Kejadian tak terduga di pesta ulang tahun sahabatnya membuat seorang gadis yang bernama Recia Zavira harus mengandung seorang anak dari Aaron Sanzio Raxanvi.
Aaro yang paling anti wanita selain ibunya itu, tiba-tiba harus belajar menjaga seorang gadis manja yang takut dengan dirinya, seorang gadis yang mengubah seluruh dunia Aaro hanya berpusat padanya.
Apakah dia bisa menjadi ayah yang baik untuk anaknya?
Apakah dia bisa membuat Cia agar tidak takut dengannya?
Dapatkan dia dan Cia menyatu?
Dapatkah Cia menghilangkan semua rasa takutnya pada Aaro?
Ayo baca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZaranyaZayn12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Tiga
"Risa ayo, Cia udah laper." Ajak Cia yang sedang menarik tangan Risa dengan cepat. Bel istirahat baru saja berbunyi, hal itu membuat Cia langsung saja menarik tangan Risa dengan terburu-buru.
Sepertinya gadis muda itu memang sudah benar-benar lapar hingga tidak sabaran untuk sampai di kantin dan segera makan.
"Sabar Cia, Lo gak liat? Ini rame banget." Geram Risa karena banyaknya orang yang ingin pergi ke kantin hingga menyebabkan mereka hampir berdesak-desakan untuk memasuki kantin.
"Ayo Risa! Kita pasti bisa! Kita bisa nyelip. Kan kita kecil. Ayo cepat." Ujar Cia dengan semangat empat limanya.
Mereka pun akhirnya memasuki kantin setelah semua perjuangan yang telah mereka lewati.
"Kita duduk di mana?" Tanya Cia dengan bingung.
Pasalnya, semua tempat duduk kantin sudah penuh. Itu yang membuat Cia bingung.
"Risa! Sini!" Teriak Rion melambaikan tangannya membuat wanita itu menoleh dengan cepat.
"Ayo Ci! Kita ke sana." Ujar Risa yang langsung menarik tangan Cia menuju kursi Rion dan yang lainnya.
"Duduk sini!" Ujar Rion menepuk kursi yang ada di sebelahnya yang langsung di turuti oleh Risa.
"Cia duduk di mana?" Tanya Cia bingung.
Bagaimana tidak bingung? Semua kursi di sana sudah di isi dengan Aaro, Rion, Zaki, Dita, Aisyah, dan Dikru membuat Cia tidak mendapatkan tempat sama sekali.
"Duduk di sini Ay." Ujar Aaro menarik tangan Cia dengan lembut kemudian mendudukkan istrinya itu ke tempat duduknya.
"Kak Aaro duduk di mana?" Tanya Cia heran.
Jika Aaro memberikan tempat duduknya untuk Cia, jadi laki-laki itu duduk di mana? Heran Cia dengan kepalanya yang sibuk memperhatikan sekitarnya, mencari kursi untuk Aaro duduk.
"Bentar ya Ay." Ujar Aaro kemudian berjalan ke meja samping mereka. Laki-laki terlihat berbincang sebentar kemudian mengangkat salah satu kursinya ke arah meja mereka.
"Geseran Ay." Ujar Aaro yang membuat Cia menggeser kursinya ke sebelah kirinya.
Jadi sekarang Aaro duduk di antara Cia dan juga Aisyah. Namun, kursi Aaro agak di miringkan ke arah Cia membuat Aisyah kesal karena merasa agak di belakangi oleh Aaro.
"Kamu udah pesen makan?" Tanya Aaro mengusap pipi Cia lembut yang menambah masam wajah Aisyah.
"Iya deh iya, dunia serasa cuma milik berdua doang ya Aa." Ujar Zaki menyindir Aaro.
"Kalian mau pesan apa?" Tanya Zaki menatap ke arah Risa dan juga Cia.
"Cia mau baso Zaki, boleh?" Ujar Cia dengan semangatnya yang langsung di bantah oleh Aaro.
"Gak boleh! Makan nasi soto aja, ada nasinya." Ujar Aaro yang membuat Cia cemberut.
"Cia mau baso Kak!" Cemberut Cia.
"Nanti kamu masuk angin Ay, kan kamu belum makan nasi tadi pagi, cuma sarapan roti doang." Ujar Aaro yang menambah lengkungan bibir mungil itu.
"Yaudah! Aku pesen bakso, kamu pesen nasi soto. Nanti kamu cobain bakso aku aja ya?" Saran Aaro yang di angguki oleh Cia dengan antusias.
"Nah! Cocok!" Ujar Cia mengacungkan kedua jempolnya dengan senang membuat Aaro mengacak rambut itu gemas.
"Ki, gue bakso sama Cia nasi soto ya, tolong." Ujar Aaro yang di angguki oleh Zaki.
"Ayo Dik," Ujar Zaki yang di angguki oleh Dikru kemudian berjalan ke arah stan makanan.
"Hmmm, Risa, minta yupi Cia dong." Ujar Cia mengulurkan tangannya ke arah Risa.
"Eits gak boleh!" Ujar Aaro mengambil yupi yang di sodorkan oleh Risa.
"Kak Aaro kok gitu?" Cemberut Cia memanyunkan bibirnya.
"Bukan salah gue ya Ci." Ujar Risa mengangkat kedua tangannya ke atas.
"Risa yang kasih ke Aaro!" Kesal Cia.
"Makan ini aja ya Ci?" Tanya Dita menyodorkan buah jeruk kepada gadis itu membuat kedua mata Cia berbinar.
Cia pun mengambil jeruk itu dengan antusias. "Makasih Dita!" Ujar Cia dengan senyum lebarnya.
"Sama-Sama Cia." Ujar Dita dengan senyum lebarnya.
"Gemesin banget sih?" Tanya Aaro dengan tangan yang mengusap rambut Cia sayang. Tangan kanannya mengusap rambut Cia sayang, sedangkan tangan kirinya tengah sibuk mengenggam tangan kiri Cia erat.
Aaro mengambil jeruk yang berada di tangan Cia kemudian mengupasnya hingga bersih. Diberikannya jeruk yang sudah di bersihkannya kepada Cia satu persatu.
"Makasih Kak Aaro." Senyum Cia tulus yang membuat Aaro tertegun sekejab. Cantiknya. Batin Aaro.
"Iya, habisin ya Ay." Ujar Aaro yang di angguki oleh Cia.
"Cia suka jeruknya tau Kak, ada rasa asem sama manis soalnya." Cengir Cia yang di angguki oleh Aaro.
"Nanti pulang sekolah kita beli ya?" Tanya Aaro membuat Cia menganggukkan kepalanya dengan antusias.
Setelah buah jeruk itu habis, Aaro mengusap bibir Cia yang agak celemotan dengan lembut.
"Idih manja." Sinis Aisyah yang tidak di hiraukan oleh Cia namun mendapatkan tatapan tajam dari Risa dan Aaro.
"Apasih lo? Iri? Bilang boss!" Sindir Risa secara terang-terangan membuat Aisyah menatapnya jengkel.
"Iri? Siapa juga?" Kesal Aisyah.
"Kalo gak iri kok nyambung-nyambung? Kan gue bukan ngomong ke lo." Ketus Risa.
"Udah! Jangan berantem ish." Ujar Rion melerai keduanya.
Namun, bukannya berhenti, Rion malah mendapatkan tatapan maut dari kedua orang itu.
"Oke! Terserah kalian!" Ujar Rion mengangkat kedua tangannya dengan pasrah. Dirinya tidak mau lagi membuat Risa kesal, nanti jika kencan mereka di batalkan lagi oleh gadis itu gimana? Batin Rion ngeri.
"Makanan datang!" Teriak Zaki mengalihkan tatapan mereka.
Aaro mengambil pesanannya dan Cia kemudian mulai makan dengan pelan.
"Kenapa?" Tanya Aaro ketika melihat padangan Cia yang mengarah ke arah baksonya bukan ke arah nasinya.
"Kata Kak Aaro Cia boleh nyicip baso punya Kak Aaro?" Kesal Cia membuat Aaro menepuk keningnya pelan karena lupa.
"Sini!" Ujar Aaro menyuruh agar Cia semakin mendekat ke arahnya.
Aaro pun mulai menyuapkan basonya dengan telaten.
Untung gak pake cabe kebanyakan tadi, Pikir Aaro ketika menyuapkan baso itu ke arah bibir Cia.
"Sambil makan nasi sotonya Ay." Ujar Aaro menunjuk ke arah nasi Cia.
"Iya Kak." Ujar Cia kemudian menyuapkan nasi miliknya dengan pelan.
"Kok dikit banget Ay?" Tanya Aaro gemas karena Cia yang hanya mengambil sedikit nasi miliknya namun malah banyak memakan bakso jadilah bakso di mangkuk Aaro sudah habis sedangkan nasi yang berada di piring Cia masih banyak.
"Udah Kak kenyang." Ujar Cia kemudian menyandarkan tubuhnya ke belakang kursi karena kekenyangan. Kedua tangan gadis itu mengusap perutnya pelan kemudian bersendawa pelan.
"Yaudah , ini udah." Ujar Aaro kemudian mengambil nasi Cia yang masih banyak itu kemudian memakannya membuat teman-temannya menatap Aaro heran.
Aaro selama ini tidak pernah mau memakan makanan bekas seseorang, tapi lihatlah sekarang! Laki-laki itu memakan makanan Cia karena gadis itu tidak habis tadi membuat mereka heran.
Setelah menghabiskan makannya, Aaro mengambil es jeruk milik Cia kemudian meminumnya dengan anteng.
"Udah kenyang?" Tanya Aaro ikut mengusap perut Cia yang sedang menyandar di kursi itu dengan lembut.
"Kenyang banget Kak." Ujar Cia meletakkan tangannya di atas tangan Aaro. Pandangan laki-laki itu belum juga lepas dari perut Cia membuat Cia tersenyum kecil.
Setelah mengusap perut Cia yang sudah mulai terasa sedikit menonjol, Aaro membawa tangan mungil itu ke dalam genggamannya kemudian memainkan jari-jarinya dengan pelan.
Di usapnya jari Cia satu persatu kemudian menariknya satu persatu dengan pelan.
Cia yang merasa nyaman dengan itu pun hanya membiarkan saja suaminya itu berbuat sesukanya.
"Tangan kamu mungil banget loh Ay, lucu." Ujar Aaro menunjukkan tangannya yang menggenggam tangan Cia.
Tangan Cia bahkan sudah tenggelam di dalam tangan besar Aaro membuat Aaro terkekeh.
"Lucu kan?" Tanya Aaro yang di angguki oleh Cia.
"Iya Kak, lucu. Tangan Kak Aaro gede sih." Ujar Cia menggerakkan tangan mereka ke kanan dan ke kiri.
Aaro membuka genggaman itu kemudian membandingkan panjang tangannya dengan Cia membuat mereka yang berada di sana tertawa melihat perbandingan itu
"Gila Ci, tangan lo kecil banget dah?" Tawa Dita ketika melihat tangan Cia yang bahkan tidak sampai setengah tangannya Aaro.
"Bukan tangan Cia yang kekecilan tau, tapi tangannya Kak Aaro yang kegedean!" Ujar Cia menggembungkan kedua pipinya kesal.
"Udah Ci, mending lo akuin aja kalo emang tangan lo itu mungil." Ujar Dikru yang membuat Cia bertambah cemberut.
"Tangan Cia emangnya kecil ya Risa?" Tanya Cia menatap ke arah Risa berharap wanita itu akan membelanya.
"Iya keciil, kaya tangan anak kecil yang masih TK." Ujar Risa kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Ah udah ah. Males Cia." Ujar Cia menjauhkan tangannya dari Aaro namun kembali di tarik oleh lelaki itu.
"Udah jangan di lepas! Ini rasanya pas kok! Pas banget buat gue!" Ujar Aaro kembali mengambil tangan Cia ke dalam genggamannya.
"Udah Ih, bentar lagi bel masuk udah mau bunyi, ayok kita balik ke kelas." Ajak Zaki yang di angguki oleh mereka semua.
"Let's go!" Ujar mereka kemudian bangkit dari tempat duduknya dan kembali ke kelasnya masing-masing.
"Kamu mau aku anter gak Hmm?" Tanya Aaro yang di jawab gelengan kepala oleh Cia.
"Cia sama Risa aja Kak. Kak Aaro masuk juga ya ke kelasnya, nanti kalo Kak Aaro anterin Cia dulu, keburu gurunya dateng Kak, jadi Cia sama Risa aja ya, Gapapa?" Tanya Cia yang membuat Aaro terdiam sejenak.
"Udah keduluan ada guru kalo Kak Aaro anterin Cia dulu!" Ujar Cia yang di angguki oleh Aaro.
"Yaudah Ay, kamu ke kelas gih! Jangan lari-lari oke? Hati-hati ya sayang!" Ujar Aaro melepaskan genggaman tangan mereka.
Cia melambaikan tangannya ke arah Aaro yang di balas lambaian tangan Aaro juga. Aaro meperhatikan Cia hingga gadis itu menghilang di ujung koridor dan Aaro pun bisa kembali ke dalam kelasnya.