Dewa adalah seroang Tentara Bayaran yang sangat disegani oleh musuh-musuhnya didunia hitam, dia tergabung dalam pasukan ibils neraka bersama empat temannya.
setelah merasa pekerjaannya terlalu berbahaya dia kemudian memilih pensiun setelah terakhir kali mereka menyelamatkan seorang Dokter yang Cantik.
Setelah menajalani masa pensiunnya ternyata Dewa masih terlibat dengan berbagai masalah yang datang dari masa lalunya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon black urang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dude hilang
*****
"Gawat....itu tuan Tiger, habislah anak muda itu sekarang" guman seorang pengujung kafe.
Dewa yang sedang berbincang dengan Toni tidak menghiraukan Tiger yang sedang berteriak.
"Tuan Tiger kamu sudah datang, syukurlah si bajingan itu sudah meremehkan anda Tuan" kata Jarot yang masih bersandar didinding kafe. "Dia bahkan memanggilmu Si tua jelek, kamu harus mematahkan kaki dan tangannya untukku hari ini Tuan Tiger" sambung Jarot.
"Tunjukan padaku dimana bedebah itu..." Seru Tiger.
Lalu terdengar sebuah suara dari arah samping Tiger "apakah kamu sudah bosan berada di kota Mandar ini Bernard?"
Mendengar suara yang familiar itu jantung Tiger serasa berhenti "Tidak mungkin...tidak mungkin Dia" guman Tiger dalam hati.
Dia kemudian menoleh kearah datangnya suara tadi, saat melihat wajah orang yang bersuara tadi, tiba-tiba "buk..." Tiger tiba-tiba berlutut ditempat.
"Tuan....maafkan saya, saya tidak tau kalau tuan berada disini" kata Tiger sambil menunundukan kepalanya dan kedua tangan menangkup didada.
"Tuan Tiger....kenapa anda berlutut dihadapan bajingan sialan itu?" Seru Jarot sambil memaksakan dirinya berdiri.
Lalu dengan gerakan yang sangat cepat "Buk...bukk..buk" Tiger tiba-tiba meninju dada Jarot berulang kali. "Tuan....Tuan Tiger....maafkan saya Tuan" suara jarot terbata-bata.
"Cepat berlutut dan minta maaf dengan Tuan Dewa, kalau sampai Tuan Dewa tidak memaafkanmu dan anak buahmu, hari ini juga kaki dan tangan kalian saya patahkan" kata Tiger dengan raut muka merah menahan amarahnya.
"Cukup Bernard, suruh anak buahmu membayar semua ganti rugi atas kekacauan yang mereka sebabkan", kata Dewa lalu dia menyambung lagi "seratus lima puluh dolar" lanjut Dewa.
"Tuan Dewa jangan khawatir saya pastikan akan membayar ganti rugi sekarang" kemdian Tiger menuju kearah kasir lalu membayar ganti rugi yang diminta Dewa tadi.
Setelah membayar ganti rugi, Tiger mendekati Dewa yang sedang berdiri membantu Toni.
"Tuan Dewa sekali lagi saya minta maaf atas kekaacauan yang dilakukan anak buah saya" kata Tiger.
"Ini yang pertama dan terakhir saya mendengar kalian mengancam pemilik usaha dikota Mandar, kembali urus pasar dan pastikan keamanan pasar itu Bernard" kata Dewa sambil menatap Tiger dengan aura dingin.
"Baik Tuan Dewa, kalau begitu saya permisi dulu, sekali lagi mohon maaf telah menggangu kenyamanan anda" kata Tiger, setelah itu dia dan anak buahnya meninggalkan tempat itu.
"Terimakasih bos....eh maksud saya terimaksih pak atas bantuannya" Toni tiba-tiba meralat ucapannya.
"Tidak apa-apa Ton, beritahu yang lain untuk membersihkan kekacauan tadi, gratiskan saja semua makanan dari tamu-tamu malam ini" perintah Dewa.
"Baik pak kalau begitu saya permisi dulu" jawab Toni setelah itu meninghalkan Dewa dan Vanda.
Mendengar perintah Dewa kepada Toni tadi Vanda mulai merasa ada yang aneh, "kamu pemiliknya kan?" tanya Vanda.
"Ya begitulah...saya hanya mencoba-coba saja" jawab Dewa sambil tersenyum.
"Kenapa kamu bilang kalau tempat ini punya teman kamu?" kejar Vanda lagi. "Jangan-jangan kamu berpikir karena ini tempat kamu setiap hari saya datang makan gratis disini yah?" kata Vanda dengan muka cemberut.
"Hahahaa....kamu mau datang tiap hari makan disini juga tidak apa-apa kok...." balas Dewa santai.
Setelah makan malam mereka berdua meninggalkan Coal Kafe lalu pulang kerumah mereka dikompleks X.
*****
Dalam perjalanan pulang kerumah ponsel Dewa yang diletakan di dashbor bergetar, setelah melihat ID penelepon Dewa memasang hansfree ditelinganya. "Ya...oke saya ke Palapa malam ini juga!".
Setelah menerima telepon Dewa meletakan kembali hansfree di dashbor, kemudian dia menekan Gas mobil Porsche miliknya dengan kecepatan tinggi.
"Kamu mau kepalapa sekarang?" tanya Vanda.
"Ia ada urusan mendadak disana malam ini" jawab Dewa yang mukanya tegang setelah menerima telepon tadi.
"Apa tidak bisa tunggu besok saja?" kata Vanda, "apalagi ini sudah malam, tidak ada penerbangan malam hari ke Palapa" sambung Vanda.
"Ini mendesak Dokter, saya ke Palapa naik motor saja" balas Dewa yang masih fokus menyetir karena mobil melaju kencang saat itu.
Ditelepon tadi Zizau memberitahukan kalau Dude mendapat masalah yang serius, mereka diminta segera ke Palapa malam ini juga.
"Berapa lama disana?" kembali Vanda bertanya.
"Belum tau sih, tadi teman saya belum mengatakannya" jawab Dewa sambil fokus menyetir mobilnya.
Tidak lama kemudian mobil Porsche hitam itu memasuki perumahan mereka, Dewa kemudian berhenti didepan rumah Vanda. Vanda lalu keluar mobil "hati-hati sebentar, jangan terlalu ngebut dijalan" Vanda kemudian langsung berbalik masuk kerumahnya tanpa mendengar jawaban Dewa.
"Hm...eh" Dewa yang mau menjawab akhirnya tidak jadi setelah melihat punggung Vanda memasuki halaman rumahnya.
Dewa lalu memasukan mobilnya kegarasi, setelah itu dia masuk kerumahnya. Dia mengganti pakaian, mengenan jaket kulit hitam miliknya, lalu sebuah pistiol dia sisipkan dijaket.
Setelah itu Dewa keluar rumah menggeluarkan motor Ducati Panigale dari garasi, dia memakai sarung tangan hitam dan helm yang menutup full face.
Ketika Dewa mulai meninggalkan halaman rumahnya dia sempat menoleh kearah rumah Vanda, Dia melihat siluet dijendela kamar Vanda.
Sementara itu didalam kamarnya Vanda yang mengintip kepergian Dewa merasa ada perasaan tidak rela melihat Dewa pergi.
*****
Sementara itu di kota Palapa Zizau bersama Martin yang sudah tiba lebih dulu, segera menuju hotel tempat Dude menginap sebelumnya.
Dua hari sebelumnya Dude yang membuka usaha dibidang properti melakukan perjalanan bisnis ke kota Palapa, setelah dua hari di kota itu Dude tidak ada kabar sama sekali.
Mengetahui itu istri Dude memberi tahu Zizau kalau Dude hilang kontak dengannya selama dua hari.
Sore harinya Dude bersama Martin langsung bergegas ke kota Palapa. Mereka belum memberitahu Dewa karena mereka belum punya informasi tentang situasi Dude.
Tapi setelah malam harinya setelah mereka mencari informasi di Palapa tapi tidak menemukan keberadaan Dude, mereka kemudian memberitahu Dewa dan Adam.
Dewa diminta untuk segera menyusul ke Palapa sementara Adam di suruh untuk tetap di Mandar untuk menjaga keluarga mereka, karena Zizau merasa ini masalah yang pelik.
Kembali ke Dewa yang sudah memasuki kota Palapa setelah menempuh dua setengah jam perjalanan, biasanya kalau menggunakan mobil membutuhkan waktu lima jam. Tapi karena Dewa ngebut apalagi kondisi malam hari sudah lenggang.
Sesampainya di kota Palapa Dewa segera menemui Zizau dan Martin dihotel.
Dewa menemui mereka disebuah kamar hotel yang telah di booking oleh Zizau sebelumnya.
"Bagaimana situasinya" tanya Dewa setelah mereka bertemu dalam kamar hotel itu.
"Kami sudah menanyakan kepada staf hotel tempat Dude menginap, mereka melihat Dude meninggalkan hotel sendiri tidak ada kejanggalan selama dia dihotel. Setelah saya periksa rekaman CCTV hotel dia dijemput seseorang di depan hotel menggunakan sebuah minifan" jelas Zizau.
"Mobil yang itu menggunakan nomor palsu, saya sudah mencari rekaman CCTV di sepanjang perjalanan, mobil itu menuju ke utara, tapi saya tidak menemukan jejak setelah mobil itu meninggalkan kota", sambung Martin.
"Oke.... Untuk sementara kita kembali ketempat Dude menginap siapa tau ada petunjuk lain disana..." kata Dewa yang jawab anggukan oleh dua rekannya itu.
*****
(BERSAMBUNG)