Memilik cinta yang begitu besar tak menjamin akan bertakdir. Itulah yang terjadi pada Rayyan Rajendra. Mencintai Alanna Aizza dengan begitu dalam, tapi kenyataan pahit yang harus dia telan. Di mana bukan nama Alanna yang dia sebut di dalam ijab kabul, melainkan adiknya, Anthea Amabel menggantikan kakaknya yang pergi di malam sebelum akad nikah.
Rayyan ingin menolak dan membatalkan pernikahan itu, tapi sang baba menginginkan pernikahan itu tetap dilangsungkan karena dia ingin melihat sang cucu menikah sebelum dia menutup mata.
Akankah Rayyan menerima takdir Tuhan ini? Atau dia akan terus menyalahkan takdir karena sudah tidak adil?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Menguak Kenyataan
Alvaro begitu terkejut hingga membuat tubuhnya menegang. Mulutnya pun tertutup dengan sangat rapat. Gelengan kepala pelan menandakan jika dia tak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Lu lagi nge-prank gua kan?"
Rayyan malah tersenyum mendengar pertanyaan tersebut. Diraihnya sesuatu dari saku dalam jas. Buku yang berwarna merah dan hijau dia tunjukkan di hadapan Alvaro. Juga membuka buku tersebut di mana terdapat fotonya dan Anthea.
"Apa gua lagi berbohong?"
Kaki Alvaro seketika lemas. Matanya kini tertuju pada sosok Abel yang sangat cantik.
"Bel, kamu lagi bohongin aku kan? Kamu masih sendiri kan?"
Alvaro berharap jika yang dikatakan Rayyan tidak benar. Dia masih menunggu jawaban dari perempuan di depannya.
"Maaf, Kak. Lelaki di samping aku memang suami aku."
Hati Alvaro hancur berkeping-keping. Sakitnya bukan main. Senyum tipis pun Alvaro ukirkan. Rayyan merasa tak tega kepada Alvaro. Tapi, dia juga harus membuka fakta yang sebenarnya. Walaupun menyakitkan untuk sahabatnya.
"Sorry. Gua gak bermaksud nyakitin lu."
Alvaro tercengang mendengar kata maaf yang Rayyan ucapkan. Atensinya mulai beralih pada Rayyan.
"Dan lu harus tahu fakta yang sesungguhnya," jelas Rayyan dengan sorot mata yang penuh rasa bersalah.
"Anthea ini adalah adiknya si Jalank."
Enggan sekali Rayyan menyebut nama mantannya. Mendengar namanya saja membuat darahnya mendidih. Marah, kecewa jadi satu. Hanya kebencian yang ada di hatinya sekarang.
"Dia yang menjadi pengantin pengganti di hari pernikahan gua."
Alvaro mencoba untuk melengkungkan senyum di tengah rasa sakit dan terlukanya.
"Gua harap lu akhiri perasaan lu kepada Anthea. Jangan paksaan perasaan lu karena itu akan membuat hati lu semakin sakit."
"Sekali lagi gua minta maaf, Varo."
Rasa bersalah dapat Anthea lihat hanya dari sorot mata Rayyan. Tangannya yang sudah Rayyan genggam sengaja dia eratkan. Manik mata berwarna hitam pekat itu beralih pada Anthea yang sudah tersenyum kepadanya. Dan itu tak luput dari pandangan Alvaro.
"Rayyan!"
Suara sang ayah terdengar. Anggukan kecil sang ayah menjadi kode untuknya. Dia dan Anthea pamit kepada Alvaro. Hati Alvaro begitu ngilu melihat genggaman erat tangan Rayyan dan Anthea.
Nektra sendu Alvaro masih tertuju pada Anthea yang sedang tertawa bersama Achel, keponakan Rayyan. Tangan Rayyan pun berada di pinggang Anthea dan sesekali wajah mereka mendekat dengan tawa yang begitu bahagia.
"Tuhan, ini saya hanya mimpi kan?"
.
Pintu kamar Anthea ketuk. Tak menunggu lama sang pemilik kamar membukakan pintu dengan masih memakai kemeja yang sama di acara.
"Ada apa?"
Cincin yang ada di jari manis dilepas oleh Anthea. Dia sudah menyodorkannya pada Rayyan walaupun tangan Rayyan belum mau menerima.
"Cincin ini aku kembalikan. Acaranya kan sudah selesai."
Hanya senyum tipis yang diukirkan Rayyan. Bukannya mengambil cincin yang Anthea berikan, dia malah menarik tangan Anthea dan membawanya masuk ke dalam kamar.
"Ray--"
Tak dia indahkan panggilan dari Anthea. Dia semakin membawa Anthea dan menyuruh perempuan yang sudah menjadi istrinya itu duduk di tepian ranjang besar. Dia pun mulai menatap Anthea dengan begitu dalam.
"Apa lu gak dengar apa yang gua bilang tadi di acara?" tanya Rayyan dengan penuh penekanan.
"Teruslah pakai cincin ini. Jangan pernah dilepas."
"Tapi, Ray--"
Anthea menjeda ucapannya. Ada keraguan untuk melanjutkan kalimatnya itu. Dia tidak ingin egois karena dia merasakan sendiri kalau melupakan seseorang yang pernah dicintai itu bukanlah hal yang mudah. Pasti masih ada jejak-jejak manis yang tertinggal.
"Kamu pernah bilang kalau cincin ini akan melingkar di jari manis perempuan yang seharusnya. Perempuan itu bukan aku."
Rayyan menghela napas kasar. Anthea memberanikan diri menatap Rayyan yang juga tengah menatapnya.
"Kata siapa?" tanya Rayyan dengan wajah datarnya.
"Perempuan yang pantas pakai cincin itu cuma lu, Anthea. Gak ada yang lain."
Kembali Anthea dibuat terkejut. Senyum yang begitu manis Rayyan berikan. Tangqnnyanpun sudah terukur di pipi putih Anthea.
"Mulai sekarang dan selamanya cincin itu harus terus melingkar di jari manis lu. Bukan karena gua takut lu diambil Alvaro, tapi karena gua udah sayang sama lu, Anthea."
Seketika Anthea tertawa kecil. Dia menatap serius wajah Rayyan yang tidak menunjukkan kebohongan.
"Jangan bohongi hati kamu terus, Rayyan. Kamu sudah banyak terluka."
Tanpa Anthea duga Rayyan mulai bersimpuh di depan Anthea.
"Gua emang terluka, tapi luka itu sekarang sudah menemukan obatnya, yaitu lu." Anthea pun membeku mendengarnya.
"Hanya dengan melihat lu, mendengar suara lu, amarah serta emosi gua akan kekontrol dengan sendirinya. Apalagi ketika lu peluk gua. Semua yang hancur seperti tertata kembali."
"Lu diciptakan untuk mengobati rasa sakit yang gua derita. Lu penawar dari segala luka dan kecewa. Bahkan, kehadiran lu mampu membuat gua melupakan sosok wanita haram yang selama dua tahun ini gua cintai dengan begitu dalam. Gua beneran sayang lu, Anthea."
Tak bisa berkata sedikit pun. Mata Anthea mulai menahan sesuatu yang ingin tumpah. Cincin yang Anthea genggam, kini Rayyan ambil dan pasangkan kembali ke jari manis Anthea. Dia tersenyum dan memeluk tubuh Anthea dengan sangat erat. Dan pada saat itulah bulir bening merembes membasahi pipi.
"Gua tahu lu masih belum yakin dengan apa yang gua katakan. Tapi, gua akan nyerah untuk meyakinkan lu kalau gua ini emang beneran sayang sama lu. Dan gua janji gua akan buat lu balas cinta yang gua punya."
.
Ucapan Rayyan masih belum hilang. Rasa nyaman menang selalu Anthea rasakan ketika bersama Rayyan. Namun, dia tidak mau menyimpulkan dengan cepat. Ada rasa trauma yang membuatnya tak ingin buru-buru membuka hati. Dia sudah tidak mau berurusan dengan orang ketiga yang sama dari dulu sampai sekarang. Dia sudah tidak mau terluka.
"Lukaku sudah cukup banyak. Aku tak mau terluka lagi."
Menyaksikan hujan rintik di balik jendela kamar dengan sorot mata yang kosong. Getaran ponsel membuatnya segera tersadar. Namun, segera diabaikan ketika melihat nama yang muncul.
Kembali ponselnya bergetar. Kali ini Rayyan yang menghubunginya.
"Siap-siap, ya. Kita makan malam di luar."
"Tapi, Ray--"
"Enggak ada penolakan, Anthea. Lima belas menit gua sampai."
Baru juga hendak berucap, panggilan itu sudah Rayyan akhir dan itu membuat Anthea mendengkus kesal. Sesuai dengan ucapan Rayyan, lima belas menit kemudian dia sampai. Senyumnya melengkung indah ketika Anthea sudah cantik dengan make up yang begitu tipis.
"Jangan makan di restoran hotel. Makanannya gak buat kenyang."
Rayyan tertawa. Semenjak dia mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya, sikap Anthea sedikit berubah. Namun, itu tak masalah. Dia sudah berjanji akan terus berjuang untuk membuat Anthea jatuh cinta padanya.
Mereka sudah memesan makanan. Rayyan sedari tadi menatap Anthea dengan sorot mata penuh dengan cinta.
"Kenapa sih?"
Senyum Rayyan mengembang ketika melihat wajah Anthea yang bersemu menahan malu.
"Cantik."
"Basi!" Rayyan pun tertawa.
Di meja yang lain, ada yang tengah memperhatikan interaksi mereka berdua. Di mana Rayyan dan Anthea terlihat begitu akrab dan sesekali tawa lebar dari keduanya terlihat jelas. Apalagi, Rayyan memperlakukan Anthea dengan begitu baik.
"Kalian sudah tertawa dan bahagia di atas kesakitan orang lain. Jangan harap kebahagiaan kalian akan bertahan lama."
...*** BERSAMBUNG ***...
Boleh minta komennya? Kalau boleh banyakin ya komennya ...
aku dah baca kak , tapi baru 1 bab , ini baru bisa dan sempat buka NT . pasti lanjut baca lah kak . seru juga bikin greget .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍 bonchap nya ditambah lagi juga masih mau kak fie
oke otw ke yg baru