Kisah Dania yang bertahan dengan suami yang tak mencintainya. Dania bertahan karena cintanya pada Cilla anak dari suaminya. Akankah Pram membuka hati untuk Dania? Sanggupkah Dania bertahan? Atau Dania akan menyerah menjadi bunda pengganti bagi Cilla? Ikuti ceritanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Bunda Pengganti 20
Pram tertegun mendengar penuturan Dania. Lalu beranjak dari hadapan Dania.
" Makanlah, setelah itu istirahat. Aku sudah menghubungi mami, dan bilang, malam ini kita menginap di apartemen ku."
Pram berkata, dan berlalu dari kamar itu.
Dania meletakkan piringnya. Dan merebahkan tubuhnya di sofa itu. Mencoba memejamkan matanya, namun bayang-bayang kejadian saat makan siang tadi terus saja berputar.
Sedangkan Pram langsung menghubungi Riko untuk menanyakan mengenai perusahaan milik Satya.
" Bagus, dirinya mau main-main dengan keluarga Hanudinata."
Pram pun lalu menutup panggilan nya. Pram berjalan menuju ruang kerjanya. Karena kejadian tadi, Pram akhirnya menyelesaikan pekerjaannya di apartemen.
Tengah malam, Pram pun masuk ke kamar. Di lihatnya Dania yang tertidur di sofa. Pram menghembuskan nafasnya, lalu mengangkat Dania, dan membaringkannya perlahan di ranjang.
Pram pun kini yang tertidur di sofa. Saat ini yang di lakukan Pram hanya sebuah bentuk tanggung jawab. Itulah yang ada di pemikiran Pram. Dania yang terbangun menjelang subuh, terkejut mendapati dirinya tertidur di ranjang, dan Pram di sofa.
" Dia benar-benar tidak menganggap ku istrinya. Dirinya lebih memilih tidur di sofa, dari pada di ranjang bersamaku." Batin Dania.
Dania membersihkan tubuhnya, dan lalu keluar dari kamar. Dirinya membuat secangkir teh, lalu menyeruputnya.
Pram yang terbangun tak mendapati Dania di kamar pun langsung membersihkan tubuhnya, lalu menuju pantry. Dania masih duduk mematung di sana. Pandangannya kosong. Ya, Dania melamun. Sampai kedatangan Pram pun tak di rasakannya.
" Kau memikirkan apa?"
Dania kaget dan menoleh ke arah Pram. Dania menggelengkan, menjawab pertanyaan Pram.
" Dania, aku harap kejadian ini, jangan kau salah artikan. Aku melindungi mu, karena kau adalah bagian dari Hdn, corps. Dan aku tak-"
" Aku paham..."
Potong Dania, sebelum Pram melanjutkan perkataannya. Pram menatap Dania sejenak, lalu kembali menyeruput teh ya g di buatnya sendiri.
" Aku mau pulang. "
Dania beranjak dari duduknya, dan meninggalkan Pram yang masih duduk di meja makan. Kini mereka sudah siap-siap akan keluar dari apartemen, saat ponsel Pram berdering.
" Hallo, Sea. Ada apa?"
" ..... "
"Oke, tunggu aku disana. Jangan kemana-mana. Lima belas menit lagi aku tiba."
Pram menutup panggilannya. Lalu segera mengunci pintu dan meninggalkan Dania. Dania menghela nafasnya, tak terasa air matanya jatuh. Sekuat-kuatnya Dania,dirinya hanya seorang wanita yang menginginkan seseorang melindunginya.
Pram berlari ke arah mobilnya saat tiba di parkiran. Dirinya benar-benar merasa khawatir dengan keadaan Sea. Pram mengemudikan mobil mewahnya dengan cepat.
Lima belas menit kemudian, Pram tiba di apartemen Sea. Tak ada siapapun disana. Pram langsung masuk karena kode akses yang sudah di beritahu oleh Sea sebelumnya.
" Sea..."
Pram melihat Chelsea yang tergeletak dilantai. Dengan cepat, Pram menggendong Sea dan membawanya ke Rumah sakit terdekat. Setibanya di rumah sakit, Pram langsung meminta perawat membawa brankar dan membawa nya ke IGD. Pram mondar mandir di depan pintu IGD. Dokter tak mengizinkan Pram untuk masuk. Begitu Dokter keluar dari ruangan pemeriksaan, Pram pun langsung menghampiri.
" Bagaimana keadaannya, Dok?"
" Keadaannya sangat lemah, Pak. Bersyukur Anda segera membawanya. Tekanan darah nona Chelsea sangat rendah, seperti kekasih Anda kecapean. Dan juga tolong, perbaiki pola makan kekasih Anda, Pak."
" Terima kasih, Dok."
Tak lama, brankar Chelsea pun di dorong menuju kamar perawatannya. Pram masih setia menemani, bahkan Pram memegang tangan Chelsea yang bebas. Chelsea masih tertidur, saat mereka tiba di ruang perawatan.
Ponsel di saku Pram bergetar, panggilan dari ibunya membuat Pram menepuk keningnya. Setelah panggilan itu berakhir, Pram pun meminta perawat untuk menemani Chelsea, karena Pram akan kembali ke apartemen nya.
Setibanya di apartemen, Pram tak menemukan Dania, bahkan ponselnya pun mati. Pram bingung mencari keberadaan Dania.
Saat Pram meninggalkan Dania, di apartemen, dan menemui Chelsea, dengan tergesa-gesa. Saat itu Dania memilih pergi ke tempat lain untuk menenangkan dirinya. Dania pergi ke apartemen sahabatnya. Dan memilih menenangkan diri disana. Dania merenungi nasibnya saat ini. Dirinya sudah bergelar istri, namun hanya istri yang tak dianggap. Dania mengira kejadian itu dan kebaikan Pram karena mulai menerima dirinya, tetapi ternyata hanya karena Dania adalah karyawan di Hdn. Corps.
Dania sengaja mematikan ponselnya. Karena tak ingin ada yang mengganggunya.
" Pernikahan macam apa ini." Dania bergumam. Rasanya Dania ingin benar-benar pergi. Namun bayangan tawa Cilla dan kelembutan Ibu mertuanya, membuat Dania meragu.
Sementara di tempat lain, Pram yang belum mendapatkan informasi di mana Dania pun, mulai menahan emosinya.
" Liat aja, Dania. Kau sudah membuat Mami khawatir. Kau benar-benar, Dania .."
Pram mengumpat sambil mencengkram stir mobilnya. Pram tidak menyangka, Dania bisa pergi tanpa memberinya kabar. Cukup lama Pram, sampai perawat rumah sakit mengabarkan bahwa Chelsea sudah siuman.
Pram melajukan mobilnya rumah sakit. Dan menemui Chelsea yang terbaring disana.
" Bagaimana keadaan mu, Sea?"
Senyum tipis tercetak di wajah pucat Chelsea.
" Terima kasih, Pram. Maaf, aku selalu saja merepotkan mu. "
Pram menggenggam tangan Chelsea.
" Sedikit pun aku tak pernah merasa di repotkan. Aku akan memberi tahu Revan."
Namun tangan Chelsea mencekal tangan Pram yang akan menghubungi tunangan itu. Chelsea menggelengkan kepalanya. Matanya tampak berkaca-kaca.
" Kenapa, Sea. Katakan."
" A- aku dan Revan,..."
Belum sempat Chelsea melanjutkan, Pram langsung memeluk wanita yang telah merebut hatinya sejak masa kuliah dulu. Chelsea menangis.
" Tenanglah, aku gak suka melihat air matamu jatuh."
Ucap Pram sambil memeluk Chelsea, dan mengusap punggungnya. Setelah di rasa Chelsea cukup tenang, barulah Pram melepas pelukannya.
" Sudah lebih baik?"
Chelsea mengangguk. Lalu Pram kembali duduk di sisi ranjang. Dan menatap lekat wajah Chelsea.
" Pernikahanku dan Revan terancam batal. Aku melihat Revan jalan dengan seorang perempuan. Mereka sangat mesra, Pram."
Chelsea menceritakan apa yang menyebabkan dirinya pulang. Dan Chelsea menjelaskan kenapa sampai saat ini, dirinya tak ingin mendengarkan penjelasan Revan.
" Sudahlah, sekarang lebih baik, kamu istirahat. Kondisimu masih lemah, jangan berpikir terlalu berat."
Ucap Pram sambil membenarkan posisi selimut Chelsea. Pram membelai lembut kepala Chelsea, sampai gadis itu tenang dan kembali tertidur.
Pram menatap lekat wajah pucat Chelsea. Hatinya masih sakit, setiap kali melihat Chelsea menjatuhkan air mata. Pram menghubungi Reyhan dan Riko untuk mengabarkan keadaan Chelsea.
Menjelang malam, Reyhan datang bersama Riko. Mereka melihat Pram yang sedang menyuapi Chelsea makan.
" Bagaimana keadaanmu, Sea?"
Riko menanyakan keadaan Chelsea yang duduk di ranjangnya.
" Sudah lebih baik. Terima kasih, dan maaf selalu saja merepotkan kalian."
" Sudahlah, tak perlu sungkan pada mereka."
Ucap Pram kemudian. Riko memutar malas bola matanya.
" Surat pengunduran diri Dania sudah ada padaku."
semoga ceritanya tidak mengecewakan
Baru dapat novelnya..
Hhhmmm ada hati kah Dok sm Dania?