NovelToon NovelToon
Melepaskan Diri Dari Jiwa Manusia Serigala

Melepaskan Diri Dari Jiwa Manusia Serigala

Status: sedang berlangsung
Genre:Manusia Serigala / Cinta Beda Dunia / Dunia Lain / TKP
Popularitas:834
Nilai: 5
Nama Author: husna_az

"Aku akan melakukan apa pun agar bisa kembali menjadi manusia normal."

Niat ingin mencari hiburan justru berakhir bencana bagi Vartan. Seekor serigala menggigit pergelangan tangannya hingga menembus nadi dan menjadikannya manusia serigala. Setiap bulan purnama dia harus berusaha keras mengendalikan dirinya agar tidak lepas kendali dan memangsa manusia. Belum lagi persaingan kubu serigalanya dengan serigala merah, membuat Vartan semakin terombang-ambing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

"Ma, tenang dulu jangan emosi. Mama harus ingat dengan kesehatan Mama," ujar Papa Prayoga sambil mengusap lengan sang istri.

"Bagaimana Mama tidak marah, Pa. Lihat anakmu! Semalaman kedua orang tuanya mengkhawatirkan keadaannya, tidak bisa dihubungi. Sekarang dia datang dengan begitu tenang. Dia masuk ke dalam rumah seperti tidak terjadi apa-apa. Apa dia tidak memikirkan Mama!"

"Vartan belum menjelaskan apa yang terjadi. Mama tanya baik-baik dulu, biar dia menjelaskan, barulah Mama boleh marah atau melakukan apa pun padanya. Kalau perlu nanti Papa ambilkan balok biar bisa dibuat untuk memukul dia," ujar Papa Prayoga yang sengaja ingin membuat anaknya takut.

Vartan tang mendengar pun terkejut dan berkata, "Papa kenapa sih malah jadi kompor. Seharusnya Papa itu menenangkan Mama, bukan malah mendukungnya berbuat kasar."

"Salah kamu sendiri kenapa semalaman tidak ada kabar? Dihubungi ponselnya juga tidak aktif. Sekarang pulang dengan begitu santai."

"Sudah-sudah, kenapa malah berdebat. Sekarang kamu jelaskan dari mana saja kamu semalam? Kamu pergi sama siapa saja?" tanya Mama Minarti sambil menatap tajam ke arah putranya.

Pemuda itu pun kembali duduk di sofa di depan kedua orang tuanya. Vartan berpikir sejenak, memikirkan alasan apa yang kiranya bisa diterima oleh kedua orang tuanya tanpa menimbulkan kecurigaan. Kenapa juga dirinya lupa untuk mengarang alasan sebelum sampai di rumah.

"Kenapa diam saja? Cepat jawab, kamu semalam dari mana? Jangan banyak beralasan. Mama tahu saat kamu sedang berbohong dan tidak."

"Em ... semalam Kak Mahesa sakit. Di rumahnya tidak ada siapa pun yang menjaganya jadi aku terpaksa menunggu sampai keadaannya membaik. Aku sampai tidak sadar kalau ketiduran. Ponselku juga kehabisan baterai, di rumah Kak Mahesa tidak ada carger yang cocok dengan ponsrlku. Mau pakai ponselnya Kak Mahesa, aku juga nggak hafal nomor Mama dan Papa," jawab Vartan beralasan.

"Alasan. Mama tahu kalau kamu bohong. Kenapa dia minta tolong sama kamu yang hanya seorang anak SMA? Mahesa juga pasti punya banyak teman, kenapa tidak meminta teman yang lain saja."

Vartan mulai jengah juga harus menjelaskan panjang lebar pada mamanya. Itu artinya dia juga harus mencari alasan yang dibuat-buat.

"Ma, Kak Mahesa semalam antara sadar dan tidak, mana mungkin dia bisa memilih ingin dijaga siapa. Saat itu bertepatan aku yang datang ke sana. Lagian Kak Mahesa juga nggak meminta aku untuk tetap tinggal. Aku yang kasihan sama dia. Mama 'kan selalu mengajarkanku untuk baik pada orang yang kita kenal. Selama ini Kak Mahesa juga baik padaku, masa aku tega meninggalkan dia sendirian di rumahnya." Vartan berharap mamanya percaya padanya.

"Kalau begitu sekarang kamu hubungi Mahesa. Mama mau bicara dengan dia. Awas saja kalau kamu bohong."

Vartan menelan ludahnya kasar. Mamanya ini sepertinya tidak akan menyerah sebelum mendapatkan jawaban yang pasti. Namun, dia sudah sampai seperti ini, tidak mungkin yang mencari alasan lain. Semoga saja Mahesa mengerti dan mau membantunya.

"Cepat hubungi Mahesa! Kenapa malah diam?"

"Iya, Ma. Ini juga lagi cari ponselku kok! Sebentar, aku cari carger-nya dulu," ucap Vartan beralasan dan ingin beranjak dari sana.

"Sini HP kamu dulu! Carger-nya di sini saja. Mama tidak mau kamu melakukan sesuatu di belakang Mama."

Vartan membuang napas lelah. Pemuda itu pun mengangguk dan pergi ke kamarnya untuk mengambil charge miliknya. Mama Minarti sendiri jadi terpaksa melakukan ini. Dia tidak ingin anaknya salah pergaulan. Wanita itu takut Vartan berbohong, khawatir jika semalam putranya melakukan hal yang sangat dirinya takutkan, salah bergaul dengan para preman dan orang-orang tidak jelas dan melakukan hal yang merusak masa depannya.

"Oni carger-nya, Ma," ucap Vartan sambil menyerahkan charge miliknya.

Mama Minarti pun menyambungkannya ke aliran listrik. "Biar Mama saja yang telepon dia, sambil mencharger juga tidak masalah. Kelamaan kalau nunggu terisi."

Wanita itu pun menghubungi nomor dengan nama Mahesa. Untungnya pria yang dimaksud masih berada di rumah. Dia sedang bersiap untuk pergi ke tempat kerjanya.

"Ada apa pagi-pagi sudah telepon?" tanya Mahesa dengan datar. Namun, dia terkejut mendengar sahutan dari seberang yang ternyata bukan Vartan.

"Ini Tante, Mahesa. Maaf jika menghubungimu pakai ponselnya Vartan."

"Eh! Iya, Tante, tidak apa-apa. Maaf saya kira tadi Vartan, jadi saya nggak sopan."

"Nggak apa-apa, kamu bagaimana keadaannya? Kata Vartan semalam kamu sakit?" tanya Mama Minarti.

Mahesa pun mengerutkan keningnya dengan heran. Keadaan dirinya baik-baik saja, bahkan sekarang pun dia akan pergi bekerja, bagaimana bisa Vartan mengatakan pada mamanya jika dirinya sakit?

"Em ... sekarang sudah lebih baik kok, Tan," jawab Mahesa dengan ragu. Dia tahu Vartan mengatakan itu juga pasti ada alasannya.

"Oh begitu, jadi semalam Vartan benar-benar menginap di sana?"

"Iya, Tan."

Mahesa kini mengerti mungkin kedua orang tua Vartan khawatir karena semalam saat bulan purnama anaknya tidak pulang. Dirinya sendiri juga tidak pulang, apalagi Vartan yang penguasaan dirinya masih begitu lemah.

"Syukurlah kalau begitu karena Tante semalaman khawatir. Dia tidak menghubungi Tante. Ponselnya ditelepon juga nggak aktif, Tante nggak tahu kalau dia menginap di rumahmu."

"Iya, Tante, saya mengerti. Saya yang seharusnya minta maaf karena merepotkan keluarga Tante."

"Tidak apa-apa, justru Tante senang jika Vartan peduli dengan temannya. Tante akan kirim nomor Tante ke nomor kamu, nanti kamu simpan ya! Siapa tahu Vartan akan menginap lagi di rumahmu jadi dia bisa mengirim pesan pada Tante, khawatir kejadian seperti ini akan terulang lagi. Tante dan om semalaman berkeliling mencari dia, tidak tahunya di rumah kamu."

"Iya, Tan. Sekali lagi saya minta maaf. Saya jadi nggak enak sudah membuat Tante dan Om repot."

"Nggak apa-apa, ya sudah kalau begitu kamu jangan lupa minum obatnya, biar cepat sembuh."

"Iya, Tan, terima kasih."

Mahesa menutup sambungan telepon. Dia menerawang ke depan, sungguh sangat beruntung sekali Vartan memiliki keluarga yang begitu perhatian padanya. Tidak seperti dirinya yang hanya seorang yatim piatu. Dirinya tidak pulang berhari-hari pun tidak akan ada yang khawatir kepadanya.

Mama Minarti mengembalikan ponsel Vartan pada pemiliknya. "Ya sudah, sana kamu cepat mandi! Pagi ini kamu ada kelas 'kan?"

"Iya, Ma. Maaf sudah membuat Papa dan Mama khawatir. Aku juga nggak berniat seperti itu," ujar Vartan dengan perasaan bersalah.

"Iya, Mama mengerti. Lain kali jangan seperti ini lagi. Kalau kamu memang tidak bisa menghubungi Mama, kirim pesan ke media sosial Mama. Kamu juga tahu aku Mama 'kan?"

"Iya, Ma. Maaf aku tidak berpikir ke arah sana," sahut Vartan sambil menundukkan kepala.

Sungguh dia sangat merasa bersalah karena sudah melakukan kebohongan pada kedua orang tuanya. Padahal selama ini mereka selalu mewanti-wanti agar dirinya tidak berbohong. Satu kali dirinya melakukan kebohongan pasti akan mengundang kebohongan yang lain.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!