NovelToon NovelToon
Pernikahan Tak Terduga

Pernikahan Tak Terduga

Status: tamat
Genre:Tamat / Aliansi Pernikahan / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa
Popularitas:27.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Desy Puspita

Niat hati memberikan pertolongan, Sean Andreatama justru terjebak dalam fitnah yang membuatnya terpaksa menikahi seorang wanita yang sama sekali tidak dia sentuh.

Zalina Dhiyaulhaq, seorang putri pemilik pesantren di kota Bandung terpaksa menelan pahit kala takdir justru mempertemukannya dengan Sean, pria yang membuat Zalina dianggap hina.

Mampukah mereka menjalaninya? Mantan pendosa dengan masa lalu berlumur darah dan minim Agama harus menjadi imam untuk seorang wanita lemah lembut yang menganggap dunia sebagai fatamorgana.

"Jangan berharap lebih ... aku bahkan tidak hapal niat wudhu, bagaimana bisa menjadi imam untukmu." - Sean Andreatama

ig : desh_puspita27

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22 - Tidak Peduli

"Halaman 76? Tapi rasanya sudah."

Cukup lama dia menunggu Zalina setelah memutuskan naik ke kamar sendirian. Meski ego Sean tinggi sekali, tetap saja dia harus menyadari jika Zalina bukan hanya milik dia melainkan keluarganya.

Berhasil mendapatkan Zalina bukan berarti membuatnya lalai. Sean sangat sadar jika dirinya masih fakir ilmu, menjadi pria romantis tidak cukup untuk modal menjadi imam yang baik seorang wanita sesempurna Zalina.

Walau berat Sean tetap teruskan, bukan mudah baginya untuk membiasakan mata itu tetap bertahan dengan banyaknya tulisan sementara movie yang dia nantikan sejak tahun lalu rilis bulan ini.

Selang beberapa menit, Zalina kini masuk dengan memberikan senyum teduhnya. Seolah permintaan maaf karena Sean mungkin terlalu lama menunggu. Tidak seperti kemarin yang sembunyi-sembunyi ke kamar mandi, malam ini Zalina mengganti pakaian secara terang-terangan.

"Dia mau apa?"

Sean tengah menerka apa yang dilakukan istrinya. Apa mungkin dia akan berpenampilan seperti semalam? Tidak, rasanya aneh jika Zalina kembali melakukan itu sekalipun Sean suka.

Dia mulai tidak fokus dengan apa yang dia baca, terutama ketika wanita itu mulai menghampiri dan menyentuh pundaknya. Jantung Sean kembali berdetak dua kali lebih cepat kala Zalina ikut duduk di sampingnya.

Rambut sang istri yang kini terurai membuat kecantikan istrinya berkali-kali lipat. Mahkota yang hanya Sean lihat ketika di kamar, bisa Sean pastikan rambut itu suci dan warnanya sejak lahir pasti sudah begitu.

Sempat mengagumi kecantikan istri Zean, tapi semua itu terbantahkan ketika seseorang yang benar-benar nyata adalah miliknya duduk manis di depannya.

"Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban."

Sean bahkan tidak berkedip menatapnya. Beberapa hari lalu dia mendapat nasihat dari mertuanya terkait kekuasaan sang pencipta. Jika boleh jujur, Sean akan menegaskan jika Zalina adalah salah-satu nikmat Tuhan yang memang tidak seharusnya dia dustakan.

"Mas."

Beberapa hari terakhir, Sean kebiasaan melamun dan harus dipanggil berkali-kali agar tersadar entah apa penyebabnya. Pria itu mengerjap pelan kala menyadari sang istri saat ini terlihat kesal akibat tidak sengaja dia abaikan.

"Apa? Maaf ... telingaku sakit, Na."

Untuk kali ini dia tidak berbohong, telinganya memang sakit akibat pukulan Abrizam, tapi bukan berarti sampai tidak bisa mendengar semacam itu.

"Mana? Coba lihat," tutur Zalina menarik tengkuk leher Sean, di antara banyak cara kenapa harus begini yang membuat Sean berharap lebih.

"Sakit banget?"

"Sedikit, tidak apa-apa ... paling agak tuli," jawabnya enteng sekali seraya terkekeh pelan, melihat wajah Zalina cemberut begitu adalah suatu kebahagiaan bagi Sean.

"Mas pernah tindik ya?"

"Apa masih kelihatan? Sudah lama, Na."

Tidak ada raut kekecewaan di sana, Zalina hanya memastikan dari dekat, sejak awal menikah sebenarnya memang terlihat. Namun, untuk bertanya dan lainnya dia masih terlalu kaku.

"Tidak terlalu, lain kali jangan ya."

Sean hanya mengangguk pelan, dia menatap wajah teduh Zalina yang seakan tidak peduli dengan masa lalunya. Entah karena tutup mata, atau benar-benar tidak ingin mendengar karena dia tahu Sean seburuk itu.

"Zalina boleh aku bertanya?" tanya Sean kemudian memecah konsentrasi Zalina yang kini beralih menatap luka di wajah Sean.

"Boleh, tanyalah."

"Kenapa tidak pernah bertanya secara detail masa laluku? Kau tidak peduli atau ada alasan lain, Na?"

Sean menatapnya begitu lekat, jujur saja dia ingin sekali Zalina mengusiknya. Bertanya banyak hal tentang masa lalu dan kehidupannya, tapi memang Zalina seakan sama sekali tidak tertarik dengan kisahnya.

"Tidak perlu, Mas, aku tidak akan bertanya masa lalumu bagaimana, dengan siapa ataupun seburuk apa ... selagi bersamaku baik, maka Mas tetap baik," jawabnya sederhana tapi berhasil menggetarkan jiwa Sean yang selalu haus akan perhatian.

Malu sekali, Zalina bahkan tidak peduli masalah semacam itu tentangnya. Sementara Sean justru sebaliknya, perkara teman dekat Zalina di masa lalu saja Sean pertanyakan dan malam ini dia benar-benar tertampar dengan ucapan sang istri.

Sean bergeming, Zalina kembali menepuk wajahnya demi membuat pria itu tersadar. Apa mungkin terlalu mengantuk sampai berakhir begini hampir setiap saat, pikir Zalina.

"Mas, ayo."

Mendengar ajakan Zalina, pria itu sontak berdiri dan membopong tubuh istrinya ke tempat tidur. Buku yang tadi sempat dia buka bahkan belum tertutup, telinga Sean terlalu sensitif dengan ajakan Zalina hingga tidak memahami maksud istrinya apa.

.

.

Zalina terkejut bukan main kala menyadari dirinya telah berada di bawah kungkungan Sean. Padahal, sebelum ini mata Sean benar-benar memerah akibat menahan kantuk. Secepat itu tatapannya berubah penuh damba dengan senyum tak terbaca.

"Bismillah, Allahumma jannibnaassyyaithaana wa jannibi syaithoona maarazaqtanaa."

Mata Zalina membola mendengar doa yang Sean lafadzkan. Sontak wanita itu menahan kening Sean yang hendak mengikis jarak dengannya. Zalina menggeleng, entah kenapa dia mendadak takut.

"Tunggu!! Mas mau apa?"

"Kenapa? Katamu ayo, sekarang menolak?"

Demi apapun, tidak ada yang mengajaknya bertarung malam ini. Zalina mengajaknya tidur karena mata Sean sudah memerah, sama sekali tidak dia duga jika Sean akan membacakan doa semacam itu.

"Ayo tidur ... tuh sudah hampir jam sepuluh, Mas."

"Mana bisa, aku harus lelah dulu baru bisa tidur cepat," ucapnya tidak mau kalah dan menyingkirkan tangan Zalina yang menahan keningnya.

Tidur lebih cepat katanya, sementara kemarin keduanya tidur larut malam hingga membuat kepala Zalina sedikit berat. Saat ini, Zalina tengah dibuat bingung apa benar suaminya ini jujur seperti yang dikatakan abi Husain.

"Mas bohong, kemarin buktinya kita tidur larut malam," kesal Zalina sejenak berusaha melepaskan diri lantaran Sean mengunci tangannya di atas kepala saat ini.

"Calm down, Baby girl ... Tiga puluh menit selesai." Sean mengusap bibir ranum Zalina dengan ibu jarinya hingga membuat istrinya membeku seketika.

Agaknya konsep di kamar kebarat-baratan itu bukan hanya diterapkan istri. Zalina memahami hal ini dari Sean yang memang benar-benar berbeda jika sedang menyentuhnya.

"Benar tiga puluh menit ya, Mas," pinta Zalina serius yang kemudian Sean jawab dengan anggukan pelan.

"Iya, tapi tiga kali, Na."

.

.

- To Be Continue -

1
Goresan Receh
knp setelah nikah, br abg nya berisik
Molyy
Buruk
Syahril Ramadhan
Biasa
Anik Dwi Lestari
Kecewa
Anik Dwi Lestari
Buruk
Nia Muthia
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
Kalsum
🤣🤣🤣🤣panci panci
Nurlinda
penasaran SM sosok Irham sebenarnya
Kalsum
makin degdekan
Kalsum
jelas dong rugi. sean
Ruaitoh
Luar biasa
Kalsum
yg sabar
Kalsum
🤣🤣🤣🤣🤭🤭🤭
Kalsum
selamat
Kalsum
😭😭😭😭
Kalsum
jgn melarikan diri sean
Kalsum
ternyata hidup sean seestrim itu
Kalsum
seru thoor ceritanya
Kalsum
kayaknya ibu ilham yg atur sekanario semua
Kalsum
klu udh ada penyakit hat.pasti susah obatnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!