Gara-gara mengerjai sistem, Gabrielle van Kohen dikerjai sistem!
Berawal dari ketidakpuasan, seorang penulis novel online mengacaukan format pesan pengajuan misi kepenulisan dan berakhir di dunia novel yang ditulisnya sendiri.
Nama tokoh: Jian Yue
Nama pena: Penulis Keparat
Judul buku: Almighty
Popularitas: Nol koma~
"INGIN POPULER TINGKAT DEWA? JADILAH AUTHOR DEWA!" ~Sistem Editor.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Pada akhirnya, dengan terpaksa, Gabrielle menggiring Bei Tang Moran ke ruang bacanya dan menemaninya sambil terkantuk-kantuk.
Sementara pria itu mulai membaca, Gabrielle tertunduk lemas di sampingnya dengan kelopak mata kian meredup dan kepala terus-terusan oleng.
Bei Tang Moran tampak fokus dan intens. Tapi ketika kepala Gabrielle mendadak miring ke samping dan hampir terjungkal dari tempat duduknya, refleks ia menangkap kepala gadis itu dengan telapak tangannya sementara matanya tetap terpaku pada gulungan yang sedang dibacanya. Ia meluruskan kembali postur gadis itu dan menahannya supaya tetap duduk tegak. Matanya bahkan tidak berkedip ketika ia melakukannya. Tetap fokus dan intens.
Perubahannya sebesar ini? gumam Bei Tang Moran dalam hatinya. Siapa sebenarnya yang telah mengubah orakel?
Ia mengerling ke arah Gabrielle dan memandanginya. Gadis itu terlelap dengan damai, bersandar pada telapak tangannya. Dengkuran halus gadis itu membuatnya merasa kesepian.
“Wajah tidurmu lebih mengganggu dibanding wajah mabukmu!” gerutunya sembari menggertakkan gigi. Ia menarik wajah gadis itu mendekat dan mengomelinya lagi, “Kenapa kau begitu imut?”
“Haish!” Bei Tang Moran mendesah pendek. Tampaknya… aku harus turun tangan sendiri untuk menyelidikinya, pikirnya. Kemudian mengamati wajah mungil Gabrielle beberapa saat lagi, tanpa sadar tatapannya melembut. Seulas senyuman samar tersungging di sudut mulutnya. “Karena kau begitu imut… untuk sementara, kau kuampuni!”
Ia beranjak dari tempat duduknya dan membopong Gabrielle ke kamarnya. Kemudian membaringkannya dan menyelimutinya dengan hati-hati. “Tunggu sampai kau menunjukkan ekormu,” desisnya pura-pura mengancam. “Aku akan jadi orang pertama yang menangkapmu!”
Setelah mengatakan itu, ia beranjak dari tempat tidur gadis itu dan…
GREP!
Tangan kuat seseorang tiba-tiba menyergap lehernya.
Dan sebelum Bei Tang Moran menyadari apa yang terjadi, sebelum ia sempat bereaksi, si penyerang sudah membawanya berpindah tempat dalam sekejap dan mendarat di Menara Intropeksi di kediamannya.
“Shénjūn—”
GRAAAKKK!
Untaian rantai gelap sebesar rantai kapal berderak jatuh dari balik awan dan menjuntai ke bawah, menggelantung dan menyergap kedua tangan Bei Tang Moran di kiri-kanan, merentangkannya ke samping. “Kau—”
BRUK!
Kedua lutut Bei Tang Moran seketika tertekuk dan jatuh berlutut di lantai batu meteorit yang dingin.
Tubuh sejatinya berdiri di hadapannya, memunggunginya dengan kedua tangan terlipat di belakang tubuhnya.
“Apa maksudnya?” protes Bei Tang Moran sambil mendongak, menatap tajam punggung Host-nya.
“Apa maksudnya?” ulang Host Bei Tang Moran sambil mengerling melewati bahunya, menatap tajam ke arah Bei Tang Moran tanpa ekspresi. “Bukankah sudah jelas? Aku sedang mendisiplinkanmu!”
“Apa kau berhak?” sergah Bei Tang Moran seraya tersenyum sinis.
“Memangnya selain aku, apakah ada yang lebih berhak?” sanggah Host Bei Tang Moran.
“Jangan kira karena kau tubuh emas, aku tak bisa menghancurkanmu,” dengus Bei Tang Moran. “Jangan kira karena aku memanggil: Shénjūn, Shénjūn, setiap hari, lalu kau pikir aku menganggapmu yang maha tinggi!”
“Memangnya bukan?” seloroh Host Bei Tang Moran dengan senyum mengejek.
“Kau hanya seonggok baju zirah untuk menangkal serangan saja!” Bei Tang Moran balas berseloroh. “Tanpa kesadaran ilahi, memangnya kau bisa apa?”
“Benar!” tukas Host Bei Tang Moran bernada tajam. “Aku hanyalah baju zirah tak berhati yang mengutamakan perlindungan dan pertahanan. Itulah yang sedang coba aku lakukan sekarang. Melindungimu!”
“Cih!” Bei Tang Moran mencibir perkataannya. “Melindungiku?” gumamnya bernada mencela.
Tubuh sejatinya berbalik dan melangkah mendekat, kemudian mendongakkan wajah Bei Tang Moran dengan tatapan dingin tanpa ekspresi. “Ingatlah, Moran!” katanya memperingatkan. “Kau tidak seharusnya memiliki perasaan!”
“Tahu apa kau soal perasaan?” Bei Tang Moran mendengus seraya menyentakkan wajahnya ke samping, mencoba melepaskan diri dari cengkraman Host-nya. Tapi cengkeraman pria itu sekuat tang.
“Aku memang tak berperasaan,” tukas Host Bei Tang Moran. “Tapi aku tahu satu hal tentang perasaan: begitu kau memilikinya, kau akan dikuasai keserakahan. Setelah kau dikuasai keserakahan, kau akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang kau inginkan. Lalu kau ingin memilikinya. Merencanakan banyak hal untuk memperjuangkannya, mempertahankannya. Saat kau kehilangannya, kau akan merasakan sakit. Tapi memangnya apa yang bisa dilakukan? Kau ditakdirkan untuk kesepian!”
Bei Tang Moran langsung terdiam.
Tubuh sejatinya berpaling dan melepaskannya, memunggunginya lagi, menarik sudut bibirnya membentuk seringai tipis.
“Dia masih berguna,” ungkap Bei Tang Moran setelah sejenak terdiam. Nada bicaranya sudah melunak, begitu pun raut wajahnya.
Host Bei Tang Moran mengerling sekali lagi melewati bahunya.
Bei Tang Moran mendesah pendek dan berpaling, memasang wajah acuh tak acuh.
Sejurus kemudian, tubuh sejatinya menghilang dan mendarat kembali di kediaman Gabrielle, membaca catatan nubuat gadis itu di ruang bacanya.
Lalu entah bagaimana, tiba-tiba gadis itu terbangun dan memeriksa ruang bacanya. “Masih belum selesai?” Gadis itu bertanya heran sambil menguap, kemudian menyandarkan sebelah bahunya ke bingkai pintu sembari bersedekap.
Pria di balik meja menatapnya dari seberang ruangan. Ekspresi dinginnya membuat Gabrielle terhenyak.
Bukan Bei Tang Moran! Gabrielle menyadari. Refleks ia menarik bahunya dari bingkai pintu dan meluruskan tubuhnya dengan wajah menegang. Tanpa sadar beringsut selangkah ke belakang dengan sorot mata gelisah.
Pria itu menangkap kegelisahannya. Kemudian meletakkan gulungan di tangannya ke meja, dan menyelinap keluar dari balik meja itu.
Gabrielle menelan ludah dan beringsut selangkah lagi ke belakang.
WUUUSSSSHHH!
Pria itu berpindah tempat dalam sekejap, tahu-tahu sudah berdiri merunduk di hadapannya, dan Gabrielle mendapati dirinya hanya membeku di bawah sorot dingin mata phoenix pria itu.
Pria ini berbahaya! Sisi diri Gabriel yang intuitif memperingatkan, sisi diri yang selama ini telah membantunya menciptakan dunia tak masuk akal ini.
Kelihatannya dia begitu membenciku! pikir Gabrielle. Kenapa nilai sukanya tak terdeteksi?
“Host Bei Tang Moran adalah NPC!” Sistem Editor secara otomatis memberitahu. “Nilai suka tidak dihitung karena dianggap satu dengan Bei Tang Moran.”
Ternyata begitu? pikir Gabrielle merasa sedikit lega. Baguslah, batinnya penuh syukur. Bagaimanapun pria ini tak pernah menunjukkan gelagat bagus. Kalau sampai nilai sukanya juga dihitung, aku khawatir poinku dikurangi seribu. Kelihatan sekali pria ini tak menyukaiku!
Sistem Editor menghilang, dan Gabrielle kembali dihadapkan pada situasi yang menegangkan.
Tidak bisa! pikir Gabrielle cepat-cepat. Aku harus tetap berpura-pura bahwa dia Bei Tang Moran.
“Kau…” Gabrielle berkata ragu-ragu, memaksa dirinya berpikir cepat. “Yang memindahkanku ke tempat tidur?” tanyanya dengan suara tercekat.
Pria itu tetap bergeming. Masih menatapnya dengan ekspresi dingin.
Gabrielle berdeham dan memalingkan wajahnya cepat-cepat, menghindari tatapan pria itu seraya memaksakan senyum. “Terima kasih,” katanya pura-pura malu.
Sebersit ekspresi muak tersirat di wajah pria itu. Tapi tetap bergeming tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
Gabrielle berdeham dan menundukkan kepalanya sembari menggigit bibir bawahnya, menyembunyikan senyuman jahil, kemudian mencolek dada pria itu dengan ujung telunjuk. Pura-pura menggoda. “Kau… kenapa tidak tidur?” bisiknya bernada nakal.
Wajah pria itu spontan mengencang dengan alis tertaut, menahan jengkel. Kemudian menepiskan tangan Gabrielle dan menyelinap pergi.
“Hffffffttt!” Gabrielle membekap mulutnya menahan tawa. Berhasil! pikirnya.
Pria itu menghilang seperti harapan Gabrielle.
😜😜😜
Semakin cantik, semakin berbahaya...!!!
Kecewa, ternyata masih "berpakaian"...
/Drool//Drool//Drool/
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
🌟🌟🌟🌟
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
😅😅😅
🔥🔥🔥🔥🔥
Ternyata Dewa itu berasal dari TELUR, lalu menetas...!!!
😅😅😅
💥💥💥💥💥💥💥💥💥
😅😅😅
Saya dianggap "penjahat" , padahal "mereka" yang penjahat sesungguhnya...
😅😅😅
Seperti agak kenal...???
Siapa dia sebenarnya ???
Dia hanya TERPESONA ....!!!
Susah ngelewatin yang bening-bening...