Sebelumnya, Li Chang Su merupakan tentara wanita yang berbakat. Setelah mendapatkan gelang naga perak dari kakek misterius, dia terpaksa pindah dimensi ke zaman kuno. Dia ditakdirkan untuk menjadi istri raja perang yang terkenal berdarah dingin. Masalahnya, zaman kuno ini dipenuhi dengan binatang mutasi.
Setelah menikah, keduanya berpetualang untuk mencari penyebab dari merajalelanya binatang mutasi. Karena itu, keduanya memiliki kedekatan yang pasti, cinta tumbuh di hati Li Chang Su. Raja Perang yang berdarah dingin itu ternyata mampu patuh di depan istrinya. Memanjakannya di antara pertarungan binatang mutasi.
Bisakah gelombang binatang mutasi ini diatasi? Bagaimana kisah cinta keduanya yang ditakdirkan gelang naga perak berjalan? Akankah semua misteri terungkap?
Jangan lupa ... Ikuti kisah keduanya dalam novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Khawatir
KADANG LI CHANG SU ingin mengagumi wanita seperti Rongyu. Kenapa ini begitu mirip dengan drama yang pernah dia tonton? Mengadu pihak lain dengan mengisyaratkan ketidaksukaan. Dia mungkin seorang prajurit dan juga wanita dewasa berusia tiga puluh tahun di jaman modern, ingin beradu argumen dengannya?
Li Chang Su mencibir. Tampaknya ekspresi itu tertangkap oleh Mu Xianzhai. Tidak peduli. Lagi pula dia bukan sayuran yang mudah diinjak ketika kotor. Pria itu sendiri tidak mau bicara. Ingin tahu apa yang akan dilakukannya.
Istri Raja Perang nya harus bisa berdiri dan membela diri sendiri. Jika ada yang menindas, balas dendam. Jika orang itu menghina, pukul saja sesuka hati. Dengan dirinya, Li Chang Su tidak akan mengalami kerugian.
Melihat bahwa pria itu tidak bicara, Rongyu berharap dalam hatinya. Mungkin Mu Xianzhai memikirkan hal ini dan mau melepaskan hatinya. Bagaimanapun juga, dia telah hidup lama bersama. Gadis ini hanya baru dikenali selama sehari.
Gadis itu tidak peduli dan mencibir pada Rongyu, agak enggan untuk menarik napas dalam-dalam, "Bibi itu sopan. Junior itu bahkan belum tahu yang namanya isi dari rumah hijau atau digemari oleh banyak pria."
Berbicara sampai di sini, Li Chang Su harus meminta maaf pada dirinya yang dulu masih di jaman modern. Sebenarnya dia memiliki banyak penggemar. Beritanya selalu ada di surat kabar dan televisi. Kadang menjadi perbincangan hangat di ketentaraan.
Sayangnya ini bukan dunianya lagi. Ucapkanlah selamat tinggal.
Rongyu dipanggil 'bibi' oleh Li Chang Su, membuat pria itu tersenyum sedikit. Tapi matanya semakin dalam, agak dingin. Memanggil Rongyu dengan sebutan l 'bibi', apakah dirinya juga seorang 'paman'?
Tanpa sadar, Li Chang Su sebenarnya memprovokasi naga ketika keluar dari sarang harimau. Belum menyadari jika di sampingnya sendiri, seorang pria yang hampir berusia kepala tiga masih berdiri kokoh. Bahkan Rongyu berwajah merah untuk sementara waktu. Entah karena cuaca musim kemarau ini atau karena tubuhnya menjadi demam.
Dipanggil 'bibi' oleh seorang gadis bau susu ini, sungguh tidak terduga. Perbedaan usia keduanya hanya terpaut beberapa tahun saja. Dia lebih terlihat dewasa walau jarang merawat tubuh untuk bisa terlihat seperti wanita pada umumnya. Tapi apakah dia terlihat begitu tua?
"Anda sopan. Saya sebenarnya masih seorang senior muda," Rongyu mempertahankan senyumnya, walau agak kaku. Dia melihat bahu kanan Mu Xianzhai yang terluka, begitu menyedihkan. Jika gadis ini tidak hadir, mungkin dia sudah berada dalam posisi di mana bisa merawat lukanya.
"Kalau begitu tolong maafkan saya yang berpikir terlalu banyak," Li Chang Su juga tidak lunak dan menjadi lebih sopan.
Dia tersenyum polos. Sebenarnya mengandung ejekan dalam setiap kata-katanya. Rongyu benar-benar berwajah hijau, terpaksa memberinya senyuman permintaan maaf. Dia tidak bermaksud begitu. Tapi kedua tangannya mungkin sudah berkeringat dingin.
Setelah pamit, Rongyu pergi dengan tergesa-gesa. Dia khawatir jika berada di sini terlalu lama, urat biru di dahinya bisa pecah. Melihat kepergiannya, Li Chang Su bisa bersantai untuk sementara waktu. Tapi tidak bisa lepas dari tatapan Mu Xianzhai yang penuh perhitungan.
"Kenapa menatapku seperti itu?" Tanya gadis itu polos.
"Paman, eh?" Mu Xianzhai tiba-tiba berkata, sedikit menguarkan hawa dingin.
Li Chang Su mengecilkan lehernya untuk sementara waktu dan mencerna kata-katanya. Bukankah pria ini sudah berusia hampir kepala tiga. Cocok untuk dipanggil paman oleh dirinya yang kini masih di di bawah lima belas tahun.
"Aku tidak berkata jika kamu seorang paman!" Sangkalnya.
"Mulut madu. Berpikir bahwa aku percaya?" Mu Xianzhai berkata lebih buruk dan memikirkan sesuatu, "masuklah dan membersihkan diri. Kita olah raga pagi sebelum sarapan."
"Bukankah kamu berkata tidak pernah melakukan latihan seperti itu?" Dia curiga.
"Tiba-tiba saja aku ingin mencoba dan menerapkannya kepada prajurit lain."
Mu Xianzhai tersenyum lebih dalam. Sorot mata di balik topengnya menjadi lebih jelas. Ini hanya pelajaran kecil bagi gadis itu untuk mengingat jika dirinya bukan seorang paman.
"...," Li Chang Su ingin menemukan lubang dan mengubur kepalanya. Seharusnya dia tidak menceritakan sistem pelatihan yang pernah dijalani sewaktu masih di jaman modern.
Ini hanya senjata makan tuan!
Dengan berat hati, Li Chang Su masuk ke tenda dan menyiapkan air mandi, membersihkan diri. Kali ini dia tidak memakai gaun putih yang semula dipakai, tapi pakaian tentara masa depan. He Ze berkata jika semua pakaiannya menyesuaikan bentuk tubuh. Ini sangat luar biasa.
Tupai itu sedang duduk di dekat air terjun buatan. Sepiring kacang menjadi teman santainya. Udara di ruang artefak sangat bagus. Belum lagi beberapa pohon buah juga sedang berbunga. Tidak peduli seberapa keringnya musim di luar, ruang artefak selalu memiliki suhu yang stabil.
Mungkin saat ini, Mu Xianzhai tidak mendapati Li Chang Su di dalam tenda. Karena saat ini, gadis itu berada di ruang artefak, berpakaian dan mengantongi beberapa permen rasa jeruk. Saat hendak pergi, ia melihat tupai itu begitu santai sendiri. Terkadang dia ingin bertanya, kenapa begitu menyukai kacang rebus?
Tidak memedulikannya, dia keluar dari ruang artefak gelang naga perak. Muncul di udara begitu saja, membuat Mu Xianzhai yang ada tak jauh darinya tertegun. Calon istrinya tiba-tiba muncul, membuatnya terkejut. Tapi setelah beberapa saat, dia menangkap tubuhnya dengan mudah.
Li Chang Su tidak berharap bahwa Mu Xianzhai akan ada di dalam tenda dengan ekspresi yang sedikit khawatir. Pria itu memeluknya dengan erat, khawatir bahwa dia akan pergi kapan saja seperti barusan.
"Jangan mengulanginya lagi di masa depan," dia berbisik, sedikit mengancamnya.
"Aku hanya berganti pakaian di ruang artefak," gadis itu berkata dengan nada kecil, sedikit merasa bersalah.
"Aku hanya khawatir ...," Mu Xianzhai tidak melanjutkan perkataannya. Sisanya hanya diucapkan dalam hati. Ia hanya khawatir jika suatu hari nanti gadis ini akan pergi meninggalkannya. Pergi ke ruang artefak.
Memperhatikan gelang naga perak di pergelangan tangan kiri Li Chang Su, dia begitu puas. Setidaknya gelang ini tidak akan bisa lepas dengan sendirinya. Kecuali dia sendiri yang melepaskannya.
Pagi terus bergulir. Beberapa prajurit mulai melakukan aktivitas seperti biasa. Kadang bergiliran berjaga untuk membunuh binatang mutasi yang sesekali masuk. Li Chang Su berlari bersama Mu Xianzhai, hanya berkeliling camp militer. Tempat ini cukup bagus, sebuah tanah lapang dengan rumput kering. Beberapa pohon juga sudah layu.
Kekeringan di Negara Bingshui begitu parah. Mu Xianzhai menceritakan sedikit tentang keadaan lingkungan di sini. Air menjadi langka. Kadang harus diperiksa apakah beracun atau tidak. Terutama ikan.
Tempat-tempat yang masih lembab mungkin masih menempati posisi lembah, hutan dalam bahkan rawa. Sayangan, tidak banyak masyarakat yang memanfaatkan hal tersebut karena takut binatang mutasi menyerang.
Sebagian kecil nelayan masih sering ke pantai secara diam-diam. Mereka melaut untuk mencari ikan. Hanya air laut yang mungkin tidak terkontaminasi racun secara menyeluruh. Li Chang Su masih sedikit mengerti tentang sistem alam. Bagaimanapun juga laut sangat luas. Tapi ikan-ikan mutasi juga banyak.
Tiba-tiba saja dia tertarik untuk pergi ke pantai. Mu Xianzhai bisa menemaninya. Jarak pantai dari barak militer cukup jauh. Butuh berkuda selama satu minggu. Jalanan menuju pantai juga sedikit sulit. Mereka bisa pergi setelah para prajurit selesai membuat benteng perbatasan Utara.
Keduanya lari pagi dan berhenti sesekali. Terutama Li Chang Su. Tubuh kecilnya ini benar-benar seperti dulu masih remaja. Wajahnya memerah ketika bersandar di salah satu batu besar. Sebenarnya berniat untuk mengecek apa yang tengah dilakukan Mu Hongzhi saat ini.
"Apakah benteng perbatasan akan efektif?" Tanya Li Chang Su.
"Itu cukup untuk membuat gelombang binatang mutasi tidak merajalela karena melihat manusia," dia menjawab, sedikit acuh tak acuh. Bahu kanannya belum sembuh total, tapi berkat perawatan ajaib Li Chang Su, lukanya kering lebih cepat. Masih bisa dibawa aktivitas ringan.
Mereka pergi menuju ke tempat Mu Hongzhi menutup lubang masuk semalam. Ketika sampai ditempat, dia melihat pria itu memerintahkan beberapa prajurit untuk membuat adonan semen, lalu dia menyusun beberapa batu yang telah dihancurkan menjadi ukuran medium.
Di jaman kuno ini, Li Chang Su masih bisa mengagumi para pengrajin bangunan. Terutama hasil karya mereka bisa menjadi sejarah di masa depan. Di jaman modern, beberapa bangunan kekaisaran masih berdiri kokoh, ada peninggalan yang juga menjadi harta nasional.
Mu Hongzhi sebenarnya sudah mendapatkan kembali pedangnya. Tapi itu kotor karena terinjak binatang mutasi. Untungnya tidak patah. Karena ini hanya satu-satunya pedang kesayangan. Jika patah, dia hanya bisa menunggu pandai besi untuk membuatkan pedang baru.
"Kakak ipar, sepupu ... Lihatlah, pekerjaan ini mulai selesai," dia tersenyum. Memamerkan hasil kerjaannya.
terima kasih 💚
semoga selalu sehat dan semangat membuat karya baru 💕
jadi thor jika ada yg bilang hal² buruk tentang author, ingat ada juga yg butuh author untuk bisa bahagia dan untuk bisa mendapatkan sedikit waktu istirahat dengan membaca. good luck thor☺️☺️☺️