Dinda ayu pratista adalah seorang gadis cantik,yang harus menelan kekecewaan saat tahu jika dirinya sedang berbadan dua.
Hidupnya berubah setelah laki-laki yang menjadi temannya, tanpa sadar merenggut kesuciannya.
Saat mengetahui jika temannya itu akan menikah,dinda pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kehidupannya sekarang.
Dia pun berharap dapat melupakan kejadian malam itu dan memulai hidup baru.
Kini dinda pun di karuniai seorang putra tampan yang memiliki wajah sama persis dengan teman laki-lakinya itu.
Sampai di suatu saat,takdir pun mempertemukan mereka kembali dengan keadaan yang sedikit berbeda.
Akankah dinda jujur pada temannya itu, jika sudah dia memiliki anak darinya?
Dan apakah dinda akan memberitahu putranya,jika temannya itu adalah ayah biologisnya?
Ikuti kisah selanjutnya sampai selesai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAMM 7
Sama halnya dengan gevano, laki-laki yang melihatnya pun sama-sama mematung. dirinya dapat melihat, jika wajah mereka hampir mirip.
"Raf. Lagi ngapain di sini. Katanya lo mau cari makan?" seru temannya.
Dan ternyata, laki-laki tampan yang memiliki wajah sama persis seperti gevano, ternyata adalah raffael.
Belum lama ini, Raffael dan roy memang sedang berada di bandung. tepatnya mereka berdua sama-sama tinggal di desa, yang sama dengan dinda.
Di sana mereka sedang menyurvei tempat, yang akan di bangun sebuah villa. kebetulan orang tua raffael, mempunyai tanah di desa itu, sehingga raffael memutuskan untuk membangun sebuah villa di sana.
"Raf, itu anak siapa? Kok mirip sama, lo?" celetuk roy, terkejut.
Raffael mendelik, menatap tajam roy yang tak hentinya menatap kearahnya dan gevano bergantian.
"Gue, juga enggak tahu." jawab raffael,singkat.
Roy pun segera menghampiri gevano. "Anak kecil, kamu di sini sedang apa?" tanyanya, tersenyum.
Gevano menatap tajam, pada roy yang sedang tersenyum. "Aku punya nama paman. Dan nama ku, va-no. Dengal ya, nama ku va-no!" ucapnya ketus.
Roy seketika tertawa, saat melihat sikap gevano yang terlihat menggemaskan di matanya. apalagi dengan cara bicara gevano yang cadel, membuatnya semakin menggemaskan.
"Jangan panggil paman juga dong. Panggil om, ya." protes roy.
Gevano mengangguk. "Kalau boleh tahu, nama om siapa?" tanyanya polos.
"Kenalin nama om, roy. Jadi panggil saja om roy, ya." jawab roy, mengulurkan tangannya kehadapan gevano.
Gevano pun, menerima uluran tangan roy dan tersenyum. "Jadi aku panggil, om loy, yah."
Roy yang mendengar perkataan gevano, langsung tertawa keras. dia semakin gemas, dengan cara bicara gevano yang tidak bisa menyebutkan huruf R.
Gevano seketika cemberut saat tahu, jika roy sedang menertawakannya.
Kini tatapan gevano kembali tertuju pada raffael, yang tidak mengalihkan pandangan dari dirinya. "Kalau om tampan, siapa namanya?" tanya gevano.
Raffael pun berjongkok mendekati gevano. "Nama om, raffael. Jadi kamu bisa panggil om Raffa saja." ujarnya, mencubit pipi tembem gevano.
Gevano pun tersenyum. "Ciaaap om laffa." serunya antusias.
Lagi-lagi roy kembali tertawa, saat mendengar gevano memanggil nama raffael dengan cadel. hari ini dirinya merasa terhibur, dengan melihat gevano yang baru saja dia kenal.
Begitu pun dengan raffael yang terlihat merasa nyaman, saat dekat dengan gevano yang baru saja dia kenal. seakan dirinya mempunyai ikatan batin, yang kuat dengan gevano.
"Kamu di sini sedang apa,vano?" tanya raffael penasaran, menatap gevano lekat.
"Aku ikut mamah kelja, om." jawab gevano, tersenyum.
Raffael terkejut, saat mengetahui jika gevano ikut orang tuanya bekerja. dia pun menjadi penasaran dengan sosok orang tua, yang membawa anak sekecil itu ke tempat kerja.
"Orang tua mu yang mana, vano?" Kini giliran roy yang bertanya.
Gevano pun, berusaha mencari keberadaan dinda. seketika dia tersenyum, saat orang yang dia cari, sedang melayani pelanggan.
"Itu mamah ku, om." seri gevano, menunjuk ke arah dinda yang sedang membelakanginya.
Raffael dan roy pun, mengikuti arah jari telunjuk gevano. mereka pun dapat melihat, sosok wanita berambut ikal dengan tubuh semampai yang sedang melayani para pelanggan.
Raffael tidak melepaskan pandangannya dari dinda. dia merasa penasaran, dengan wajah orang tua gevano itu.
Berbeda dengan roy, yang kembali menatap gevano. "Vano, kalau mamah mu bekerja. Sekarang papah kamu dimana?"
Gevano terdiam, mendengar pertanyaan roy membuatnya bingung harus menjawab apa?
Drrrrt... Drrrrt... Drrrrt...
Sebelum gevano menjawab, tiba-tiba saja atensi raffael dan roy teralihkan pada ponsel roy yang berdering.
"Siapa?" tanya raffael, menatap roy.
Roy pun memperlihatkan layar ponselnya. "Pak rudi. Sepertinya dia sudah menunggu kita, raf." ujarnya, yang kemudian segera menerima panggilan.
Dia pun pergi sedikit menjauh, agar tidak terganggu oleh suara berisik di sekitarnya.
Sementara itu raffael, tetap berada dekat dengan gevano. entah mengapa, hatinya merasa sangat damai saat berada dekat dengannya.
"Vano, om sangat senang bisa bertemu dengan kamu. Om, harap kita bisa bertemu lagi." Raffael mengusap, lembut pipi chubby gevano.
Gevano tersenyum, merasakan sentuhan raffael yang selama ini tidak dia dapatkan, dari sosok seorang papah.
Meskipun inces selalu memperlakukan gevano, seperti anaknya. namun tetap saja gevano dapat merasakan, jika sentuhan raffael lah yang mampu membuat hatinya menghangat.
"Aku juga... senang bisa ketemu om laffa. Kapan-kapan, om main ke lumah aku. Di sana kita main pelmainan mobil-mobilan punya, aku." sahut gevano, yang tiba-tiba menyentuh pipi raffael.
Raffael mengangguk dan tersenyum, mengusap puncak kepala gevano. setelah itu dia pun berdiri, seketika dia melihat pada sosok wanita yang menjadi orang tua gevano.
Entah mengapa rasanya berat baginya, untuk pergi dari sana.
"Raf, kita harus menemui pak rudi sekarang." Roy menatap raffael, yang sedang menatap dinda yang membelakangi mereka.
Raffael seketika melirik dan mengangguk, akhirnya dia dan Roy pun pergi dari sana.
Gevano tersenyum melambaikan tangan, menatap kepergian raffael yang semakin menjauh.
Dia pun melanjutkan bermainnya, meskipun harus sendirian lagi.
...****************...
Di mobil, raffael terlihat melamun, setelah pertemuan singkatnya dengan gevano, membuat ada perasaan asing yang singgah di hatinya.
Roy yang menyadari itu pun, menatap heran pada temannya itu. "Raf, lo kenapa?" tanyanya.
Raffael tersentak, mendengar ucapan Roy yang memanggilnya.
"Gue enggak apa-apa, roy?" jawabnya dingin.
Roy pun mengangkut bahu acuh, dan tidak lagi bersuara. mereka pun segera pergi dari sana, untuk menemui orang yang akan membangun villa milik raffael.
...****************...
Hari ini dinda pun pulang tidak terlalu malam, sebab ada gevano yang ikut bersamanya.
Sesampainya di rumah dinda, segera memandikan dulu gevano.
"Mah, tadi ada om tampan nyampelin aku." Gevano yang sedang mandi pun, membuka suaranya.
Dinda tersenyum tipis. "Oh... ya. Kok mamah tidak tahu?" tanyanya pelan.
"Mamah sih...sibuk kelja, jadi enggak bisa kenalan, sama om tampan." Gevano mendelik, saat dinda menggodanya.
Dinda tersenyum tipis, mendengar gevano yang sedang menggerutu. "Ya udah, maafin mamah. Nanti kamu bisa kenalin, om tampan sama mamah." ujarnya, sambil mengeringkan badan gevano.
"Mah...!" panggil gevano pelan.
Dinda yang sedang, mengambil baju gevano pun menoleh. "Ya, ada apa vano?" tanyanya lembut.
Gevano terdiam sejenak, tak berselang lama dia pun membuka suaranya kembali.
"Mah, vano ingin bertemu dengan papah!"
Dinda terdiam, saat mendengar keinginan vano. hatinya merasa sakit, saat tahu jika gevano kini sudah mulai mengerti, dengan keadaannya sekarang ini.
"Mamah jangan malah, ya?" Gevano segera memeluk tubuh dinda, yang hanya terdiam.
Dinda mencoba tersenyum, meskipun hatinya sedih. "Mamah tidak marah, sayang. Sekarang kamu pakai baju dulu, ya?" sahutnya mengalihkan pembicaraan.
Gevano mengangguk pelan, hatinya merasa kecewa sebab dinda tidak menanggapi keinginannya.
Setelah selesai memakaikan gevano baju, dinda pun segera menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.
Mereka pun makan malam dengan tenang. seketika dinda dapat melihat gevano, yang berubah menjadi pendiam.
"Vano... kenapa kamu diam saja?" tanya, dinda, menatap gevano lekat.
Gevano tertunduk. "Vano ingin, beltemu dengan papah, mah. Vano ingin tahu, bagaimana wajah papah. Vano ingin belmain dengan papah, sepelti teman vano yang lain." ucap gevano pelan.
Seketika dinda mendekati gevano dan membawanya ke pelukannya. "Maafkan mamah, Vano. Belum bisa mewujudkan keinginan Vano. Maafkan mamah.... " lirih dinda, tiba-tiba saja menangis.
lanjut Thor 🥰