Aku hidup kembali dengan kemampuan tangan Dewa. Kemampuan yang bisa mewujudkan segala hal yang ada di dalam kepalaku.
Bukan hanya itu, banyak hal yang terjadi kepadaku di dunia lain yang penuh dengan fantasi itu.
Hingga akhirnya aku memiliki banyak wanita, dan menjadi Raja Harem yang membuat semua pria di dunia ini merasa iri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karma-Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ritual Darah
Aku tiba-tiba kembali ke masa kini setelah melihat semua kejadian di medan perang. Aku pun merasa telah mendapatkan banyak informasi baru dari kejadian luar bisa itu, terutama informasi dari kelima goblin.
Ya, ternyata mereka adalah orang-orang hebat atau mungkin jendral hebat yang yang sudah direinkarnasikan ke dunia ini. Namun, mereka malah mendapatkan wujud sebagai golin karena mereka sudah dipanggil oleh raja iblis.
Meski demikian, kekuatan orang-orang itu masih ada dalam wujud goblin, bahkan kekuatannya hampir melampaui kekuatan pahlawan dari dunia ini.
“Hmm, sungguh di luar imajinasiku kalau sudah begini ceritanya. Aku pikir cuman aku yang sudah dipindahkan ke dunia ini, tak ku sangka ternyata masih ada orang yang sudah dipindahkan lebih dulu,” gumamku sembari melihat kelima goblin dengan serius. Mereka tampak masih mengobrol meski aku sudah kembali ke masa kini.
“Aneh, mereka seharusnya bisa langsung mengenaliku. Tapi, kenapa mereka malah masih asik mengobrol pakai bahasa kuno? Hmm, mungkinkah mereka tidak menganggapku sebagai keturunan pahlawan, atau ada hal lain yang barus aku lakukan untuk menyadarkan mereka?”
Aku beneran bingung, spontan ku lihat kembali bola bercaya di tengah-tegah kelima golin itu.
“Ah, ritual darah. Aku mungkin harus melakukan ritual darah lebih dulu,” ucapku, lalu kusayat jari telunjuk tanpa ragu sama sekali.
Aku coba tiru gerakan yang sudah dilakukan pahlawan sebelumnya, berharap caraku berhasil untuk berkomunkasi dengan kelimat goblin di tempat ini.
Clak!
Clak!
Clak!
Tiga tetes darah mengenai bola cahaya itu, sontak membuatku merasakan kekuatan luar biasa yang memaksa masuk ke tangan kananku, atau tangan Dewa Agung.
"ARGH! Ini sakit sekali," Aku spontan berteriak kesakitan. Serius, rasanya sangat sakit sekali saat kekuatan luar biasa itu memaksa masuk ke dalam tubuhku.
"BRIAN!!!" teriak Catrine dan Helena bersamaan, keduanya lalu bergegas ke arahku tanpa menunda waktu sama sekali.
"Hentikan, kalian tak boleh mengganggu ritual suci ini," tegur salah satu goblin pakai bahasa zaman ini. Ia adalah goblin paling kuat dari kelimat goblin alias goblin warrior.
Catrine dan Helena sontak ketakutan saat mendengar suara goblin itu, mereka mungkin tak pernah membayangkan kalau goblin itu bisa bicara kepada mereka, terlebih langsung mengeluarkan teguran yang tak terduga.
"Ikuti saja perintah goblin itu, Catrine, Helena. Kalian lebih baik tunggu di tempat tadi hingga aku menyelesaikan ritual ini," ujarku tampak sangat meyakinkan agar kedua wanitaku tidak khawatir.
"Tapi, kamu sepertinya sangat kesakitan Brian? Apa kamu yakin akan baik-baik saja dengan ritual itu?" tanya Catrine memastikan.
"Ya, apa kamu yakin akan baik-baik saja, Brian? Kamu nggak lagi berusaha menghibur kami, kan?" sambung Helena.
"Jangan khawatir, kalian bisa percayakan semua ini padaku," jelasku sembari tersenyum kepada Catrine dan Helena.
Kedua gadis cantik itu akhirnya menuruti perintahku tak lama setelahnya, tapi mereka terus menatapku seakan tak rela dengan keputusan yang telah aku buat.
Aku tidak menghiraukan Catrine dan Helena lagi, kini aku kembali fokus dengan ritual darah yang sudah mulai memasuki tahap akhir.
Kelima goblin juga ikut membantu untuk menyempurnakan ritual ini, kelimanya tampak komat kamit untu merapalkan mantra kuno.
"Sial, malah semakin sakit saja," umpatku sembari menggertakan gigi.
"Tahanlah, atau kau akan mati," ujar goblin warrior dengan tangan masih terulur ke depan.
"Ya, kau harus bisa menahannya bila kau ingin mendapatkan kami. Buktikan bahwa kau masih keturunan dari pahlawan wanita itu," sambung goblin asasin.
"Ritualnya akan berhasil sebentar lagi, anak ini sepertinya memang keturunan pahlawan wanita itu," ujar goblin suport.
"Aku setuju, kalau tidak, ia tak mungkin bisa bertahan hingga sejauh ini." Kedua goblin mage mengangguk bersamaan sebagai tanggapan.
Aku diam-diam menghela nafas lega usai mendengar pendapat kelima goblin itu. Mereka mungkin masih belum sadar kalau pemilik tubuh ini sudah meninggal, dan jiwaku tinggal di dalam tubuh ini sebagai gantinya.
Dan alasanku bisa menahan ritual hingga sejauh ini, tentu karena ada tangan Dewa yang membantuku menyerap semu kekuatan dari kelima goblin itu. Setidaknya, kekuatan maha dasyat itu tidak langsung masuk ke dalam tubuhku, makanya aku bisa bertahan meski terasa sangat menyakitkan.
"Ayo kita selesaikan semua ini saudara-saudara, biar kia bisa terbebas dari tempat ini dan bisa mengabdi kepada keturunan pahlawan," ujar goblin warrior memperkuat jurusnya.
"Baik," tanggap keempat goblin serempak, mereka juga memperkuat jurus masing-masing untuk mempercepat ritual.
"ARGHHHH!" Aku sendiri hanya bisa berteriak sangat keras karena merasa semakin kesakitan. Entahlah, aku sudah tak tahu harus menggambarkan situasi ini pakai cara apa. Yang pasti, ada rasa sakit luar biasa di sekujur tubuhku seolah sudah ditusuk oleh ribuan pedang.
Brugh!
Aku terjatuh setelah ritual itu benar-benar selesai, tapi aku mulai merasakan perbedaan yang kentara dari setiap inci tubuhku mulai dari ujung kepala hingga kaki.
Rambut merah ini juga terus mengeluarkan cahaya seakan sudah terbakar api, ada juga hawa panas yang terus menyebar di sekitarku.
"Berhasil, ritual kita sudah berhasil. Anak ini ternyata keturunan asli dari pahlawan wanita itu," ujar goblin warrior penuh semangat.
"Tentu saja akan berhasil, lagian anak itu memiliki warna rambut yang sama seperti rambut pahlawan wanita itu," timpa goblin asasin.
"Hmm, aku malah merasakan ada kekuatan lain dari tubuh anak ini. Kekuatan yang sangat mengerikan melebihi kekuatan kita waktu itu," ucap goblin suport agak cemas.
"Gimana maksudmu? Bukankah kekuatan anak ini menjadi kuat setelah mendapatkan kekuatan kita?" tanya goblin mage bersenjata tongkat.
"Seharusnya sih begitu, tapi aku juga bisa merasakan kekuatan lain dari anak ini, terutama dari tangan kanannya," jelas goblin mage bersenjata buku.
Kelima goblin lanjut berdiskusi untuk membahas masalah tersebut, mereka bahkan mulai menduga kalau aku berasal dari dunia lain sama seperti mereka.
Aku pun terpaksa buka suara kalau sudah begini urusannya, jelas tak akan pernah membiarkan kelima goblin itu mengetahui rahasiaku tentang kekuatan tangan Dewa Agung.
"Kalian jangan curiga seperti itu, karena aku memang sudah sangat kuat sebelum kalian memberikan kekuatan. Aku mungkin jauh lebih kuat dari pahlawan wanita itu," ucapku seraya berdiri dengan mantap. Suaraku sengaja dibuat barito agar kesannya lebih berwibawa.
"Hmm, jadi kau sudah sekuat itu sejak awal? Pantas saja kau bisa menyentuh bolah cahaya ini tanpa terluka sedikit pun," balas goblin warrior sembari menunjukan bola cahaya di depanku.
"Yah, kurang lebih seperti itu. Tapi, aku baru tahu kalau aku masih keturuan dari pahlawan. Habisnya aku tak mendengar hal semacam ini sebelumnya," jelasku apa adanya, berusaha mencari informasi lain dari mulut kelima goblin itu.
Bagaimanapun, aku belum siap kalau harus mengemban tugas yang sangat merepotkan sebagai seorang pahlawan. Makanya aku ingin mendapatkan informasi sebanyak mungkin selagi masih ada kesempatan.
...