuk mengalahkannya. Tembakan demi tembakan menghantam target, dan akhirnya zombie besar itu tumbang.
"Yaaaay! Kalian berhasil!" teriak Miao Miao sambil bertepuk tangan dengan penuh semangat.
Saat permainan selesai, Yuze melihat skor di layar dan tertawa, "Bos, saya menang lebih banyak poin dari Anda! Jangan marah ya, ini cuma permainan."
Zhan Zhou menghela napas, lalu tersenyum, "Kali ini aku biarkan kau menang, Yuze. Jangan terlalu bangga."
Miao Miao tertawa mendengar candaan mereka. "Kalian hebat! Aku jadi tim sorak paling keren hari ini. Lanjut permainan lain?"
Dengan suasana hati yang ceria, mereka bertiga melanjutkan petualangan mereka di Time Zone, menikmati setiap momen kebersamaan.
Miao Miao menarik tangan Zhan Zhou dan Yuze sambil berseru, "Ayo, kita coba main dance machine! Ini seru banget, kalian pasti suka!"
Zhan Zhou mengerutkan dahi. "Dance? Miao Miao, aku tidak tahu cara bermainnya."
Yuze mengangkat tangan sambil tersenyum canggung. "Bos, saya juga nggak ngerti. Jangan bikin kami malu di depan orang banyak."
Namun, Miao Miao tak peduli dengan penolakan mereka. "Tenang saja, aku ajarkan! Lagipula, ini bukan kompetisi. Kita main untuk bersenang-senang!" katanya penuh semangat, menyeret mereka ke mesin dance yang sedang kosong.
Miao Miao menunjukkan cara menggerakkan kaki mengikuti panah yang muncul di layar. Setelah beberapa putaran latihan, mereka bertiga mulai mencoba bermain bersama. Awalnya, Zhan Zhou dan Yuze terlihat kaku, tetapi gelak tawa Miao Miao membuat suasana cair.
"Lihat Zhan Gege! Itu panah ke kiri, bukan ke kanan!" teriak Miao Miao sambil tertawa.
Yuze mencoba mengimbangi, tetapi langkahnya juga tak sinkron. "Miao Miao, ini terlalu cepat! Apa ini tidak ada mode pemula?"
Sementara itu, beberapa pengunjung mulai memperhatikan mereka. Beberapa bahkan mengeluarkan ponsel untuk merekam aksi kocak mereka. Semakin lama, permainan menjadi semakin seru, dengan tawa puas terdengar sepanjang sesi.
Ketika akhirnya giliran mereka selesai, beberapa pengunjung lebih mendekat kearah mereka. Melihat antusiasme orang-orang, Miao Miao berseru, "Ayo, siapa yang mau bermain sedikit berganti-ganti an dengan satu lagu? Ayo antri..!"
Antrian semakin panjang, dan pengunjung lain mulai bergantian bermain. Mereka semua bersorak setelah berhasil menyelesaikan lagu. Di tengah keramaian, Zhan Zhou dan Yuze akhirnya ikut tertawa puas.
Saat lagu terakhir selesai, seluruh ruangan penuh dengan tepuk tangan dan sorak-sorai. Miao Miao, Zhan Zhou, dan Yuze tersenyum lebar, menikmati momen kebahagiaan sederhana ini.
"Ini pengalaman yang tidak akan kulupakan," kata Yuze sambil menyeka keringat di dahinya.
Zhan Zhou menambahkan, "Aku tak menyangka time zone bisa seceria ini. Miao Miao, kamu memang punya bakat membuat suasana hidup."
Miao Miao tertawa kecil. "Sudah kubilang, kalian pasti suka. Jadi, apa kita lanjut ke permainan lain atau istirahat dulu?"
Mereka bertiga berjalan keluar dari area dance machine dengan hati yang ringan, membawa tawa dan kebahagiaan yang mereka bagi dengan semua orang di time zone hari itu.
Zhan Zhao memegang perutnya dan berkata sambil tertawa kecil, "Kita makan dulu, aku lapar. Bermain seperti ini ternyata menguras energi."
Yuze mengangguk setuju. "Benar, Bos. Rasanya lelah tapi puas. Tapi kalau kita lanjut tanpa makan, aku mungkin akan tumbang duluan."
Miao Miao ikut tertawa, tetapi tawanya terhenti ketika tiba-tiba perutnya berbunyi cukup keras. Kedua pria itu terdiam sejenak, lalu tertawa serempak.
"Sepertinya bukan cuma kami yang lapar, ya, Miao Miao?" kata Zhan Zhao dengan senyum menggoda.
Miao Miao mengangkat alis sambil tersenyum malu. "Hei, kalian ini! Baiklah, aku akui, aku juga lapar."
Zhan Zhao menoleh padanya dan bertanya dengan nada hangat, "Jadi, Miao Miao, mau makan apa? Pilihannya bebas, aku yang traktir."
Miao Miao berpikir sejenak, lalu menjawab, "Hmm... bagaimana kalau makan di restoran barbeque? Aku ingin sesuatu yang hangat dan enak."
Yuze langsung setuju, "Ide bagus! Barbeque terdengar sempurna setelah bermain seharian. Aku sudah membayangkan daging panggangnya."
Zhan Zhao tersenyum puas. "Kalau begitu, kita ke restoran barbeque terbaik di kota. Ayo, sebelum perut kita makin berisik!"
Mereka bertiga pun berjalan keluar time zone, masih tertawa-tawa sambil membicarakan menu yang ingin mereka pesan.
Di dalam mobil, Yuze fokus menyetir dengan penuh konsentrasi, sementara di kursi belakang, Miao Miao duduk berdampingan dengan Zhan Zhao. Perjalanan ke restoran barbeque terasa nyaman, namun sesekali ada keheningan yang aneh. Miao Miao hanya menatap keluar jendela, berpikir tentang berbagai hal, terutama rumor yang sempat ia dengar tentang Zhan Zhao.
Setelah sampai, mereka memilih meja di area yang lebih privat, jauh dari hiruk-pikuk pengunjung lainnya. Mereka memesan berbagai menu, mulai dari daging panggang premium hingga makanan pendamping yang menggugah selera. Sambil menunggu pesanan datang, Miao Miao sesekali melirik Zhan Zhao, berpikir untuk membuka percakapan.
Namun, ia tampak ragu. "Aku tanya nggak ya tentang rumor itu, jika Zhan Gege suka dengan pria? Tapi... itu kan bukan urusanku. Lagipula, Zhan Gege ternyata asik juga, nggak seperti yang kudengar, bisa jadi teman juga," gumamnya dalam hati.
Tiba-tiba, suara tenang namun tegas Zhan Zhao memecah lamunan Miao Miao. "Aku tidak suka pria, Miao Miao," katanya tanpa melihat langsung ke arahnya.
Miao Miao kaget dan langsung menatap Zhan Zhao dengan mata membelalak. "Apa?!" serunya bingung. Ia bahkan mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, memastikan ia tidak salah dengar. "Zhan Gege, aku nggak bilang apa-apa!"
Yuze, yang sedang menyesap airnya, berhenti sejenak dan ikut menatap bosnya dengan ekspresi penuh tanya.
Zhan Zhao yang biasanya tenang tiba-tiba gelagapan, wajahnya memerah. "Ah... aku... aku cuma ingin memastikan, hehe. Tadi aku kira kamu... uhm... berpikir begitu," jawabnya dengan canggung, menggaruk bagian belakang lehernya.