Karena takut dikeluarkan dari sekolah dan dicabut beasiswanya, Dara terpaksa menyembunyikan kehamilan dan melahirkan bayinya di sekolah.
Dara tidak sendirian tapi dibantu oleh ayah sang bayi dan anggota geng motornya. Bisakah mereka menyembunyikan dan membesarkan bayi itu sampai mereka semua lulus sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Yang Ditunggu
Sepertinya solusi dari Adam memang lebih baik untuk saat ini, bukannya Dara tidak mempercayai Galang hanya saja setelah melahirkan kalau dipaksa langsung sekolah, Dara merasa tidak sanggup.
Mungkin Galang belum memikirkan hal sejauh itu karena mereka sama-sama belum berpengalaman.
Namun, Dara sudah membaca banyak referensi tentang pasca melahirkan.
Kalau Dara bisa cuti dan istirahat sehabis melahirkan, mungkin dia akan bisa memulihkan diri dengan baik.
"Aku harus menghubungi kak Adam," gumam Dara seraya merogoh ponselnya di kantong rok yang dia pakai.
Namun, ketika gadis itu mengetik nomor Adam di ponselnya, dari arah belakang tiba-tiba ponsel Dara direbut oleh seseorang.
"Galang!" seru Dara ketika membalik badannya.
Galang sedari tadi mencari Dara dan mendapati gadis itu mulai goyah untuk menghubungi Adam.
"Apa kau tertarik dengan penawaran kakakku? Atau kau menyukai Adam yang lebih dewasa dan mapan dariku?" tanya Galang gusar. Dia sampai membanting ponsel Dara sampai benda pipih itu pecah dan mati.
Dara merasa terkejut karena sikap Galang yang tidak terkendali seperti itu. "Apa yang kau lakukan, Gal?"
"Ternyata kau sama saja seperti orang tuaku yang akan memilih Adam!" teriak Galang yang tidak bisa mengendalikan emosinya.
"Aku sudah berusaha sebaik mungkin untuk bertanggung jawab tapi kenapa kau masih tidak melihatku?"
Dara menggelengkan kepalanya. "Bukan seperti itu!"
Dari awal Galang tidak mau membuka diri tentang keluarganya pada Dara jadi gadis itu tidak tahu kalau Galang bermasalah dengan Adam.
"Maafkan aku, aku akan percaya padamu, Gal. Jadi, jangan marah!" Dara berusaha meredakan emosi Galang.
Sekarang giliran gadis itu yang membuat Galang tenang.
"Kalau papanya marah, Bibu pasti takut," tambahnya.
Galang mulai luluh dan memeluk Dara, beruntung gadis itu masih mau berada di pihaknya.
"Terima kasih sudah percaya padaku," ucap Galang.
...***...
Adam menunggu Dara menghubunginya, kalau gadis itu memang pintar pasti akan memilih tawarannya.
Namun, rupanya Dara sudah dimabuk cinta dan melupakan logikanya. Gadis itu hanya mempercayai Galang seorang.
"Anak-anak ini," keluh Adam karena sudah menunggu selama seminggu.
"Kita lihat saja, apa yang akan mereka lakukan?"
Adam akan mengawasi dari kejauhan saja karena tawarannya sudah ditolak mentah-mentah.
Menurut laporan usia kehamilan menginjak usia 18 minggu artinya perkiraan sekitar lima bulan lagi gadis itu melahirkan.
Jadi, ketika ujian kenaikan kelas apa yang akan terjadi.
Dara menjalani hari-hari seperti biasanya sampai usia kandungan gadis itu memasuki bulan kesembilan.
Terpaksa Dara selalu absen pada saat pelajaran olah raga dan lebih sering istirahat di klinik sekolah.
Usia kehamilannya membuat gadis itu cepat lelah.
"Kakimu sudah bengkak," komentar Fiona ketika melihat kondisi Dara.
"Tanganmu juga," lanjut Fiona memeriksa seluruh tubuh temannya.
Perut Dara terlihat besar saat gadis itu membuka korsetnya.
"Hari senin mulai ujian akhir semester, aku harap Bibu bisa bertahan sampai ujian selesai," ucap Dara penuh harap.
Memang hari pertama dan kedua berjalan dengan baik tapi hari terakhir, Dara tidak bisa mengerjakan soal dengan fokus karena merasa perutnya mulas.
Keringat dingin terus keluar dan rasanya sakit sekali.
"Sepertinya aku akan melahirkan," gumam Dara menahan nyeri di perutnya. Dia harus cepat memberitahu Galang.
Dara segera menyelesaikan soalnya lalu mengirim pesan pada kekasihnya itu.
Sementara Galang masih sibuk mengerjakan soal di kelasnya sendiri.