Niat hati ingin memberikan kejutan di hari pernikahan. Hatinya hancur berkeping-keping di saat sang suami lebih memilih meninggalkannya di bandingkan bertahan di dalam pernikahan.
Pertemuannya Alex dengan wanita bernama Eliza menggoyahkan hati pria itu, padahal pria itu sudah beristri yang tak lain pelakor dalam hubungan Eliza.
Jerat pun mulai Eliza lakukan demi membalas rasa sakit yang dulu pernah Mauren lakukan.
Bagaimana kisah mereka bertiga? akankah hubungan Eliza dan suami orang diresmikan atau justru karma Eliza tuai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 - Pertengkaran
Vicky terkejut neneknya terkulai tak sadarkan diri dalam rangkulannya. Seketika dirinya panik dan segera membopong sang nenek membaringkannya ke kursi pelaminan.
"Nek bangun! Jangan tidur, Nek!" Vicky terus mencoba memompa detak jantungnya menggunakan kedua tangan yang di tumpukkan ke atas dada. Rasa khawatir mendera tak bisa lagi berpikir jernih.
Namun, apa yang ia lakukan nyatanya tidak membuat neneknya bangun. Mata itu terus saja terpejam tanpa mau bereaksi sedikitpun. Vicky menundukan kepala merasa sedih, dia mendongak menatap marah pada wanita yang sedari tadi berdiam berdiri di sampingnya tanpa terlihat raut wajah panik sedikitpun.
"Ini semua gara-gara kamu, Mauren. Kamu sudah memarahinya, jika terjadi sesuatu kepada orang yang saya sayangi, saya tidak akan memaafkanmu!"
Keadaan mulai sepi, semua tamu sudah membubarkan diri ketika Eliza pergi meski ada beberapa orang di sana.
"Kenapa kamu menyalahkanku? Nenekmu saja yang sudah tua sakit-sakitan dan sudah pantasnya mati!" pekik Mauren tak kalah keras tidak terima Vicky menyalahkannya. Kini sisi lain Mauren mulai menampakan diri, hal itu membuat Vicky tidak percaya jika Mauren sampai segitunya.
Vicky semakin tidak terima dan amarahnya semakin tidak terkendali. Dia berdiri langsung mencengkram kuat bahu Mauren menatap tajam penuh kemarahan. Sorot matanya pun memerah, rahangnya mengeras sampai membuat giginya bergemelatuk berbunyi dengan wajah sudah memerah marah.
"Kamu sungguh keterlaluan, Mauren! Kamu menyumpahi nenek saya mati? Dimana otakmu sampai kamu memiliki pemikiran negatif seperti itu?" sentaknya mendorong kasar tubuh Mauren hingga wanita itu terduduk sekaligus di kursi pelaminan.
"Dia memang sudah mati, Vicky. Apa kamu buta? Apa kamu tidak lihat tubuhnya sudah tidak bergerak lagi. Dia sudah mati!" Mauren berteriak juga menunjukan kepada Vicky jika wanita tua yang di sebut nenek itu sudah tiada.
Vicky pun melihat kembali keadaan wanita yang tengah terbaring tak sadarkan diri. Seketika dirinya terduduk lesu berlutut di hadapan tubuh yang sudah terbujur kaku. Hatinya sakit melihat orang tersayang tiada karena ulahnya sendiri. Sungguh Vicky tidak memikirkan ini terjadi kepadanya. Padahal, dia akan memberitahukan pernikahan dia dan Mauren secara perlahan agar neneknya tidak sampai mengalami serangan mendadak karena ia tahu jika neneknya pasti akan syok. Dan buktinya, sekarang sang nenek tak sadarkan diri.
"Nenek!" Vicky memeluk tubuh tua renta itu menangisi kepergiannya.
"Kasihan sekali nenek tua itu. Dia mati karena ulah anak mantunya sendiri. Sudah punya istri juga masih saja tergoda wanita lain dan sekarang, ternyata istrinya tidak lebih baik dari Eliza." Salah satu tetangga mereka yang masih ada di sana mulai menyuarakan suaranya mencibir Vicky dan Mauren.
"Ini adalah salah pria yang tidak tahu diri ini. Punya istri cantik, baik, penyayang, tidak sombong malah mencari wanita modelan begini. Jika di perhatikan lebih cantikan Eliza kemana-mana."
Mauren kian memanas dirinya terus di bandingkan dengan yang lainnya. Dia tidak menyukai itu. Dia dan Eliza berbeda, menurutnya dialah wanita paling cantik diantara dia dan Eliza.
"Diam kalian semua! Kalau kalian masih saja berbicara mending kalian keluar dari sini! Pergi! Saya tidak ingin lagi mendengarkan ocehan dari mulut sampah kalian." Mauren menatap tidak suka setiap orang yang ada di sana.
"Huuuu dasar pelakor tak tahu diri, sudah salah masih saja berlaku kasar. Kamu emang pantasnya mati, wanita seperti mu seharusnya mati saja daripada hidup tapi mengganggu dan merusak rumah tangga orang. Cantik tidak, sexy tidak, tapi blagunya minta ampun, dasar pelakor!" pekik salah satu wanita yang tidak menyukai tindakan Mauren sambil melemparkan kulit jeruk. Dan tindakan itu di ikuti oleh beberapa yang lainnya. Mereka ada yang melemparkan botol bekas minuman, bahkan ada juga yang menyiramkan airnya.
Mauren mengepalkan tangannya semakin marah. Pesta yang tadinya berharap bahagia kini hancur berantakan. Dia semakin tidak terima di perlakukan seperti itu kemudian mengambil apa saja yang ada di sana dan melemparkannya saking kesal dan marah.
"Kurang ajar, pergi kalian dari sini! Saya tidak butuh ocehan tidak penting kalian. Pergi!" Mauren mengamuk marah semuanya kacau tak terkendali.
Dan semua yang ada di sana mulai membubarkan diri sambil menyoraki Mauren.
Teriakan Mauren di sama membuat Vicky panas kuping. Bukannya memberikan Vicky kekuatan tapi malah membuat keributan dan hal itu membuat Vicky menggeram marah.
"Diam kamu, Mauren! Bisanya marah-marah saja tanpa memikirkan keadaan nenek saya." sentak Vicky mendongak marah, panggilannya pun tak lagi ramah, berubah menjadi saya.
"Apa?" Mauren berteriak kembali membalas tatapan tajam Vicky seolah dirinya tidak memiliki rasa bersalah dan tidak ingin di salahkan. "Kamu mau menyalahkan saya sebagai pelakor juga? Kamu mau menyalahkan saya penyebab kematian nenek tua ini? Kamulah yang seharusnya di salahkan karena kamu tidak memiliki pendirian dan kamulah penyebab semua kekacauan ini. Kamu itu sudah membunuh nenekmu sendiri. Sudah tahu dia penyakitan tapi kamu..."
Belum juga menyelesaikan perkataannya, Vicky sudah mencengkram rahang Mauren. Matanya memancarkan kemarahan yang luar biasa setelah mendengar perkataan mereka. Dia tidak terima di salahkan. Keduanya memiliki sifat egoisme yang tinggi, sama-sama tidak mau kalah dan tidak mau mengalah.
"Saya menyesal telah meninggalkan Eliza demi dirimu, saya menyesal memilih wanita egois dan ternyata kasar seperti kamu, saya menyesal!" sentak Vicky melepaskan cengkraman tangannya dari pipi Mauren.
"Ck, sekarang kamu baru berkata menyesal tapi kemarin-kemarin kamu justru membanggakan. Seharusnya kamu berpikir dan menyadari kalau saya bukan orang yang mudah mencintai. Seharusnya kamu sadar kalau kehadiran saya bukan hanya karena cinta." Mauren tak lagi berpura-pura manis di depan Vicky, ia ingin menunjukan sisi lain dari seorang Mauren yang memang sedari dulu tidak pernah mencintai pria dengan tulus. Baginya cinta itu basi, baginya cinta itu kebodohan dan baginya cinta itu palsu. Dia lebih mencintai harta dari setiap pasangannya karena baginya, harta adalah segalanya.
Vicky terdiam mencerna perkataan Mauren. "Apa maksudmu?"
"Hahahhaaha kau bodoh, Vicky. Saya mendekatimu karena saya hanya ingin menumpang hidup denganmu. Dan saya tidak pernah mencintaimu!"
Deg...