"Pecahkan saja semua, dan ingat jangan ada yang tersisa."ucap seorang pria bertubuh tinggi tegap dengan paras sempurna itu.
"Tidak tuan tolong jangan pecahkan semua ini saya mohon... saya minta maaf atas apa yang terjadi saya janji akan bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan oleh adik saya."
"Siapa anda berani-beraninya menindas orang kecil seperti dia, berapa hutang ibu ini hingga anda melakukan hal kejam seperti ini?"ucap seorang gadis yang baru saja tiba di toko perabotan langganannya.
Namun tidak ada jawaban sedikit pun dari pria yang kini tengah duduk dengan angkuhnya dikelilingi para bodyguard sambil menyaksikan anak buahnya yang tengah menghancurkan perabotan tersebut.
"Jawab aku berharap hutang nya hingga kalian semua menghancurkan semuanya ini!"ucapnya lagi kali ini dia berucap dengan nada tinggi.
Seketika suasana menjadi hening saat pria yang sedari tadi duduk dengan angkuhnya itu berdiri dan menghampiri gadis yang kini tengah menatap kesal pada mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Erdogan terus menguatkan istrinya itu hingga Orla kembali seperti sediakala, dan kini semua terlihat baik-baik saja.
Setelah itu mereka pun memutuskan untuk bergabung bersama keluarga besar mereka saat ini.
Mereka memang tidak memiliki hubungan darah tapi mereka sudah seperti saudara kandung.
Arthur dan Erdogan di pertemukan di suatu keadaan yang cukup menegangkan, saat keduanya hampir dihabisi oleh musuh kedua pria tampan itu.
Erdogan yang juga berniat membalaskan kematian kedua orang tuanya, tapi dia kalah jumlah karena dia melakukan hal itu sendirian, meskipun penyerangan itu berbarengan dengan penyerangan yang dilakukan oleh Arthur.
Dan disaat yang bersamaan mereka terdesak karena keduanya dikepung oleh drone dan lawan yang mereka serang.
Erdogan yang sudah dipenuhi luka-luka itu berusaha untuk melindungi Arthur dari serangan drone yang mengitari mereka dengan membuat semua drone itu meledak di atas sana dengan alat yang masih tersisa di sakunya.
Erdogan pun akhirnya berhasil melakukan hal itu tapi dia langsung tidak sadarkan diri saat sebuah belati menembus dadanya.
Bertepatan dengan itu bantuan pun datang dan Arthur membawa Erdogan bersamanya menuju kediaman nya.
Sejak hari itu mereka pun akhirnya memutuskan untuk bekerja sama, dengan Erdogan yang merupakan ahli di bidang teknologi canggih yang merupakan bakat turunan dari sang mommy.
Kini semua tengah berkumpul membahas tentang penyerangan yang tadi siang dilakukan oleh Irena dan pria nya itu.
"Aku rasa kamu harus segera menunjukkan apa yang kamu simpan selain samurai ini."ucap Arthur.
"Baiklah sekarang juga antar aku ke pemakaman nenek ku."ucap Azura yang kini terlihat gelisah itu.
Azura berharap semua orang bisa memahami kenapa Azura menyembunyikan hal itu dari mereka semua karena itu benar-benar membuat dirinya takut akan terjadi sesuatu pada dirinya dan sang nenek yang akhirnya meninggal dunia juga.
Bersamaan dengan itu Azura memasukkan sebuah kotak pusaka yang pria tua itu tinggalkan sebelum kematiannya itu.
Dia berpesan agar benda itu tidak jatuh ke tangan orang yang salah, dan sekarang dia tau apa arti pesan tersebut. Karena pesan terakhir pria itu adalah jaga kotak itu sampai saat seseorang membawa bukti bahwa dia berhak atas benda itu meskipun dia tidak memaksa Azura untuk menyerahkan nya.
Sesampainya di samping makam sang nenek, Azura langsung bersimpuh dan air mata nya mengalir deras, wanita itu tidak kuat menahan kepedihan saat mengingat wanita yang sudah seperti ibu sekaligus nenek baginya itu.
Arthur pun membawa istrinya kedalam dekapannya karena dia tidak bisa melihat istrinya bersedih, dia tau rasa sakit atas kehilangan itu. Bahkan sampai saat ini rasa sakit atas kepergian sang mommy masih membekas di hati nya.
Azura pun meminta anak buah Arthur untuk segera menggali makam tersebut dengan lirih.
"Sekarang kalian bisa menggalinya."lirih Azura.
Mereka pun mulai menggali, sementara sebagian lainnya berjaga-jaga di setiap sudut dengan para sniper terbaik yang kini menjaga mereka dari kejauhan.
Tidak ada pergerakan apapun sejauh ini namun mereka tetap waspada, hingga mereka selesai menggali lubang yang memperlihatkan tulang belulang manusia karena peti mati itu sudah dimakan rayap.
Tapi ada sebuah kotak berukuran cukup besar, dalam plastik yang mungkin benda yang dimaksud oleh Azura.
Orang yang mengambil itu adalah Arthur karena istrinya tidak kuat menahan tangisnya saat melihat tulang belulang sang nenek tersayang.
Setelah kotak itu Arthur bawa bersama dengan sang istri, langkahnya kembali dihadang oleh segerombolan ninja yang terlihat lebih baik dari segi ilmu bela diri.
Azura pun hendak mengatasi mereka, tapi tiba-tiba mereka roboh satu persatu di tanah karena para sniper itu menggunakan peluru khusus yang telah diolesi dengan racun yang mematikan.
Azura pun bernapas lega setidaknya dia tidak perlu bersusah payah untuk melawan mereka karena tenaga nya sudah di kuras oleh penyerangan yang dilakukan oleh pihak musuh tadi siang.
Semua orang bisa kembali dengan tenang kembali ke kediaman tuan Gael yang benar-benar dijaga oleh para anak buah Arthur.
"Aku akan membuka benda pusaka itu mohon jangan sampai ada yang mengedipkan mata meskipun hanya sedetik saja, karena benda ini bisa lenyap hanya dalam sedetik saja."ucap Azura yang akhirnya dengan berat membuka kotak itu.
Seketika cahaya menyilaukan mata itu keluar dari dalam kotak dan semua orang tidak mampu menahan kesilauan tersebut kecuali Azura sendirian.
"Buka mata kalian semua jangan sampai benda ini hilang!"teriak Azura yang kini tengah menahan energi yang dipancarkan oleh cahaya itu.
Hingga cahaya itu menghilang terserap oleh energi positif dari tubuh Azura, kini tampak lah sebuah benda berbentuk bintang di tengahnya terdapat sebuah batu permata.
Azura tidak tau apa gunanya benda itu, hingga saat dia mengambil benda itu dan menekan batu pertama itu, tiba-tiba muncul sebuah cahaya yang memantul dari beda tersebut dan memperlihatkan wajah seseorang yang mungkin dimaksud oleh orang tersebut dengan nama Nei Hiro.
"Jelas bukan manusia laknat itu, sekarang kita apakan bendera ini sepertinya ini bukan barang biasa, coba lihat buku ini.
"Seperti buku panduan ilmu bela diri."ucap Austin.
"Itu milikku yang diberikan bersama dengan samurai ku."ucap Azura.
"Kau bisa bahasa jepang?"tanya Erdogan.
"Tidak tapi aku masih bisa mengerti dengan semua tulisan ini."ucap Azura yang membuat mereka membulatkan matanya.
"Bagaimana caranya?"tanya Arthur.
"Tinggal lihat di internet, begitu saja ribet."ucap Azura yang membuat mereka semua tepok jidat.
Rumput liar memang sungguh ajaib, bahkan dia tidak pernah ambil pusing akan semua yang terjadi. Baginya hidup atau mati semua sudah takdir tuhan dan dia percaya bahwa dia ditakdirkan hidup seperti saat ini karena dia mampu melewati itu.
Azura pun meminta Arthur untuk menyimpan benda itu di tempat yang sangat aman sebelum para gerombolan kecoa itu datang.
Yang dimaksud kecoa oleh Azura adalah Irena yang menurutnya sangat menjijikan itu.
Bagaimana tidak wanita itu bahkan tidak pernah puas dengan satu laki-laki setiap kali ia bercinta, sementara dia saja yang memiliki satu laki-laki dalam hidupnya sudah sangat kewalahan meladeni nya apalagi ini banyak dan bukan laki-laki loyo seperti yang ada di luar sana karena anak buahnya itu memiliki tubuh tinggi dan kekar sehingga tidak mungkin memiliki stamina yang lemah.
Sementara Arthur yang mendengar ocehan istrinya itu malah membawa istrinya kedalam dekapannya.
Dia semakin menyayangi dan mencintai rumput liar nya itu dengan segenap jiwa dan raga.
"Honey kita akan pulang sebentar lagi apa kamu sudah siap honey?"ucap Arthur .
"Ah rasanya aku ingin keliling dunia terlebih dahulu sebelum aku kembali ke penjara cinta mu itu."ucap Azura yang akhirnya bangkit berdiri dan berjalan melewati sofa yang tuan Gael duduk sambil berkata.
"Kenapa daddy biarkan gembala mesum ku tinggal dengan cecunguk Edison itu, kenapa tidak daddy saja yang rawat agar hidup nya tidak merepotkan para kerbau gembala nya."ucap Azura yang membuat semua orang menatap kearahnya karena merasa bahwa pertanyaan itu terlalu dramatis.
"Karena ibu mertua mu tidak memiliki pilihan lain kecuali dia."ucap Arthur.
"Sungguh keterlaluan seperti aku yang tidak bisa memilih dengan siapa aku menikah, dan pria yang aku nikahi bahkan tidak pernah memberikan ku pesta pernikahan selain nikah paksa."ucap Azura yang membuat semua orang tergelak saat itu juga.
"Sudah jangan mengeluh tunggu beberapa hari lagi pernikahan kita bahkan akan sangat meriah."ucap Arthur.
...🍁🍁🍁🍁🍁...
Satu minggu sejak kepulangan Arthur dan keluarga nya itu ke pulau pribadi miliknya, sejak saat itu pula Erdogan tinggal bersama dengan Orla menjalani biduk rumah tangga meskipun tidak pernah tidur bersama.
Alasannya karena Erdogan belum bisa memberikan nafkah batin terhadap istrinya itu, entah apa yang terjadi tapi Orla tidak protes dengan itu karena dia sudah sangat bersyukur Erdogan memberikan dirinya tempat tinggal yang aman dan nyaman dan tidak lupa perhatian yang diberikan oleh pria yang super sibuk itu.
Erdogan memenuhi seluruh kebutuhan istrinya, kecuali tidur bersama yang mungkin akan menjadi impian bagi Orla mengingat gadis itu sudah mengetahui detail fisik suaminya yang sangat sempurna itu, karena Orla selalu membantu Erdogan untuk berpakaian selain mengurus kebutuhan suaminya itu.
Orla mungkin gadis belia tapi dia sudah banyak belajar dari lingkungan sekitar termasuk Azura dan juga mendiang ibu tercinta.
Azura pun terus memberitahu bahwa ia perlu belajar cara untuk mengatasi suami yang dingin seperti Erdogan, tapi Orla tidak kunjung melakukan hal itu karena dia terlalu malu jika harus menggoda suaminya itu.
Sampai saat Orla tidak sengaja terjatuh di lantai kamar mandi dalam keadaan tanpa busana, Orla yang berteriak minta tolong saat itu didengar oleh Erdogan yang juga sudah bangkit dari ranjang dan hendak pergi ke kamar mandi.
Erdogan langsung terkesiap dan gegas berlari menuju kamar Orla yang ada di samping kamarnya yang dulu merupakan ruang kerja milik Erdogan.
Sesampainya di sana dia melihat pintu kamar mandi itu sedikit terbuka dan dia masuk kedalam mendapati Orla yang sedang menangis karena rasa sakit di bagian kaki dan pinggang nya yang membentur bathtub-e.
"Orla."ucap nya lirih.
"Yank sakit hiks."ucap Orla.
Erdogan langsung menggendong Orla menuju bathtub-e yang masih berisi air sabun, dia langsung mengeringkan bathtub-e tersebut, lalu membilas tubuh Orla dengan telaten hingga busa di kepala dan seluruh tubuhnya bersih baru dia mengangkat tubuh ramping yang tidak menggunakan sehelai benang pun.
Erdogan tidak terlihat panik ataupun khawatir, dia tetap terdiam sambil bergerak kesana kemari membantu istrinya mengeringkan rambut dan tubuhnya itu, kemudian mengambil baju dan memakaikannya dengan sangat rapi.
"Berbaring lah aku akan periksa bagian mana yang sakit."ucap nya lembut.
"Yank, aku belum menyiapkan semua kebutuhan mu."ucap Orla.
"Ada banyak pelayan yang akan melakukan hal itu saat kau sakit jadi jangan protes lagi."ucap Erdogan yang kemudian bergegas pergi menuju ke luar kamar dan entah apa yang dia lakukan tidak lama dia kembali dengan kotak obat di tangannya.
"Yank kaki ku sakit dan juga pinggang ku, jika aku lumpuh bagaimana apa kau tidak akan menceraikan aku dan membuang ku dijalanan?"ucap Orla yang akhirnya mendapatkan sentilan di jidatnya yang dilakukan oleh pria yang kini tengah menatap kearahnya.
"Ah sakit, Yank kamu tega nyakitin istri mu yang sedang sakit oh ya ampun entah apa dosa ku dimasa lalu."ucap Orla yang kembali cerewet meskipun tidak membuat suaminya itu sakit telinga karena gadis itu hanya menggerutu tidak berteriak.
"Berbalik aku akan mengobati pinggang mu yang sakit."ucap Erdogan.
"Aku tidak bisa bergerak lalu bagaimana aku bisa berbalik."ucap Orla.
Erdogan langsung membalikkan tubuh istrinya itu meskipun sedikit kasar karena pria itu tidak pernah memiliki kekasih sejak kejadian mengeringkan itu karena tidak ingin membuat pasangannya terjebak dalam penderitaan bersamanya.
Erdogan bahkan mengobati memar itu dengan sedikit pijatan lembut yang masih sangat terasa kasar bagi Orla yang kini menjerit dan terus berteriak kesakitan saat suaminya memijat luka memarnya itu sebelum dia memasang plester penghilang nyeri di bagian pinggang dan pergelangan kaki Orla.
"Jangan kemana-mana biarkan mereka mengantar sarapan pagi ke kamar ini, ingat jangan membantah atau kamu akan tahu akibatnya."ucap Erdogan yang akhirnya pergi membawa kotak obat itu ditangan nya.
"Yank maaf merepotkan mu."ucap Orla lirih meskipun masih bisa didengar oleh Erdogan yang berbalik dan berkata.
"Cepat sembuh agar kamu tidak kesepian disini."ucap Erdogan.
"Hmm..."lirih Orla.
Pria itu lupa untuk memberikan kecupan sebelum pergi seperti saat Orla mengantar dia yang akan berangkat kerja.
Tapi kemudian gadis itu kembali memejamkan matanya karena rasanya masih sangat ngilu.
Hingga tiga puluh menit kemudian dia kembali membuka mata saat mendengar langkah kaki yang ternyata suaminya yang sudah siap untuk berangkat bekerja itu.
"Kenapa tidak dimakan sarapan pagi nya?"tanya Erdogan sambil menatap lekat wajah cantik yang sedang menatap nya.
"Aku tidak tahu bahwa mereka sudah mengirimkan sarapan, aku juga bingung caranya bergerak kesana. Bukankah sayang bilang bahwa aku tidak boleh bergerak."ucap Orla.
"Hmm... baik lah sekarang duduk pelan-pelan dan bersandar di sini."ucap Erdogan yang juga membantu istrinya untuk bersandar di bantal yang ia tumpuk untuknya kemudian dia meraih nampan diatas meja berisi pancake dengan saus coklat dan taburan potongan strawberry yang terlihat cantik seperti yang selama ini selalu Orla inginkan.
Orla tidak tahu jika yang buat sarapan pagi untuk Orla adalah pria tampan yang kini ada di hadapannya.
"Buka mulut mu."pinta Erdogan.
Orla pun menurut dengan raut wajah yang terlihat malu-malu dia pun menerima suapan dari Erdogan.
"Eum... rasanya istimewa sayang ini siapa yang buat?"tanya Erdogan.
"Tidak perlu tau, sekarang kamu nikmatilah."ucap Erdogan.
"Hmm... thank you sayang."ucap Orla lembut.
"Apa kau tidak ingin melanjutkan kuliah?"tanya Erdogan.
"Tentu saja ingin, tapi aku takut."ucap Orla yang kini menundukkan pandangannya.
"Tidak ada yang akan berani menyakiti mu."ucap Erdogan tegas.
"Aku serahkan semua pada mu yank."ucap Orla.