Alina, seorang gadis lugu yang dijebak kemudian dijual kepada seorang laki-laki yang tidak ia kenali, oleh sahabatnya sendiri.
Hanya karena kesalahan pahaman yang begitu sepele, Imelda, sahabat yang sudah seperti saudaranya itu, menawarkan keperawanan Alina ke sebuah situs online dan akhirnya dibeli oleh seorang laki-laki misterius.
Hingga akhirnya kemalangan bertubi-tubi menghampiri Alina. Ia dinyatakan positif hamil dan seluruh orang mulai mempertanyakan siapa ayah dari bayi yang sedang ia kandung.
Sedangkan Alina sendiri tidak tahu siapa ayah dari bayinya. Karena di malam naas itu ia dalam keadaan tidak sadarkan diri akibat pengaruh obat bius yang diberikan oleh Imelda.
Bagaimana perjuangan seorang Alina mempertahankan kehamilannya ditengah cemoohan seluruh warga. Dan apakah dia berhasil menemukan lelaki misterius yang merupakan ayah kandung dari bayinya?
Yukk ... ikutin ceritanya hanya di My Baby's Daddy
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gosip Yang Menyebar
"Alina, Alina!" panggil Bu Nadia dengan tergopoh-gopoh mencari keberadaan Alina.
Air mata wanita itu masih bercucuran. Rasa sakit hati dan kecewanya terhadap Alina begitu besar. Ia tidak menyangka bahwa Alina akan melakukan hal yang menjijikkan itu.
Bu Nadia membuka pintu kamar Alina, tetapi kamar itu kosong dan tidak ada penghuninya.
"Kemana anak itu!" kesalnya sambil menyeka air matanya.
Bu Nadia kembali melangkahkan kakinya menelusuri ruangan demi ruangan yang ada di dalam rumahnya tersebut. Namun, ia tidak juga menemukan keberadaan Alina.
Kini tatapan Bu Nadia tertuju pada kamar mandi. Satu-satunya tempat yang belum ia periksa. Walaupun ragu, Bu Nadia tetap menghampiri ruangan itu. Pintu kamar mandi yang tidak terkunci rapat, membuat Bu Nadia tidak yakin bahwa ada seseorang di dalamnya.
"Alina, kamu di dalam?"
Bu Nadia mendorong pintu kamar mandi yang tidak terkunci tersebut dengan pelan. Dan setelah pintu terbuka lebar, Bu Nadia terkejut bukan main karena Alina kembali tergeletak di ruangan itu dengan kondisi yang masih tidak sadarkan diri.
"Alina, kamu kenapa lagi?! Apa tidak cukup hari ini kamu membuat Ibu cemas!" pekik Bu Nadia sambil menepuk-nepuk wajah pucat Alina.
Bu Nadia mencoba mengangkat tubuh Alina tetapi ia tidak sanggup. Bu Nadia berlari keluar dari rumah kemudian meminta bantuan kepada tetangganya untuk membantu mengangkat tubuh Alina.
"Ada apa, Bu Nadia?" tanya warga yang datang menghampirinya setelah ia berteriak meminta tolong.
"Tolong, Alina pingsan di kamar mandi. Bantu aku membawa Alina kembali ke kamarnya," lirih Bu Nadia.
"Baik, Bu."
Para tetangga Bu Alina masuk dan segera menuju kamar mandi. Mereka terkejut melihat Alina yang masih tergolek di ruangan itu dengan wajah memucat.
"Ayo, kita angkat!" ucap salah satu warga kepada temannya.
"Baik!"
Mereka pun mengangkat tubuh Alina dengan sangat hati-hati. Ketika tubuh gadis itu di angkat, Bu Nadia menemukan alat tes kehamilan yang terjatuh dari tangan Alina. Ia bergegas mengambil benda itu kemudian memperhatikannya dengan serius.
Tubuh Bu Nadia kembali bergetar setelah melihat dua garis merah yang terpampang jelas di benda mungil tersebut. Bu Nadia tidak sadar bahwa saat itu ada salah satu tetangga yang sedang memperhatikan dirinya di ruangan itu dengan mata membulat sempurna.
Apalagi setelah ia melihat alat tes kehamilan dengan hasil positif yang sedang dipegang oleh Bu Nadia, membuat wanita itu semakin membelakakan matanya. Ia bergegas pergi dari kediaman Bu Nadia sebelum Bu Nadia menyadari keberadaannya.
Tidak cukup sampai di situ, ia segera menghampiri tetangga-tetangganya yang lain, kemudian memberitahukan apa yang baru saja ia lihat kepada mereka.
"Serius kamu? Siapa yang hamil?" pekik mereka.
"Aku yakin Alina lah, siapa lagi coba?!" jawabnya.
Dengan secepat kilat, berita itu menyebar hingga ke seluruh kampung Alina. Semua mulai ramai membicarakan Alina yang sakit akibat dari kehamilannya. Semua orang mulai mencibir dan mencemooh Alina dan Bu Nadia.
Sementara gosip panas itu terus menyebar, Bu Nadia masih duduk di samping tempat tidur Alina yang masih tidak sadarkan diri.
Bu Nadia masih terisak karena cobaan yang ia dapatkan kali ini terasa lebih berat dibandingkan saat ia kehilangan sosok Ayah Alina yang pergi untuk selama-lamanya. Meninggalkan dirinya bersama Alina yang masih kecil.
"Lihat, Pak! Apa yang sudah anakmu lakukan," ucap Bu Nadia sambil terisak.
"Ibu malu dan Ibu sudah tidak tahu harus bersikap seperti apa terhadap Alina! Dia sudah mencoreng wajah Ibu di depan semua orang," sambungnya.
Cukup lama Bu Nadia terisak di dalam kamar Alina, hingga akhirnya gadis itu sadar dan mulai menggerakkan tubuhnya yang masih lemah.
Perlahan Alina membuka matanya dan orang pertama yang ia lihat adalah Bu Nadia yang sedang duduk di samping tempat tidur.
"Bu ..." lirih Alina.
Bu Nadia masih kecewa terhadap Alina dan ia bahkan tidak ingin melemparkan senyum kepada gadis itu. Wajah Bu Nadia terlihat sangat kusut, sekusut hatinya sekarang ini.
"Bu ... Ibu kenapa menatap Alina seperti itu?" tanya Alina sembari memegang kepalanya yang masih sakit.
"Kenapa katamu, Alina?! Sekarang kamu jelaskan pada Ibu, apa ini?!" ketus Bu Nadia sembari melemparkan alat tes kehamilan yang sejak tadi ia pegang kepada Alina.
Alat tes kehamilan itu jatuh tepat di samping tubuh Alina. Setelah menyadari apa yang baru saja dilempar oleh Ibunya, Alina pun segera meraih benda mungil tersebut dengan tangan gemetar.
"Bu ... maafin Alina," lirih Alina sambil menangkupkan kedua tangannya kepada Bu Nadia.
Bu Nadia membuang muka sambil menyeka air matanya. Ia benar-benar sedang marah dan sangat kecewa kepada putri semata wayangnya itu.
"Jelaskan, Alina!" kesal Bu Nadia dengan nada tegas.
...*** ...