Apa jadinya bila seorang gadis yang baru lulus SMA harus menjadi seorang ibu pada anak kembar 7 yang tidak sengaja ia temukan. mampukah gadis itu merawat anak kembar 7 itu sendirian? Atau malah di titipkan kepanti asuhan? temukan jawaban nya di novel ini. kalau penasaran baca yuk.
Cerita ini hanya lah fiktif semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seven R beraksi.
"Bagaimana anak anak? apa kalian sudah siap?" tanya Diva.
"Siap Mommy," jawab si kembar serentak.
"Ternyata anak anakku benar benar hebat," monolog Darmendra dalam hati.
Kini mereka sudah sampai di tempat yang di tuju. Darmendra memarkir kan mobil nya sedikit jauh dari markas itu. karena kalau terlalu dekat nanti bakal ketahuan.
Mereka keluar dari mobil, dan berjalan mengendap-endap mendekati markas.
"Roy," seru Ray. Roy yang faham langsung mengeluarkan alat dari dalam tas ransel milik nya.
"Rakha" seru Ray lagi.
"Baik bos," kata Rakha. Dan langsung mengeluarkan alat dari tas ransel nya juga.
Roy membuka kotak berisi robot pengintai seperti capung. Terdapat empat robot yang dilengkapi kamera pengintai. melalui capung itu tidak ada yang tau kalau mereka sedang di awasi. Roy menghidupkan laptop nya untuk menerbangkan capung capung tersebut. Capung capung itu pun terbang seperti aslinya. Tidak ada yang curiga bahwa itu robot.
Roy dan yang lainnya hanya melihat dari laptop tersebut. mereka jadi tau berapa banyak orang di markas tersebut.
Ram tersenyum melihat capung terbang mengitari markas itu, Ram tau kalau bantuan sudah datang.
"Sekarang kita lumpuhkan dulu yang berjaga di luar markas, mereka berjumlah sekitar 50 orang" Darmendra.
"Rakha, sekarang giliran mu." perintah Ray.
"Siapa bos," jawab Rakha.
Darmendra hanya memperhatikan gerak gerik putra putranya.
"Nanti baru giliran kita," Kata Diva pada Darmendra.
Rakha mengeluarkan lebah tapi bukan lebah sungguhan, melainkan robot yang berbentuk lebah. lebah itu bisa menyengat dan mengandung bius.
Rakha juga mengeluarkan ponsel canggih nya untuk menerbangkan lebah lebah tersebut karena lebah itu sudah terhubung dengan ponsel canggih milik Rakha. Tidak berapa lama, satu persatu orang yang berjaga di luar markas jatuh tak sadarkan diri.
"Sekarang kita mendekat, tetap berhati hati anak anak," Diva.
Mereka mengendap-endap mendekati markas mafia tersebut.
"Hati hati, di dalam masih berjumlah 50 orang lagi, termasuk satu wanita," Roy.
Mata Darmendra membulat sempurna melihat seorang wanita yang berada tidak jauh dari Ram, tentu saja ia sangat mengenal wanita itu.
"Monica?" ucap Darmendra pelan tapi masih didengar oleh si kembar dan Diva.
"Daddy mengenali nya?" tanya Roy.
Darmendra mengangguk perlahan sebagai jawaban.
"Siapa dia,Dad? mengapa dia menculik Ram?"
"Dia orang yang terobsesi dengan Daddy, mungkin karena Daddy selalu menolak jadi dia menculik Ram agar Daddy mengikuti kemauan nya." Darmendra.
"Ternyata benar kecurigaan Robert selama ini, ternyata Monica lebih licik dari yang aku kira, malah dia bergabung dengan para mafia." gumam Darmendra dalam hati.
"Daddy bawa senjata?" tanya Rasya.
"Daddy membawa pistol seperti kalian." jawab Darmendra.
"Tapi pistol kami bukan pistol beneran," Diva.
"Maksudnya pistol mainan?" Darmendra.
"Yap, pistol mainan yang sudah di modifikasi oleh kami, dan peluru nya tidak akan membunuh orang, hanya membuat pingsan saja." Ray.
"Apakah Ram membawa pistol itu?" tanya Darmendra.
"Kami selalu membawanya kemana pun kami pergi, karena bentuknya yang kecil jadi mudah untuk disembunyikan." Raffa.
"Anakku benar benar jenius," batin Darmendra.
"Ini untuk Daddy, kita jangan memakai pistol sungguhan, pistol Daddy simpan aja dulu," ucap Ren, sambil memberikan pistol tersebut.
Bentuknya kecil dan tidak mengeluarkan suara. Sedangkan di dalam markas masih belum menyadari kalau penjagaan diluar sudah dilumpuhkan oleh si kembar.
"Sekarang kita akan masuk, Roy, Rakha kembalikan robot robot kalian ketempat nya semula, kita akan melakukan perlawanan." perintah Ray.
"Siap bos," jawab Roy dan Rakha serentak.
"Sekarang kita bergerak, Daddy." Ray.
Darmendra tidak tersinggung walau di perintah oleh putra nya. walaupun tadi Darmendra sempat meragukan kemampuan si kembar.
Robot robot tadi sudah kembali ke tempatnya semula, sekarang Ray mengeluarkan headset dari dalam tas ransel nya, dan memberikan nya pada Daddy nya. yang lain sudah punya masing-masing satu. Apabila headset itu di hidupkan maka akan memberikan sinyal pada pemakai nya, termasuk Ram juga.
Ram diam diam mengambil headset dari sakunya dan memasang ketelinga nya. jadi dia bisa terhubung dengan saudara saudaranya.
"Sekarang waktunya SEVEN R beraksi," perintah Ray.
"Sekarang kita berpencar, Daddy sama Mommy, Ren sama Rakha, Raffa sama Rasya, dan aku sama Roy," Perintah Ray.
"Sungguh anak anak yang jenius," batin Darmendra. Darmendra hanya bisa berdecak kagum dengan kejeniusan anak anaknya dalam mengatur siasat, seolah olah mereka semua adalah mata mata yang sangat terlatih. tentu saja perintah itu juga di dengar oleh Ram. tapi dia tidak bisa mengeluarkan suara karena takut ada yang curiga.
Mereka berpencar kesegala arah, karena mereka sudah tau dengan posisi musuh, jadi mereka tidak merasa kesulitan.
Ram bangkit dari duduknya dan langsung menyerang orang yang menjaga nya, orang yang menjaga Ram ada 5 orang, sedangkan Monica kini sedang beristirahat didalam kamar markas mafia itu.
Tanpa mengeluarkan suara Ram langsung bersalto menendang orang yang bobot tubuh berkali kali lipat dari dirinya.
Buug, Ram menendang tepat di dada pria itu.
Braak, pria itu terjatuh terpental menabrak meja yang ada disitu, hingga meja itu patah tak berbentuk lagi. Hingga yang lain menoleh dan terkejut melihat teman nya sudah terkapar.
"Kau...." belum sempat pria itu berbicara, Ram bersalto lagi dan mengarahkan kan lututnya tepat di dada pria itu.
Buugh... seketika pria itu muntah darah dan tidak sadarkan diri. masih tersisa empat dari mereka. Ram mengambil pistol dari sakunya dan menembak keempat orang pria tersebut. langsung saja keempat pria jatuh ke lantai dan pingsan.
Di tempat Ray dan Roy, keduanya menyelinap dan menembak musuh yang mereka lihat. Satu persatu musuh tumbang. hanya tinggal satu orang lagi. melihat teman teman nya sudah terkapar, pria itu merasa dirinya terancam. tanpa aba-aba Ray langsung menendang pria itu, pria itu mengelak kemudian Ray memutar tubuhnya dan kembali menendang.
Buugh... tendangan Ray tepat mengenai perut pria itu.
"Ternyata bocah ini tidak bisa dianggap remeh," kata pria itu.
Ray dan Roy tersenyum devil. senyum yang membuat lawan terasa ngeri. padahal keduanya bocah tampan.
Roy dan Ray menyerang secara bersamaan. pria itu sempat kualahan menghadapi bocah monster berwajah tampan dan imut.
"Tunggu," pria itu mengangkat tangan nya kedepan. nafas nya ngos ngosan.
"Kenapa Paman?" tanya Ray mengejek.
"Kalian anak siapa sih? kecil kecil udah pandai bertarung?" tanya pria itu, sempat sempat ia mengajar bocah ngobrol.
"Gimana paman? kita lanjut?" tanya Roy.
"Sabar dulu anak kecil," jawab pria itu. Diam diam pria itu mengambil pistol dari balik pakaian nya, tapi dengan gerakan cepat Roy dan Ray bersalto menendang pria itu dari sisi kiri dan kanan secara bersamaan. Alhasil pistol itu terlempar, sedang kan pria itu masih berada di tempat, dan tersungkur ke lantai tak sadarkan diri.
"Sekarang kita ketempat Ram di sekap." kata Ray.
.
.
.
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil bersama, Dari sisi kemanusiaan toleransi terhadap sesama dan dari sisi ke Genius si Penulis Cerita aku suka banget,Tank you Author 👍👍👍💪💪💪🥇🥇🥇
wellcome😘😘
tapi gakpapa sih
aku se7 tunggu mereka dewasa barulah diberitahu