Lanjutan Cerita Harumi, harap membaca cerita tersebut, agar bisa nyambung dengan cerita berikut.
Mia tak menyangka, jika selama ini, sekertaris CEO yang terkenal dingin dan irit bicara, menaruh hati padanya.
Mia menerima cinta Jaka, sayangnya belum sampai satu bulan menjalani hubungan, Mia harus menghadapi kenyataan pahit.
Akankah keduanya bisa tetap bersama, dan hubungan mereka berakhir dengan bahagia?
Yuk baca ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GeGaNa
Aku update di sini dua hari sekali
maaf yaa ...
Happy reading.
Mia mengembuskan napasnya kasar, sudah kesekian kalinya, rekan-rekannya di kantor pusat mengadukan hal negatif tentang pacar-nya.
"Raisa maksa banget pengen nebeng sama pacar Lo, naj*s banget gue lihat mukanya." Rekan satu divisi sekaligus seniornya mengadu malam-malam sepulang kerja.
"Kebetulan Bu Yuli lagi sibuk, akhirnya gue punya kesempatan buat naik ke lantai atas, kasih laporan soal kinerja staf, sekalian cuci mata lihat laki-nya Unge. Eh nggak sengaja, gue lihat temen Lo lagi senyum malu-malu *njing, sama pacar Lo, pen banget gue Jambak rambutnya." Lala melakukan panggilan video saat jam kerja demi melaporkan hal yang dilihatnya, ekspresi gadis itu bahkan terlihat sangat kesal.
"Tadi gue beli Kopi di bawah, ya biasa lah. Mau minta tolong Mak Jum kelamaan. Akhirnya gue turun dong ke bawah, tau apa yang gue lihat, tuh si ganjen, sok-sokan pegang-pegang tangan pacar Lo. Terus-terus suaranya di imut-imut gitu! Pen banget gue lempar sampai sendal butut." Giliran Monica yang mengadu, ketika tiba jam makan siang.
Tak cukup rekan kerja perempuan yang mengadu, Ringgo, Haris bahkan sampai Leon yang notabenenya manajer pemasaran, sampai ikut bergosip tentang betapa getolnya, Raisa mendekati Jaka.
Belum seminggu dia meninggalkan ibu kota, rasanya sudah sangat kacau. Ingin rasanya Mia langsung mengkonfirmasi langsung pada si perempuan ganjen itu. Tapi dia takut kalau pacarnya akan menganggapnya Childs.
"Mbak Mia kenapa? Kayaknya lagi kusut banget." Singgung Sandi, rekan satu divisinya ditempatnya yang baru.
"Nggak apa-apa, cuma lagi kangen Mama aja." Mia tak mungkin mengaku jika hatinya tengah kebat-kebit gara-gara berita sialan yang membuat mood-nya memburuk.
"Video call lah mbak,"
"Kalau itu mah, setiap kali ada kesempatan saya video call. Tapi tetep aja beda." Iya Mia memang benar-benar kangen pada Kusti dan Gio, tapi yang membuatnya lesu, adalah ketika dia merasa terancam dengan perempuan lain.
"Iya sih, aku juga gitu kadang sama ibu, makanya aku bela-belain pulang ke Malang kalau weekend, buat obat kangen sama ibu dan bapak." Sandi tinggal mess yang disediakan kantor, Mia adalah teman sekamarnya.
"Kamu naik apa kalau pulang ke Malang?"
"Motor lah, mbak!"
"Oh ... Besok pulang juga nggak?"
Sandi menggeleng, "Minggu kemarin aku udah pulang, aku mau kumpulin duit dulu, mungkin Jumat depan baru balik lagi, kenapa emang? Mbak Mia mau ikut?"
"Lihat nanti lah, aku juga harus hemat juga."
Sebuah bel berbunyi, pertanda jika waktu istirahat para staf dan buruh pabrik, tiba. Kantor di sini menjadi satu dengan area pabrik.
"Hari ini menu makan siangnya apa, ya?" Tanya Mia.
"Ada di omongin di grup, coba Mbak Mia buka, deh!" kata gadis berusia dua puluh empat tahun itu.
Mia membuka salah satu grup beranggotakan seluruh staf kantor, dia men-scroll demi melihat menu apa yang disajikan hari ini. "Soto Madura, wah ... Seger nih. Gas lah San, kita ke kantin." Urusan makanan jelas membuat kekasih Jaka itu bersemangat. Masa bodo dengan hatinya yang sedang GeGaNa.
Sebenarnya ada beberapa staf keuangan lainnya, tapi semenjak kedatangannya, dia lebih akrab dengan gadis asli kota Apel itu.
Kantin di sini lebih besar dibandingkan di kantor pusat, karena karyawan di sini lebih banyak. Mia turut mengantri bersama yang lainnya.
"Mbak, Pak Dimas itu gimana orangnya? Galak, nggak?" tanya salah satu staf perempuan dari departemen lain.
"Baik dan ramah." Tak mungkin Mia mengatakan jika dirinya pernah dimaki hanya karena satu tipo.
"Dengar-dengar Pak Fero udah keluar, ya Mbak?" Kali ini dia mendapatkan pertanyaan dari salah satu staf divisi pengembangan produk.
Mia mengangguk seraya mengelap mulut dengan tisu, makanan berkuah terkadang membuat cara makannya sedikit berantakan. "Udah nikah sama Anggita, mantan staf keuangan juga."
"Bukannya di kantor pusat, nggak boleh ada hubungan antar pekerja, kok itu bisa? Terus aku dengar Pak Dimas juga nikah sama Staf Marketing di sana." Timpal supervisor bagian produksi.
Entah mengapa hari ini, mereka banyak melontarkan pertanyaan padanya. Padahal selama seminggu kebelakang, Mia hanya berbincang dengan Sandi.
Mia hanya menaikan bahunya, dia tak mungkin membantah atau mengiyakan, karena dirinya juga melakukan hal sama. Mia menjalin kasih dengan sekertaris CEO.
Kembali di sela-sela makan siang, Mia mendapatkan berondongan pertanyaan mengenai suasana kantor pusat. Termasuk soal Denis, yang sebagian diidolakan oleh para staf di sana.
Sebagai staf yang berkerja lebih lima tahun, Mia tau siapa Denis, yang merupakan keponakan dari CEO. Meski jarang berkunjung ke perusahaan, tapi saat acara kantor Denis akan datang bersama istri dan ibunya.
"Oh ya, kalian ingat nggak sama sekretarisnya Pak Dimas? Itu loh yang wajahnya nggak ada ekspresi sama sekali, kalau disapa cuman liatin doang." Seru salah satu staf personalia.
Lalu mereka saling bersautan, ada yang memuji karena membuat sebagian mereka penasaran, ada juga yang mengatai tentang wajah tanpa ekspresi dari sekertaris CEO itu.
Akhirnya Mia bernapas lega, begitu bisa lepas dari wajah-wajah ingin tau, rekan-rekan barunya. Tepat saat itu ponselnya berdering, terlihat user name 'My Lover bee'. Mia dan Jaka mengganti username saat mereka sedang dalam perjalanan menuju Surabaya seminggu lalu.
"Iya mas ..." Mia duduk di kursi kerjanya, dia menyandarkan ponselnya pada Tumbler miliknya.
"Udah makan belum?"
"Udah dong, pake Soto Madura, enak banget! Pengen nambah tapi nggak enak."
Dari seberang sana terlihat Jaka sedang di ruang istirahat. Pria itu tertawa renyah, "Nambah aja, sayang! Nggak bakal ada yang omelin kamu."
"Aku mesti jaga image, mas! Oh ya kamu tadi makan apaan?"
"Tadi Mbak Bunga datang ke kantor, bawain makanan banyak, katanya titipan dari Bu Dewi. Aku sampai kekenyangan," Jaka mengarahkan ponselnya ke perutnya. "Sayang, aku kangen."
"Aku juga, kangen banget sama kamu." Ingin rasanya Mia menanyakan soal Raisa, tapi mulutnya terlalu malas untuk bertanya. "Mas, weekend besok kamu kemana?"
"Kenapa emang? Apa kamu mau aku samperin kamu, buat obatin kangen?"
Mia menggeleng, "Jangan mas, sayang ongkosnya, mending uangnya ditabung buat modal nikah. Lagian kalau weekend bukannya kamu nemenin Pak Dimas main golf sama klien?"
"Itu bisa diatur, sayang! Pokoknya kalau kamu kangen dan pengen ketemu aku, aku akan datang, secepat yang aku bisa."
Mia melirik pintu kaca, terlihat beberapa staf keuangan pabrik, sedang berjalan ke arah ruangan. "Udah dulu ya mas! temen-temen udah Dateng, bye ... Love you my bee!" Mia mengakhiri panggilan video begitu saja tanpa menunggu jawaban dari seberang sana.
"Mbak Mia ada yang cari nih," seru Sandi yang datang bersama seorang pria. Dan seketika itu mata Mia melebar.
othor jangan lama2 dunk update nya...
semangat ya thor... 💪
sblum nanti kamu d kejar scara ugal²an lg sm pak sekertaris/Grin/
kasiaaaan nasib ari,dia baik ke tmn² unge, tp jd kaya bahan bakar d hubungan mrk.yg sll mnjdikan pasangannya kebakaran jenggot tiap kali melihat mrka jalan sama ari./Facepalm//Facepalm//Facepalm/
tp cuma jg bodoh²in unge²an itu.toh buktinya hidup unge skrng lbh bahagia dpt suami yg lbh kaya dr ari lbh bs memuaskan d ranjang lagi/Facepalm//Facepalm/ (gitukan ya thor awal mulanya hubungan mrka? dr ranjang/Chuckle/)