Please, Marry Me!

LOMBA MEMASAK

Setelah malam yang penuh dengan hawa panas berlalu, akhirnya Rubah dan Aneh bisa bernafas lega kembali. Semalam tidak ada yang datang, apalagi kakek, entah apa lagi yang pria tua itu akan rencanakan untuk cucu malangnya itu? Yang pasti, saat ini sesuai janji, Noah dan Hari pergi ke tempat event.

Sangat ramai sekali pengunjung di sana. Seperti kata pepatah <> Noah dan Hari datang pagi-pagi, namun orang-orang sudah namplok di sana.

“Ingat! Aku hanya menurutimu satu kali saja.”

“Iya... Aku tahu! Ayo!” ajak Hari menarik paksa tangan Noah dan memasuki kerumunan di sana, segera mendaftar sebelum kehabisan. Tapi sayang, karena banyak sekali yang ingin mendaftar alhasil mereka harus melewati sebuah undian kertas dengan nomor yang akan beruntung dan di panggil.

“Walcome everybody! Kami akan mengambil sebuah undian, dan jika nomor kalian beruntung maka perlombaan memasak akan menjadi tantanganmu!” jelas seorang host pria dengan pakaian meriah celana ketat warna ungu gelap dan pakaian lengan panjang warna hijau dengan kelap-kelip di seluruh kainnya. Jangan lupakan Surai putih biru nya yang di bentuk bak anak punk. Panggil saja Shark.

305! Hari menatap kecewa ke sebuah kertas kecil yang berada di tangannya, sebuah kertas undian.

Noah menatap wanita itu serta kertasnya, seringaian miring tercetak di bibirnya. “Kemungkinan kecil untuk bisa menang!” bukannya membantu, Noah malah memberikan sebuah harapan kegagalan.

“Tidak akan, tunggu saja.” Ketus Hari masih yakin bahwa nomornya akan beruntung.

“Aku akan ke toilet sebentar.” Pamit Noah sebelum dia melangkah pergi mencari toilet di sana, meninggalkan Hari yang sibuk akan event tadi. Sementara Noah—

Bukannya pergi ke toilet, ia malah berbelok dan pergi ke belakang panggung. Melewati penjaga yang ada dan menampol sebuah uang di bibir mereka.

“Selamat pagi Mr. Beautiful!” sapa ramah Noah ke seorang host yang akan mengacak dan mengambil kertas nomor.

Seorang pria yang menjadi wanita (kalian tahu yang saya maksud kan!) . Noah berjalan mendekatinya dengan membuka kacamatanya memperlihatkan mata cokelat dan pesona tampannya. Dia tahu host tersebut adalah seorang pria, tapi menjadi seorang transgender.

“Mau berkenalan?!” host dengan asli nama Mickey itu tersenyum malu dan menerima uluran tangan pria tampan tadi .

“Minnie!” Jawabnya masih malu-malu. Dalam hati Noah benar-benar jijik melihatnya sehingga dia hanya bisa meringis dan merinding.

Noah duduk di sampingnya, melihat sekeliling yang sepi, ia mulai mendekatinya dan memberikan usapan di paha terbuka milik host tersebut, sekedar menggodanya.

“Apa aku tampan?” bisik sensual Noah.

“I-iya!”

“Jika mau aku akan memberikan nomor ku dan sejumlah uang untukmu! Bagaimana? Kau sangat cantik!”

Keduanya saling menatap. “Tentu saja, tentu saya mau!” jawab penuh semangat Minnie alias Mickey

“Syaratnya. Kau harus memanggil nomor 305 untuk undian nanti!” sangat pandai mengelabuhi, Noah tersenyum penuh arti, sedangkan Mickey sedikit terkejut akan keinginan curang tadi.

Tapi, melihat wajah Noah yang begitu tampan... Jarang sekali dia bisa bertemu dengan pria seperti itu, apalagi menawarkan sejumlah uang.

“Baiklah Tuan!” menjawabnya sambil tersenyum tipis.

“Good job!” telunjuk Noah menepuk pelan pipi host tersebut, lalu memberinya sejumlah uang dan ia selipkan di tengah-tengah dada buatan milik si transgender tadi.

Sementara Mickey yang mendapatkan perilaku seperti itu juga uang, dia hanya tersenyum puas, mencium aroma uang dan menatap punggung Noah yang sudah hilang.

Hari masih berdiri, menunggu undian di mulai.

“Sudah di mulai?” tanya tiba-tiba Noah yang baru sampai. Hari menatap penuh curiga saat melihat nafas Noah tersengal seperti baru lari.

“Belum. Lama sekali di toiletnya.”

“Toiletnya tersumbat!” ketus Noah dengan malas..

Tiba-tiba tepukan tangan begitu meriah dan ricuh terdengar. Hari sudah tak sabar ingin mendengarnya, sedangkan Noah malah mencuri pandang ke wajah Hari yang masih tersenyum penuh binar, sampai tanpa sadar ia juga ikut tersenyum tipis melihatnya.

Seperti dugaan. Host tadi sudah berdiri di atas panggung, mulai meraih lima kertas yang akan beruntung. “Kertas pertama nomor 18! 520! 46! 120! Dan 305!” ucap host bernama Mickey tadi. Mata Hari terbelalak tak percaya mendengarnya.

“Yeahhhhh! Kau lihat, nomorku di panggil!!” girangnya menunjukannya kepada Noah.

Hari langsung menarik tangan Noah untuk mengajaknya maju ke depan bersama.

Kini sudah ada lima peserta dengan pasangan masing-masing. Noah dan Mickey saling menatap dan si wanita gender tadi memberikan acungan jempol ke arah Noah.

“Inilah para peserta yang akan beruntung mengikuti lomba memasak! Mari kita berpindah!!!!” girang host Shark.

.

.

.

Kini Noah dan Hari sama-sama mengenakan sebuah pakaian ala chef, berdiri berdampingan di tengah-tengah meja yang melingkari masing-masing peserta lomba. Semua bahan sudah tersedia di atas sana.

“Tantangan pertama. Membuat hidangan bertema A-lam! Ready.... Three, two, one!” perlombaan di mulai. Para peserta terlihat sibuk dan panik.

“Ini benar-benar menyebalkan.” Gerutu Noah saat pertama kali dia merasa panik akan sebuah waktu 30 menit yang terus berjalan. Biasanya dia yang di juluki bom waktu, kini ia merasakannya sendiri.

Hari sibuk meracik bumbunya dan Noah sibuk memotong bahan-bahan yang mereka butuhkan. Bahkan mereka juga sering sedikit berdebat di tengah kompetisi, di akhiri oleh Noah yang memilih mengalah karena banyaknya orang di sana.

Waktu habis, penjurian di mulai. Dua peserta tersingkirkan, kini Noah dan Hari masuk di semifinal bersama dua peserta lainnya yang akan merebut juara pertama. Kali ini tema makanan bebas, Hari memutuskan untuk membuat kari kental warna cokelat.

...***...

Beberapa jam lewat, akhirnya perlombaan selesai. Para juri mencicipi ramen buatan pasangan Hari dan Noah, namun ada yang aneh akan ekspresi wajah para juri saat mencicipinya.

“Harusnya ini enak, tapi ini sangat asin!” ujar salah satu juri di sana menutup mulutnya.

Mendengarnya Noah terkejut, dia sudah mencicipinya, bagaimana mungkin rasanya bisa asin? Manik Noah melirik ke arah Hari yang terlihat santai dengan senyuman kecil di wajahnya, ada yang aneh. Pria itu menyipitkan matanya.

“Baiklah kita akan umumkan juara ketiga kita.... Pasangan dari Donnie dan Dolie! Selamat kalian mendapatkan hadiah piring, sendok dan garpu!” suara tepuk tangan begitu meriah.

“Dan juara kedua kita adalah. Pasangan dari Hari dan Noah! Selamat kalian mendapatkan hadiah terlangka di dunia, sebuah cup Ice cream Mangruk!”

“Yeahhhh!” teriak Hari akhirnya tercapai. Noah jadi tahu penyebab kari tadi terasa asin.

Setelah menerima hadiah, acara selesai.

Hari sibuk memekakkan Ice cream tadi sambil berjalan menuju parkiran mobil. “Cobalah, rasanya sangat enak dan langkah!” tawar Hari memaksa. Noah membuka mulutnya dan menerima suapan dari Hari. Dia sangat membenci Ice cream, sungguh!

“Hm. Ini-- biasa saja.” Mendengarnya Hari memonyongkan bibirnya.

“Kapan kau memasukannya?”

“Saat kau sibuk memotong dagingnya! Aku memasukkan satu kepalan garam di karinya!” tanpa bersalah wanita itu menjelaskannya. Noah hanya bisa membuang nafas panjang.

Mereka hampir sampai di parkiran, tapi Hari tiba-tiba menarik jaket Noah. “Apa?” kesal si Rubah.

“Ayo kita pergi ke sana!” ajak Hari menunjuk ke sebuah festival kecil gabungan dari event tadi.

“Tidak. Ayo pulang!” tolaknya dengan wajah malas.

“Sebentar saja, kau pasti suka!” rengek Hari.

“No!” pria itu memilih melangkah pergi.

“Bagaimana kalau kita melakukan tantangan di sana, hm?” seketika langkah Noah berhenti, pria itu tertarik saat mendengar sebuah tantangan yang seolah dia merasa tertantang juga merasa akan menang.

Pria tampan berjaket hitam itu menoleh melihat Hari yang sudah tersenyum lebar mengangkat kedua alisnya berulangkali. Seakan dia setuju bila ada tantangannya! Apalagi soal mengalahkan Hari si aneh.

...🛫📍🛬...