Selamat datang di novel kedua author!!
Terimakasih sudah mampir dan baca di sini❤
Seperti biasa author bikin novel dengan minim konflik karena novel author adalah hasil kehaluan author yang direalisasikan dalam bentuk kisah sempurna tanpa cela sedikitpun😆
Happy reading love!
BRIANNA STANFORD, wanita cantik pemilik mata heterochromia dijadikan jaminan oleh kakaknya tanpa sepengetahuannya. Kakaknya meminta suntikan dana kepada pengusaha muda multinasional ALLARD LEONARDO SMIRNOV dengan alasan untuk membangun kembali perusahaannya yang hampir colaps. Bagaimana nasib Brianna ditangan Allard? Akankah cinta tumbuh diantara keduanya? Sedangkan Brianna sudah mengikrarkan bahwa dirinya tidak akan pernah menikah.
Simak terus ceritanya❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Allard berjalan dengan langkah lebarnya. Perasaannya benar-benar tak karuan saat ia mendapatkan kabar bahwa Brianna jatuh pingsan. Allard mulai memasuki ruang IGD dan membuka satu per satu tirai yang menjadi pembatas antar pasien.
Dengan nafas terengah ia terus mencari keberadaan Brianna. Hingga akhirnya ia menemukannya di bagian ujung ruangan. Allard melihat sosok Brianna yang sedang terbaring dengan infus di tangan kirinya. Wajahnya terlihat pucat pasi serta kening dan kedua lututnya di tutup kain kassa.
"Oh my God," lirih Allard dengan perasaan yang mencelos.
Allard melangkah ke depan dengan hati yang tak karuan. Ia bahkan tidak memperhatikan seorang satpam yang sejak tadi menemani Brianna dan menunggu kedatangan Allard.
"Sayang.." Panggil Allard dengan sedih.
Allard pun membungkukkan tubuhnya, tangan kiri Allard mengusap puncak kepala Brianna sedangkan tangan kanannya menggenggam tangan kanan Brianna yang dingin.
"Honey maafkan aku," Allard mencium kening Brianna berkali-kali.
Ia benar-benar merasa bersalah atas apa yang sudah terjadi pada Brianna. Allard masih terus memanggil Brianna agar ia segera sadar. Satpam tadi pun memanggil dokter yang tadi menangani Brianna agar ia nemberikan penjelasan terkait diagnosanya kepada Allard.
"Permisi, Tuan Allard," ucap seorang dokter yang langsung mengenali sosok Allard karena Allard adalah salah satu donatur yang rutin memberikan bantuan untuk rumah sakit tersebut.
"Dokter apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana keadaan calon istriku?" Tanya Allard.
"Tuan, keadaan Nona Brianna tidak parah. Perkiraan sementara sepertinya ia hamil, tapi untuk memastikannya lagi saya akan menghubungi dokter kandungan dan Nona Brianna akan di periksa setelah ia sadar nanti." Jawab dokter tersebut.
"Hamil? Oh my God," Allard menyentuhkan keningnya di kepala Brianna.
Rasa bersalahnya semakin besar saat ia mendengar kemungkinan Brianna hamil. Allard merasa dirinya tak bisa menjaga Brianna dan calon bayinya dengan baik.
"Maafkan aku sayang," gumam Allard dengan penuh penyesalan.
"Tapi apakah kondisinya tidak berbahaya, Dok? Lalu luka di keningnya, apakah saat ia pingsan ia terbentur sesuatu?"
"Menurut satpam yang membawanya kemari, kening Nona Brianna terbentur ujung meja." Jawab dokter tersebut.
"Dia pernah gegar otak beberapa bulan lalu. Apakah ini tidak akan berbahaya?" Tanya Allard lagi.
"Saya akan mengobservasinya lagi setelah ia sadar, Tuan. Untuk saat ini biarkan dia istirahat," Ucap dokter tersebut.
"Baiklah terimakasih Dokter." Sahut Allard dan dokter tersebut menganggukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut untuk mengecek pasien yang lain.
"Tuan, ini tas milik Nona," Satpam tersebut memberikan sebuah tas kecil kepada Allard.
"Terimakasih Paman," Jawab Allard lalu menaruh tas tersebut di samping ranjang.
Allard masih menunggu Brianna sadar sambil terus mengusap pipinya juga menggenggam tangan Brianna yang sudah mulai menghangat.
Satu jam kemudian, karena Brianna meresakan sentuhan lembut di pipinya ia pun bangun dan mengerjapkan kedua matanya perlahan. Brianna mencoba mengingat kejadian yang menimpanya. Ia menoleh ke arah samping dan melihat Allard yang sedang tersenyum.
"Honey," Panggil Brianna dengan suara lirih.
"I'm here baby," Jawab Allard lalu mengecup bibir Brianna.
"Maafkan aku, aku tidak menjagamu dengan baik. Maaf baby." Allard menyentuhkan hidung mancungnya dengan hidung Brianna lalu mengecupnya.
Brianna mengusap dagu Allard yang berjambang dan tersenyum kecil.
"Apakah aku bisa pulang hari ini? Aku sangat lelah," Kata Brianna.
"Honey kita harus menunggu keputusan dokter terlebih dahulu. Dokter akan mengobservasi lebih lanjut karena benturan di keningmu. Dan juga, kita harus menemui dokter kandungan," Jawab Allard dengan senyumnya.
"Dokter kandungan? Untuk apa?"
"Kemungkinan kau hamil sayang,"
"Hamil?"
Allard menganggukkan kepala dan memandang wajah Brianna yang memasang raut wajah tak percaya.
"Aku akan memiliki anak darimu," Ujar Brianna dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ya sayang, kita akan memiliki anak," kata Allard sambil tersenyum bahagia.
"Aku akan memanggil dokter untuk memeriksamu." Kata Allard.
Brianna mengangguk lalu melepaskan genggaman tangan Allard. Allard mengatakan kepada seorang perawat bahwa Brianna sudah sadar. Tak lama seorang dokter dan perawat tiba di sana. Dokter pun memeriksa keadaan Brianna dan menanyakan beberapa hal padanya.
"Kondisi Nona Brianna tak ada yang serius, Tuan. Luka di keningnya tidak parah dan itu tidak mempengaruhinya meski ia sempat gegar otak beberapa bulan lalu," Ucap dokter tersebut.
"Lalu bagaimana dengan kemungkinan kehamilannya?"
"Untuk lebih jelasnya anda harus menbawanya ke dokter kandungan."
"Honey, aku sudah baikkan. Bisakah cabut saja infusannya? Aku sudah tak lemas sama sekali," Kata Brianna yang ikut bersuara.
"Tapi Nona, setidaknya anda tunggu satu jam lagi untuk memastikan bahwa anda benar-benar sudah lebih baik," Jawab dokter tersebut.
"Dok, aku ingin segera ke dokter kandungan saja untuk memastikan kehamilanku. Aku benar-benar sudah tidak apa-apa. Lagi pula aku sudah hampir dua jam berbaring di sini," Sahut Brianna dengan keras kepala.
"Kau yakin sayang?" Allard memastikan dan Brianna menganggukkan kepalanya untuk memberinya jawaban.
"Dengan satu syarat kau tak boleh berjalan dan harus menggunakan kursi roda, setuju?" Ucap Allard.
"Hmm, aku setuju. Lagi pula lututku masih terasa sedikit perih," Jawab Brianna.
Dokter itu pun mau tak mau harus menyetujuinya sesuai dengan keinginan calon istri sang Tuan. Dokter tersebut memerintahkan kepada perawat untuk membawa kursi roda selagi ia melepas jarum infus di tangan Brianna.
"Suster, siapkan kursi roda lalu temani Tuan Allard dan Nona Brianna untuk bertemu dengan Dokter Rosi," perintah dokter tersebut kepada perawat di sampingnya.
Tak lama perawat tersebut datang dengan membawa kursi roda. Allard membantu Brianna untuk bangkit dari hospital bed dan duduk di atas kursi rodanya. Allard benar-benar memanfaatkan privilege nya dalam hal ini. Allard dan Brianna tak perlu mengantri untuk bertemu dengan dokter kandungan di rumah sakit tersebut.
Allard mendorong kursi roda yang di duduki oleh Brianna, ia membawanya ke lantai tiga dengan menaiki lift ditemani oleh perawat tadi.
TING
Pintu lift terbuka dan perawat tersebut langsung menuju ke ruangan dokter yang akan mereka temui.
TOK TOK TOK
Ceklek
Perawat tersebut langsung membuka pintu setelah ia mengetuknya terlebih dahulu.
"Dokter Rosi, pasien atas nama Nona Brianna sudah datang," kata perawat itu.
"Masuklah,"
Perawat itu pun memberikan isyarat kepada Allard dan Brianna untuk masuk ke dalam ruangan Dokter Rosi. Dokter Rosi sangatlah ramah, ia menanyakan kondisi Brianna saat ini setelah membaca rekam medisnya yang diberikan oleh perawat tadi.
Saat ini Dokter Rosi sedang melakukan USG pada kandungan Brianna.
Tangan Allard terus menggenggam tangan Brianna, dan matanya tak lepas dari layar yang berada di depannya.
"Kalian lihat titik kecil ini?" Tanya Dokter Rosi.
"Ya Dokter," Jawab Allard.
"Ini calon bayi kalian. Usianya baru empat minggu, masih sebesar biji wijen," Ucap Dokter tersebut.
Brianna nampak terharu saat melihat layar monitor di hadapannya. Ada setetes kristal bening yang keluar dari sudut matanya. Allard mengusapnya dengan perlahan lalu mengecup mata Brianna.
"Thank you and i love you honey," Ucap Allard dengan penuh rasa syukur.
"I love you too," Brianna membalas kecupan Allard di pipinya.
Mereka sama-sama bahagia mendengar kabar kehamilan Brianna. Allard juga melakukan konsultasi dengan Dokter Rosi mulai dari kehamilan Brianna, lalu apa saja yang boleh dan tidak boleh dimakan atau di lakukan, sampai ke hubungan seks yang aman untuk ibu hamil. Semua pertanyaan itu di jawab oleh Dokter Rosi dengan sangat rinci. Allard mengangguk-anggukkan kepalanya saat mendengar penjelasan Dokter tersebut.
"Ingat jangan terlalu lelah dan jangan stres, Nona." Dokter Rosi mewanti-wanti karena usia kandungan Brianna masih sangat muda dan rentan. Brianna mengangguk dan tersenyum bahagia.
"Kalau begitu kami permisi, Dokter." Pamit Allard dan langsung membawa Brianna untuk pulang ke mansionnya.
Diperjalanan Brianna terus menerus menebar senyumnya. Ia merasa sangat bahagia dan terus memegangi perutnya yang masih rata. Begitu juga dengan Allard, ia tak menyangka akan segera menjadi seorang ayah dalam beberapa bulan ke depan. Allard tak sabar ingin segera memberitahukan Dimitri dan Belinda mengenai kehamilan Brianna.
Saking bahagianya, ia bahkan melupakan Greisy dan Daniel. Sejenak ia tak peduli dengan yang lainnya, ia hanya fokus dengan Brianna dan calon bayinya.
"Honey apa ada yang kau inginkan saat ini?" Tanya Allard.
"Sepertinya tidak, mungkin belum." Jawab Brianna.
"Kau yakin?" Allard memastikan kembali.
"Aku yakin sayang." Jawab Brianna dengan mantap.
"Baiklah. Jika kau menginginkan sesuatu katakan saja padaku,"
Allard menarik Brianna ke dalam pelukannya dan memeluknya dengan sangat erat. Brianna pun melingkarkan tangannya di atas perut Allard dan menempelkan pipinya di dada bidang sang calon suami.
"Kita harus segera menikah. Setelah ini aku akan mengurus semua berkas-berkasnya. Apa kau ingin mengadakan pesta pernikahan impianmu, honey?" Tanya Allard sambil memainkan rambut Brianna lalu menyelipkannya di belakang telinga Brianna.
"Tak perlu, aku malas melakukan pesta. Aku ingin kita menikah di kantor catatan sipil saja. Pestanya bisa menyusul menunggu mood ku kembali," Jawab Brianna.
"Sang Ratu Pesta sudah menemukan titik jenuhnya huh?" Ucap Allard sambil terkekeh.
"Entahlah, aku merasa sangat malas. Padahal biasanya aku akan semangat jika mendengar kata pesta," Sahut Brianna.
"Aku akan mengikuti semua keinginanmu dan calon bayi kita. Kapan pun kau menginginkan pesta pernikahan kita di gelar, saat itu juga aku akan langsung mengadakannya," Ucap Allard bersemangat.
"Kau bersemangat sekali honey. Ada apa dengan dirimu?" Tanya Brianna sambil tertawa pelan karena melihat Allard yang tak seperti biasanya.
"Aku bahagia, honey. Aku sangat bahagia!" Allard menciumi puncak kepala Brianna berkali-kali.
Brianna tertawa melihat tingkah Allard yang menurutnya di luar kebiasannya.
Sang supir yang melihat kebahagian majikannya dari kaca spion di atasnya, ikut bahagia dan tersenyum hangat. Dalam hatinya ia bersyukur karena sang Tuan kini telah mendapatkan kebahagiannya.
TBC
Jangan lupa tinggalin jejak yaa
Follow Like Komen Vote dan Hadiahh
Aku menerima kritik dan saran di kolom komentar tapi no julidd wkwwk ❤