Albert Smirt, mafia kejam yang ditakuti semua orang. Dan yang membuat kita tahu bahwa mafia ini juga sering bermain dengan wanita mal4m maupun wanita pengh1bur untuk memenuhi kebutuhannya. Namun saat ia bertemu dengan seorang wanita yang bernama Bella/Bellinda dari sebuah insiden, membuat dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama dan merubah dirinya menjadi pria yang sangat posesif hingga membuatnya candu. Bagaimana selanjutnya?
"Kita mulai yah!" kata Albert.
"Tapi, mungkin ini sakit," ucap Bella.
"Aku tidak akan menyakitimu, Sayang. Jadi kita mulai yah!" ucap Albert sekali lagi yang di jawab anggukan kepala oleh Bella.
penasaran? yukk baca!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aery_your, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jadian
"I LOVE YOU!"
Keesokan harinya. Tangan Albert melingkar di atas perut Bella. Saat ia membuka mata Bella tersadar akan perbuatan Albert yang menciumnya sampai tertidur pulas. Ia memegang bibirnya lalu melipatnya kedalam membuat jantungnya berdegup kencang.
Saat ia melirik kesamping, ia melihat wajah tampan Albert sang mafia yang tertidur pulas dan tenang. Wajah tampannya membuat Bella tersenyum manis.
Setelah beberapa detik ia memperhatikan wajah Albert ia dengan cepat menutup mata saat tahu Albert tengah bangun.
"Bella aku mencintaimu," bisik Albert ditelinga Bella. Dan saat itu pula pelukan Albert semakin erat membuat kedua mata gadis itu terbuka lebar.
Albert yang menyadari tingkahnya sontak terkekeh dan memberi kecupan pada dahi gadis itu.
"Morning Bella Sayang?"
"Mo morning Albert."
Albert mendengar sapaan Bella langsung mengernyitkan dahi dan melepas pelukannya menghadap langit-langit kamar.
"Aku tidak ingin kamu memanggil namaku lagi."
"M maksud kamu?"
Albert kembali membalikkan tubuhnya menghadap Bella. "Aku mau kamu memanggil aku dengan sebutan, Sayang!"
"Ta tapi--"
"Tidak ada tapi-tapian! Sekarang ayo bangun mandi lalu sarapan!" pinta Albert.
Tanpa membalas ucapan Albert Bella hanya diam menatap Albert tanpa berkedip.
"Apa kamu ingin mandi bersamaku, hah?" goda Albert.
Spontan Bella menggeleng, menarik selimut menutupi tubuh dan wajahnya membuat Albert kembali terkekeh.
Sementara Joe dan Frans kini sudah berada di meja makan dengan setelan hitamnya mencicipi sarapan dihadapannya.
Setelah beberapa menit kemudian, suara pintu lift terbuka dan terlihat Albert tengah mendorong kursi roda Bella dengan wajah bahagianya. Semua orang termaksud kedua saudara sepupunya itu mengernyitkan dahi heran.
Saat Albert dan Bella telah sampai di meja makan, ia membantu Bella menyiapkan sarapan dan hal itu membuat mereka yang ada di sana semakin heran dibuatnya.
"Sekarang kamu makan yang banyak, agar kamu cepat sembuh dan bisa ke kampus lagi," ucap Albert.
Mendengar kampus Bella tersenyum dan mengangguk semangat, "Iya. Aku juga sangat merindukan kampus," ucap gadis itu bahagia.
"Asal bukan pria culun yang menyuapimu kemarin," bisik Albert.
"Pria culun? Kenapa Albert bisa tahu pria culun yang menyuapiku? Apa dia melihatnya? Atau ada yang mengadu kepadanya?" gumam Bella dalam hati melirik Mika yang tersenyum padanya.
"Ehem." Joe berdehem membuyarkan mereka berdua. "Ada apa ini Kak, apa hubungan kamu dengan wanita ini?" tanya Joe sambil mengunyah makanan.
Albert berdecih lalu berdiri tepat disamping kursi yang berdekatan dengan Bella. "Aku umumkan sekarang, bahwa aku dan Bella sudah jadian. Dan ku harap kalian bisa melayani kekasihku ini dengan baik dan juga menjaganya!"
Mendengar itu Frans menjadi tegang, ia mengepalkan tangannya di atas meja sambil melirik Albert dengan tatapan tajamnya. Sepertinya Frans tidak menyukai berita baik ini.
Prok
Prok
Joe bertepuk tangan disusul Mika dan para anggotanya yang juga ikut mendengar. Beda dengan para pelayan wanita yang lain, mereka berbisik tak suka mendengar kabar jadian Albert dan Bella. Ada yang patah hati pula, ada juga yang memutar bola matanya malas terhadap Bella. Tapi mereka tak bisa apa-apa karena itu pilihan dari tuannya.
"Apa kalian bahagia?" tanya Albert pada semuanya.
"Wahh, aku sangat bahagia mendengar berita baik ini, Kak Albert," jawab Joe.
"Frans, apa kau bahagia?" tanya Albert menaikkan alisnya.
Mendengar pernyataan itu sekali lagi, Frans mengangguk dan tersenyum paksa. "Yah.. why not," jawabnya melirik Bella sekilas. Ia pun kembali memakan makanannya.
"Kalau begitu, mari kita lanjut makan!" ujar Albert dan mereka pun kembali memakan sarapannya.
***
Kali ini Bella dan Mika tengah berada di halaman belakang mansion bersama beberapa orang pria yang menjaga Bella. Mika terlihat kegirangan saat mengetahui nonan-nya sudah jadian pada tuan muda Albert. Hingga Bella kembali menyentuh bibirnya. Bayangan kecupan dan wajah Albert membuat jantungnya kembali berdegup kencang. Dan hal itu di perhatikan oleh Mika.
"Nona," panggil Mika membuyarkan lamunannya.
"A ah i iya. Ada apa?"
"Apa Nona baik-baik saja?"
"Hum aku baik-baik saja," jawab Bella tersenyum kikuk.
"Tapi kok wajah, Nona jadi merah begitu?" goda Mika mencolek Bella.
"Eh!" Bella terpekik. "Jangan, Mika. Aku geli."
"Hahahah! Ayo, Nona jawab! Jangan malu-malu begitu," tekan Mika kembali menggelitik pinggang Bella.
Bella menggeleng sambil tertawa. Ia tak ingin menjawab apa yang Mika tanyakan. Sebab apa yang ia rasakan akan membuatnya malu apabila ia menceritakan kejadian kemarin malam bersama Albert.
Sedangkan Frans yang berada di kamarnya tengah memperhatikan Bella dari jauh. Ia bergumam, "Kenapa mereka bisa jadian secepat ini?" kesalnya tak percaya. Ia menghelai napas beratnya, lalu berdecih.
"Aku harus mengubur perasaan ini dalam-dalam terhadap Bella. Aku tidak ingin apabila hubunganku dengan Albert hancur karena perasaanku ini terhadap Bella, yang belum tentu dia juga menyukaiku."
Dan benar saja, mau tidak mau, Frans merelakan Bella untuk saudara sepupunya itu. Sebab tidak mungkin kebahagiaan Albert ia renggut demi kebahagiaannya.
Hingga beberapa menit kemudian suara ponselnya berdering. Dan itu menunjukkan panggilan dari Mark.
"Halo Mark? Ahh iya, aku akan segera kesana."
Panggilan itu pun terputus. Frans pun pergi meninggalkan mansion.
Di dapur.
"Ih.. kenapa, Tuan Albert bisa jadian dengan, Bella sih? Kan aku jadi kesal mendengarnya," kesal Tuti menghentakkan kakinya di atas lantai.
"Lah.. mau apalagi. Itu pilihan, Tuan Albert. Sekarang aku tidak mau ikut campur lagi, Tuti. Biar, Tuan pilih apa yang dia mau. Toh.. juga kita tidak ada hak," sembari mengiris sayuran.
Mendengar itu Tuti memutar bola matanya malas. Ia pun pergi meninggalkan Lisa disana. Sementara Lisa hanya menggeleng.
Setelah jauh dari Lisa, ia segera mengambil ponselnya di saku bajunya. Ia mencari nomor Chelsea. Setelah ia mendapat nomor Chelsea ia pun segera menghubunginya.
"Halo, Nona. Ada kabar yang harus, Nona dengar."
"Katakan!"
"Tuan Albert dan Nona Bella sudah resmi jadian."
"Apa?" teriak Chelsea di ujung telepon sana.
"Iya, Nona," pekik Tuti menjauhkan ponselnya. Tanpa mendapat jawaban Chelsea sudah mematikan sambungannya.
"Lah.. dimatikan. Bukannya terimakasih. Malah di matikan telponnya. Ih.. bikin kesal aja."
Tanpa Tuti sadari bahwa Mika mendengar percakapan mereka berdua.
"Dasar wanita bodoh. Dia cari masalah sama, Tuan Albert. Memang dia itu tidak punya otak," gumam Mika kesal setelah merekam percakapan mereka.
Dan terlihat Tuti pergi dari tempat itu. "Aku akan memberitahukan ini pada, Tuan Albert," ujar Mika.
***
"Sial! Pablo ada dimana lagi?"
Dia terus saja menghubungi Pablo yang dimana Pablo tidak menjawab teleponnya.
Setelah beberapa detik kemudian Pablo pun mengangkat telponnya.
"Iya, halo, Sayang?" sapa Pablo.
"Lo tahu nggak, Albert dan Bella sudah resmi jadian. Dan kita harus bagaimana?"
"Sialan! Ternyata mereka sudah jadian? Ini tidak bisa di biarkan. Gue punya rencana. Lo harus buat, Bella menjauh dari, Albert."
"T tapi.. kalau Albert tau, gimana hidup gue. Gue bisa mati di tangan Albert, Pablo. Lo tau sendiri kan, Albert orangnya kayak gimana?"
"Bodoh. Lo itu pacar gue atau bukan sih? Seharusnya lo bantu gue untuk membalas dendam gue pada, Albert. Gue akan lindungin elo kok. Jadi lo tenang saja," kesal Pablo di sana.
"Iya, Sayang. Gue akan bantu lo balasin dendam lo."
Pablo pun mematikan sambungannya. Ia berdecak kesal.
"Gue harus merebut Bella dari lo, Albert Smirt!" lirih Pablo mengepalkan tangan lalu menghentakannya dengan keras di atas nakas.
"Harus! Yah.. gue harus melakukan itu," kekeuh Pablo bersih keras untuk merebut Bella dari Albert.
Apakah Pablo akan berhasil merebut Bella dari Albert? Kita lihat nanti!