Menjadi seorang asisten rumah tangga bukanlah tujuan hidup bagi seorang wanita bernama ZENVIA ARTHUR.
Tapi pada akhirnya dia terpaksa menjadi ART seorang billionaire bernama KAL-EL ROBERT karena suatu alasan.
Bagaimana keseruan ceritanya?
follow instagram @zarin.violetta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
KalZen 20
Zenvia menatap tajam mata Kal.
"Aku akan pergi dari sini," ucapnya pelan.
"Suruh siapa kau boleh pergi dari sini?" sahut Kal.
Zenvia melepaskan tangan Kal yang mencengkeram pergelangan tangannya.
"Lepaskan aku," ucap Zenvia.
"Jika kau keluar, bayangkan apa yang akan terjadi padamu," sahut Kal.
"Aku tak menakutimu, tapi asal kau tahu bahwa tempat teraman bagimu adalah bersamaku di sini," lanjut kal.
Kal kemudian melepaskan tangan Zenvia.
"Maaf," ucap Kal ketika melihat pergelangan tangan Zenvia menjadi merah karena hal itu.
Zenvia kemudian berbalik pergi ke kamarnya.
"Jangan lupa bersih bersih rumah ini!!" ucap Kal sebelum Zanvia masuk ke dalam kamarnya.
Lalu Zenvia masuk ke kamar dan menutup pintunya.
"Hei!! Kau belum menjawabku dan itu sikap yang tak sopan pada majikanmu!" teriak Kal dari luar.
CEKLEK
Zenvia kembali membuka pintu kamarnya.
"Baiklah," ucap Zenvia menunduk dan kembali masuk ke dalam kamarnya.
"Wanita ini benar benar seperti es krim rasa strawberry. Dingin tapi manis," gumam Kal tersenyum miring.
*
*
Zenvia duduk di pinggir ranjangnya dan kembali merenung. Dia memikirkan kata kata Kal tadi. Jujur hal itu mengganggu pikirannya dan ia merasa bimbang saat ini.
Zenvia mengusap matanya yang sudah nampak berkaca kaca. Dia sangat benci dengan dirinya yang cengeng dan penakut.
Wanita itu sudah berusaha untuk menjadi lebih berani, tapi itu sangatlah sulit. Tak semudah itu membuat dirinya kembali hidup normal seperti dulu lagi.
Kini Zenvia tampak memeluk dirinya sendiri dan seakan marah pada dirinya.
"Aku sangat membenci diriku. Seharusnya aku tak pernah dilahirkan jika harus menempuh jalan terjal seperti ini," bisiknya terisak.
"Seharusnya aku tak pernah ada. Seharusnya ibuku membunuhku saja ketika aku dilahirkan," gumamnya lagi.
*
*
Satu jam berlalu, kini Zenvia keluar dari kamarnya dan tak melihat Kal El di sana. Zenvia selalu merasa lega jika tak ada Kal di penthouse. Dia lebih suka rumah dalam keadaaan sepi agar ia bisa bekerja dengan cepat dan tenang.
Zenvia melangkah pelan menuju dapur. Kelegaannya sinar ketika melihat keberadaan pria cool sekaligus tengil itu di dapur.
Kal memiliki karakter tengil tapi dia juga memiliki wajah dan sikap yang cool hingga membuat siapapun yang memandangnya seakan terintimidasi hanya dengan tatapan tajam dari mata birunya.
Kal tampak mengambil roti yang baru dipanggangnya dan mengoleskan coklat di atasnya.
Lalu pandangan mata mereka saling bertaut dan Zenvia langsung menunduk kembali.
"Ada yang bisa kubantu?" tanya Zenvia yang kini sudah normal kembali seperti biasanya.
"Tidak," jawab Kal.
"Kalau begitu aku akan bersih bersih," sahut Zenvia.
"Penthouse ini sudah sangat bersih. Duduklah bersamaku," kata Kal yang kemudian menggigit rotinya.
Lalu Zenvia melangkah perlahan dan menuju wastafel dapur yang sedikit berantakan.
Kal melihat ke arah Zenvia.
"Kau tak pernah tertawa, Zi?" tanya Kal.
"Tak ada yang harus aku tertawakan," jawab Zenvia.
"Kau tak akan menjadi gila hanya karena tertawa," sahut Kal.
Zenvia tak menjawabnya dan mengusap meja marmer di dekat wastafel dengan kain lap.
"Kau tak cocok menjadi seorang maid. Apakah kau mau menjadi istriku?" tanya Kal El yang entah itu serius atau bercanda.
Dan Zenvia menganggap itu hanya lelucon karena Kal memang tak pernah terlihat serius.
Zenvia masih diam dan tak menjawab ucapan Kal yang memang tak perlu dijawabnya.
Kal tersenyum miring dan kembali memakan roti coklatnya sambil masih melihat ke arah Zenvia.