Perjalanan hidup keluarga Pak Diharjo yang sehari harinya sebagai penyadap karet.
Keluarga pak diharjo adalah keluarga sederhana bahkan terkesan sangat sederhana, namun begitu cukup bahagia sebab anak anaknya rukun dan saling sayang.
Pak diharjo memiliki enam orang anak, satu laki laki lima perempuan.
Bu kinasih adalah istri Pak diharjo memiliki watak yang sabar dan penyayang walau pun sedikit cerewet.
Sabar terhadap suami, penyayang terhadap suami dan anak anaknya namun cerewet hanya kepada anak anaknya saja.
Adira adalah anak sulung Pak Diharjo dan Bu Kinasih memiliki watak yang keras pemberani tegas galak namun penyayang juga.
Dimas anak kedua Pak harjo dan Bu asih juga wataknya juga keras kepala pemberani namun sedikit kalem tidak ugal ugalan seperti anak anak remaja seusianya.
Dimas adik yang cukup perhatian pada kakaknya, suka dukanya sejak kecil slalu ia lalui berdua dengan sang kakak.
Namun kebahagiaan keluarga itu berubah sejak dimas memutuskan untuk menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syahn@87, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertama Kalinya Dimas Menampar Wanita
Ga mau ahk, aku mau nya nemani kamu disini aja., jawab sang mandor lagi.
Ck! saya tuh mau istirahat, dimana mana orang istirahat itu ga butuh mandor., jawab adira semakin muak melihat mandornya.
Adira masih duduk dengan santai nya, sedang si mandor juga duduk didekatnya dengan ocehan yang tidak jelas membuat adira ngantuk.
Ck! bikin kesel! ga ngena ngenakin orang lagi istirahat., kesal adira sambil berdiri membawa pedangnya, ia kembali dengan pekerjaannya membuat teman temannya semakin jauh tertinggal.
Pukul 11:00 lewat 20menit adira sudah sampai batas targetnya, ia pun langsung tepar dibawah pohon sawit, dengan berbantal balok kayu yang tidak begitu besar ia berbaring sambil menunggu jam 12:00, sebab walau target sudah tercapai tapi kalo belum tepat jam 12:00 siang karyawan belum boleh keluar dari tempat kerja.
Sedang teman temannya masih pada kerja, namun ada juga sebagian yang juga sudah sampai perbatasan target.
Setelah tiba pukul 12:00 siang adira pun bangun dari baringnya, ia segera bangkit untuk melangkah pulang.
Diraa! yuk aku antar pulang., ujar mandornya yang tiba tiba muncul dari belakangnya.
Adira menoleh memperhatikan sang mandor, detik kemudian ia kembali memperhatikan jalannyajalannya sambil mengucapkan,,,
Malas ahk!, jawab adira sambil terus melanjutkan langkah nya.
Adira terus melangkah menyusuri semak belukar, seperti biasa ia hanya sendirian mengikuti jalan pintas agar bisa segera sampai, berusaha ia lawan rasa lelah yang mulai menyerangnya terutama dibagian kaki.
"Sepertinya aku harus bisa nekat ini mah, kalo ga gitu aku ga bakal bisa pergi, lebih baik aku manfaatkan waktu ku untuk membantu orangtua ku dari pada harus di buang seperti ini.," gumam adira ditengah langkahnya.
"
"
"
Sedang di sisi lain.....
Ck! lama sekali sich si lina! disuruh cari rokok lama amat ga balik balik lagi!, omel dimas kesal.
Sedang yang ditunggu malah sibuk menanggapi ocehan ibu ibu kang gibah yang biasa nongkrong di warung sambil minum es rasa rasa.
Rajin amat suamimu lin jam segini sudah pulang aja dari ladang, jam berapa emang kalian pergi nyadap tadi?, tanya salah satu ibu ibu yang juga hobi nongkrong di warung itu.
Iya, jam 05:00 subuh kami sudah pergi, suamiku emang rajin, orangtua nya juga kan punya kebun karet jadi dia sudah terbiasa nyadap., jawab lina bangga.
Waahhh pantes jam segini sudah pulang ya, suamiku malah masih nyadap jam segini belum selesai., sahut si ibu yang lain.
Suami mu baik ya lin, aku lihat kalian romatis sekali kemana mana slalu berdua., tanya si ibu yang lain pula.
Iya lah, kalo ga baik mana aku mau., jawab lina bangga sambil tersenyum puas.
Begitulah adanya, marlina terlena oleh pujian pujian orang orang yang merasa kagum karna kepintaran nya dalam memilih suami, begitulah anggapan nya dalam hati.
Setelah lebih dari satu jam ia ikut ngerumpi dengan para ibu ibu rumpi ia pun baru ingat untuk pulang, pak johari dan istrinya belum pulang, kedua nya masih sibuk di sawah untuk mengurus tanaman padi dan sayur mayur nya.
Begitu marlina masuk ke dalam rumah mulutnya tak sempat berkata apa apa dan tiba tiba,,,,
Plak!!!
Plak!!!!
Dua tamparan yang tak pelan itu mendarat tiba tiba di pipi marlina, seketika airmata marlina pun keluar begitu saja.
Aku cuma menyuruhmu beli rokok diwarung belakang rumah yang jaraknya tak sampai 10meter dan itu bisa memakan waktu sampai lebih dari satu jam memang nya kau ke warung itu ngesot!!!!, bentak dimas murka.
Dan inilah pertama kali nya dimas menampar seorang perempuan dan itu istrinya sendiri.
Entah kemana perginya rasa cinta dan sikap lemah lembutnya selama ini, tiba tiba bisa sirna begitu saja.
Bersyukur tania anak marlina dari suami pertamanya juga tidak ada di rumah itu, karna tania slalu dibawa neneknya ke sawah.
Marlina hanya bisa diam membisu mendapat tamparan dari sang suami, ia tak berani bersuara, di mata nya dimas sangat seram saat sedang murka, matanya merah sedang wajahnya merah padam, hanya airmata yang terus mengalir menemani keterkejutan nya.
Jawab pertanyaan ku jangan hanya diam saja kau!, ujar dimas lagi, kali ini suara nya pelan namun dibarengi dengan sebuah tendangan yang tak terlalu kencang tapi cukup membuat marlina terjengkang.
Maaf mas aku tadi di ajak ngobrol sebentar sama ibu ibu diwarung., jawab marlina lirih.
Apa!!! sebentar katamu!!!! satu jam lebih kau pergi kau bilang sebentar!!!, seru dimas kembali murka sambil menjambak rambut istrinya, ia benar benar sangat murka mendengar alasan yang di ucapkan sang istri.
Sekali lagi kau seperti ini kalo ku suruh ga ada ampun untukmu!!, sentak dimas sambil mendorong kepala sang istri untuk melepaskan jambakan nya di rambut istrinya.
Dimas lalu gegas mengambil rokoknya, ia sudah sangat lelah sejak tadi dan ingin segera merokok sambil istirahat tapi ternyata tak sesuai harapan.
Dimas pun segera masuk kedalam kamarnya sambil membanting pintu, tapi tak ada suara karna pintu itu sudah turun sebelah sebab engselnya sudah rusak.
Istri sialan!! ga berguna!! disuruh beli rokok saja malah ngerumpi diwarung!!, omel dimas sambil menyulut sebatang rokok dan duduk di sisi ranjang bersandar dinding rumah yang terbuat dari papan itu.
Sedangkan marlina masih menangis di ruang tamu sambil memegangi pipi dan kepalanya yang sakit akibat ditampar dimas dan dijambak, pasalnya dimas tak cuma menjambak tapi juga menarik rambut nya, marlina juga sangat sangat terkejut mendapati sikap dimas yang tiba tiba berubah menjadi kasar.
Setelah menghabiskan 3batang rokok sambil menghayal tidak jelas tiba tiba dimas baru ingat akan istrinya.
Dimas pun keluar bermaksud mencari keberadaan istrinya sebab istrinya tak datang datang menghampiri nya, karna biasanya lina tak mau jauh darinya.
Dan ketika dimas mendapati istrinya di ruang tamu dalam keadaan menangis tiba tiba hatinya iba melihat istrinya, seperti yang baru tersadar segera ia hampiri dan ia sentuh pundak sang istri, lalu ia hapus airmatanya detik kemudian ia peluk sayang, dituntun nya marlina berdiri dan dibawa masuk ke kamar untuk ia baringkan.
Sambil ia peluk istrinya ia pun berbisik.,,,,
Maafkan mas sayang, mas tadi emosi, mas juga ga tau kenapa tiba tiba bisa se emosi itu., bisik dimas sambil memeluk istrinya.
Marlina hanya diam dan masih menangis didalam pelukan sang suami, pipinya masih terasa panas perih, tamparan dimas tidak main main.
Untung nya wajah marlina hitam, jadi tidak terlalu terlihat bekas tamparan nya, hanya saja rasanya yang tak bisa disembunyikan.
Dimas terus memeluk istrinya, sambil mengusap usap rambutnya, hingga lama kelamaan ia pun terlelap didalam pelukan sang suami, dan disusul dimas sendiri yang ikut terlelap.
Hingga hari menjelang sore pasangan suami istri itu baru terbangun, marlina kembali memegangi pipinya, masih cukup terasa nyerinya, namun ia tak bicara apa apa, ia segera bangun untuk masak makan malam, ia jadi takut jika ia terlambat masak takut suaminya marah lagi.
Di dapur lina bertemu ibunya, ternyata ibunya sudah duluan masak, bahkan sudah hampir selesai.
Mamak masak apa?, tanya marlina.
Ini masak ikan sama tumis kangkung, suami mu suka kan?, jawab sang ibu di iringi pertanyaan untuk memastikan, bu nani ibu dari marlina memang sangat sayang pada dimas.
Iya mak, suka kok mas dimas., jawab marlina.
Bu nani tersenyum, ia nampak semangat setelah mendengar jawaban dari sang putri.
Marlina juga tidak cerita pada sang ibu apa yang sudah terjadi tadi siang pada dirinya dari sang suami, marlina bersikap seolah tidak terjadi apa apa.
Lin cuci muka sana, habis itu angkatin ini makanan bawa ke depan, panggil suami mu kita makan sama sama., ujar bu nani.
Iya mak., jawab marlina sambil melangkah menuju kamar mandi.
Sementara dimas ia sedang menggendong tania membawa nya ke warung untuk jajan, setelah itu ia membawa tania jalan jalan santai dihalaman rumah, dan tania sendiri anteng dalam gendongan dimas sambil makan jajan yang dimas belikan tadi.
Semangat ya buat othor. oiya Kapan2 mampir2 ya kak ke ceritaku juga. 'Psikiater, Psikopat dan Pengkhianatan' mksh