Erlangga Putra Prasetyo, seorang pemuda tampan dengan sejuta pesona. Wanita mana yang tidak jatuh cinta pada ketampanan dan budi pekertinya yang luhur. Namun di antara beberapa wanita yang dekat dengannya, hanya satu wanita yang dapat menggetarkan hatinya.
Rifka Zakiya Abraham, seorang perempuan yang cantik dengan ciri khas bulu matanya yang lentik serta senyumnya yang manja. Namun sayang senyum itu sangat sulit untuk dinikmati bagi orang yang baru bertemu dengannya.
Aira Fadilah, seorang gadis desa yang manis dan menawan. Ia merupakan teman kecil Erlangga. Ia diam-diam menyimpan rasa kepada Erlangga.
Qonita Andini, gadis ini disinyalir akan menjadi pendamping hidup Erlangga.Mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya.
Siapakah yang akan menjadi tambatan hati Erlangga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konspirasi
Malam harinya
Berita yang terlanjur tersebar tidak bisa dihapus kecuali ada klarifikasi dari salah satu pihak yang bersangkutan.
Saat ini Erlangga pun sudah membaca berita tersebut di media elektronik. Ia sangat terkejut mengetahuinya. Bagaimana tidak, salah satu sosial medianya dibanjiri dengan ucapan selamat atas pertunangannya. Erlangga yang saat ini tengah berada di dalam kamarnya langsung keluar mencari sang Papa. Ia mengetuk pintu kamar kedua orang tuanya.
Pras dan Winda sedang bermusyawarah. Pras tahu sebentar lagi putranya pasti akan mengetahui tentang berita itu.
Winda membuka pintu kamarnya.
"Bunda, maaf mengganggu. Er perlu dengan Papa."
"Papa sudah menunggumu, Bang. Masuklah!"
"Pa, kenapa bisa jadi begini?"
"Bang, dengarkan dulu!"
Pras menjelaskan semuanya kepada Erlangga. Pras juga meminta maaf kepada, Erlangga karena tanpa izin Erlangga ia berencana untuk menjodohkan Erlangga, dengan Qonita. Namun ia tidak tahu jika Pak Dion akan bertindak sejauh ini.
"Pa, bilang sama Om Dion. Dia harus klarifikasi. Berita ini tidak mungkin bisa ditake down. Satu-satunya cara harus klarifikasi."
"Iya, Bang. Kamu tenang saja. Papa sudah membereskannya. Meski sebenarnya nantinya tidak baik untukmu yang baru memulai karir."
"Er nggak nyangka kalau Om Dion melakukan semua ini. Er tidak suka Pa. Ini sama saja dengan pencitraan. Kalau awak media tahu ini hanya rekayasanya, dia sendiri yang akan malu."
Pras memberi kode kepada istrinya agar bisa menenangkan putranya.
"Bang, sabar ya. Ini ujian di awal karirmu. Ini hanya ujian kecil, nak. Percaya sama Bunda, semua pasti akan berlalu."
Erlangga hanya bisa memeluk sang Bunda. Winda pun mengusap punggung putranya. Winda tahu bagaimana cara menghadapi putranya. Ia tidak boleh terlalu emosi, karena riwayat masa kecilnya busa saja terulang kembali. Winda selalu berusaha membantu putranya untuk mengontrol emosinya.Kalau sudah begini, Pras tidak bisa berbuat apa-apa. Ia harus mengalah dari putranya.
Keesokan harinya.
Berita semakin menyebar. Bahkan Nenek Erlangga dan Aira pun tahu. Karena sejak Aira memiliki handphone canggih dari Erlangga, ia mulai aktif di sosial media. Meski itu hanya sebagai hiburan saja. Namun kali ini ia benar-benar menemukan berita yang sangat mengejutkan. Tak ayal Aira langsung memberitahu kepada Nenek Erlangga saat ia baru selesai shalat Shubuh.
"Cantik ya, Mbah?"
"Masih manis kamu, Nduk."
Aira tersenyum getir.
"Tapi mereka cocok lho, Mbah. Sama-sama berpendidikan dan dari keluarga terpandang."
"Mbah kecewa, Nduk. "
"Kenapa Mbah?"
"Kok Er ndak ngasih tahu Mbah ya? Apa dia pikir ini tidak penting bagi Mbah?"
"Mbah, mungkin Mas Er belum sempat ngasih tahu. Mbah jangan berpikiran macam-macam dulu."
"Huh... Mbah itu pinginnya Er sama kamu, Nduk. "
Aira mengulum senyumnya. Meski keinginannya sama dengan keinginan Nenek Erlangga, namun mereka bisa apa.
Aira meraba dadanya yang sedikit sesak.
"Aku tahu ini bakal terjadi, Mas." Batinnya.
Nenek tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya langsung kepada Erlangga. Ia pun segera menelpon Erlangga. Namun ternyata nomor Erlangga sedang tidak aktif.
-
Sementara di rumah Qonita. Ia sedang memikirkan dirinya. Sebelumnya ia sangat senang karena berharap isu tersebut akan lebih mendekatkannya dengan Erlangga. Namun ternyata semua itu berbanding terbalik.
"Apa kurangnya aku, Er? Kamu tega sekali melukaiku. Bertahun-tahun aku mengharapkanmu. Tapi ternyata semua ini sia-sia. Memang cara Om Dion salah, tapi tidak kah kamu mau memakluminya. Ini hal yang sangat memalukan bagiku hiks hiks... " Qonita meratapi dirinya.
"Aku harus menghubungi Erlangga dan meminta bantuan padanya. Aku yakin dia mau membantuku."
Qonita segera menghubungi Erlangga. Namun nomornya tidak aktif. Qonita segera pergi ke rumah Om Dion. Ia mengajak Om Dion untuk pergi ke rumah Erlangga. Mungkin Erlangga mau merubah keputusannya setelah mereka menemuinya.
Pagi-pagi sekali mereka berangkat ke rumah Pras berharap Erlangga akan membantu dan mengiyakan isu tersebut.
Sesampainya di sana, keluarga Pras masih menerima mereka dengan baik.
"Bagaimana Pak Dion? Apa kamu sudah siap untuk klarifikasi hati ini?"
"Maaf Pak Pras, apa tidak bisa dipertimbangkan lagi? Biarkan saja isu ini dimakan publik, lambat kau pasti isinya akan hilang sendiri."
"Tidak bisa!" Tiba-tiba Erlangga menyahut dari tangga.
"Erlangga.... maafkan Om. Om ceroboh dalam hal ini. Tapi ini sudah terlanjur. Tidak bisakah kamu mengiyakan saja untuk sementara waktu."
"Maaf Om, saya tidak suka rekayasa."
"Kenapa harus rekayasa? Kita bisa kok mewujudkannya dengan mudah, Er."
"Maksud, Om?"
"Kamu dan Qonita bisa tunangan sungguhan, kan? Kalian sama-sama single, nggak ada penghalang. Bukan begitu, Pak Pras?"
Pras hanya bisa terpaku mendengar penawaran Pak Dion. Meski ua sebagai orang tua Erlangga, namun dalam hal ini Erlangga yang berhak mengambil keputusan.
"Er minta maaf, Om. Qonita gadis yang baik. Tapi Er tidak bisa bertunangan dengannya tanpa rasa cinta. Kalau Om tidak bisa ambil tindakan, biar saya yang akan klarifikasi hari ini juga."
Deg
Hati Qonita rasanya seperti tertindih batu besar. Ia tidak menyangka Erlangga terang-terangan menolaknya.
"Apa tidak ada cara lain, Er?" Mohon Pak Dion.
"Ada alibi."
"Apa itu?"
"Saya bisa mengklarifikasi bahwa yang bertunangan dengan Qonita bukan saya, tapi asisten saya yaitu Kendra. Karena di berita nama Kendra juga ikut terbawa."
Setelah melalui musyawarah yang begitu alot. Qonita pun menolak alibi tersebut. Namun pada akhirnya mereka setuju. Erlangga pun memanggil Kendra untuk datang ke rumahnya. Ia menjelaskan persoalannya kepada Kendra. Awalnya Kendra terkejut karena ia merasa menjadi tumbal dalam hal ini. Namun ia pikir tidak ada buruknya berita tersebut baginya. Apa lagi ia sudah tidak memiliki kekasih. Bahkan dalam hatinya ia berharap isu tersebut akan menjadi kenyataan.
"Baiklah saya setuju." Jawab Kendra dengan lantang.
"Ruben, undang awak media ke kantor hari ini juga. Kita akan melakukan klarifikasi bersama."
"Siap, Pak."
Pak Dion pun mengajak Qonita pulang. Di sepanjang perjalanan Qonita hanya bisa menahan air matanya. Ia sangat kecewa kepada semua ini.
"Percuma selama ini aku merubah diri kalau kamu tidak menginginkanku, Er. Sebenarnya wanita seperti apa yang kamu mau?" Batinnya.
Erlangga menyalakan handphone nya yang ia matikan dari tadi malam. Ia melihat banyak notif yang masuk. Termasuk telpon dari sang Nenek. Erlangga pun tak membuang waktu. Ia langsung menghubungi Neneknya karena takut terjadi sesuatu.
Erlangga tidak menyangka jika Neneknya pun mendengar berita tersebut. Ia menjelaskan bahwa itu hanya isu saja dan akan segera diklarifikasi.
"Nenek kira kamu beneran tunangan, Er. Nenek senang tapi nenek kecewa karena kamu ndak ngomong dulu sama nenek."
"Kalau Er mau tunangan, pasti nenek yang akan Er kabari lebih dulu. Nenek jangan pikirkan yang macam-macam, Do'a kan saja Er baik-baik saja."
"Iya, Er."
Erlangga dapat bernafas lega karena masalahnya akan terselesaikan.
Bersambung....
...****************...
lanjut
semangat untuk up date nya
semoga bahagia terus Erlangga dan Rifka