Misca Veronica merupakan seorang pembantu yang harus terjebak di dalam perseteruan anak dan ayah. Hidup yang awalnya tenang, berubah menjadi panas.
"Berapa kali kali Daddy bilang, jangan pernah jodohkan Daddy!" [Devanno Aldebaran]
"Pura-pura nolak, pas ketemu rasanya mau loucing dedek baru. Dasar duda meresahkan!" [Sancia Aldebaran]
Beginilah kucing yang sudah lama tidak bi-rahi, sekalinya menemukan lawan yang tepat pasti tidak mungkin menolak.
Akan tetapi, Misca yang berasal dari kalangan bawah harus menghadapi hujatan yang cukup membuatnya ragu untuk menjadi Nyonya Devano.
Lantas, bagaimana keseruan mereka selanjutnya? Bisakah Cia mempersatukan Misca dan Devano? Saksikan kisahnya hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mphoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjual Misca
"Tinggal sedikit lagi, kita pasti jadi orang kaya, Bu! Imbalan yang akan diberikan oleh keluarga Kang Candra sangat besar, bahkan mencapai setengah miliar. Aku jadi tidak sabar untuk menunggu hari esok," ucap gadis cantik bernama Ayu dengan usia 18 tahun.
"Sabar Cah Ayu, kita hanya menunggu Den Candra berhasil membawa Misca pulang maka uang tersebut sudah pasti menjadi milik kita. Sebab Misca tidak akan pernah bisa melunasi hutangnya, kasihan sekali gadis bodoh itu. Kita yang berhutang, malah dia yang jadi jaminan ha-ha-hah!"
Suara tawa jahat keluarga tidak tahu diri menggelegar di penjuru rumah. Tidak ada dari mereka yang terbesit untuk menyelamatkan Misca. Semua terlihat bahagia dan tamak akan keserakahan.
Tak ada rasa kasihan. Tak ada kepedulian. Mereka telah dibutakan oleh uang panas, tanpa sadar apa yang dilakukan sudah pasti berurusan dengan hukum juga keadilan.
"Sepertinya Den Candra sudah datang, suara mobilnya terdengar jelas di luar. Ayo, kita keluar!" titah sang ayah.
"Yes, akhirnya sumber uang kita sudah datang!" timpa Ayu. Wajahnya berseri-seri tak sabar ingin segera menikmati uang tersebut.
"Ingat! Kita harus terlihat simpati pada nasib Misca, jangan tunjukkan kalau kita bahagia. Kalian mengerti!" tegas sang ibu.
"Oke, Bu!"
***
Di luar rumah Misca berdiri menatap rumah uwanya yang sudah dirias secantik mungkin. Tak ada raut wajah sedih sedikit pun, yang ada malah senyuman getir menertawakan hidupnya sendiri.
"Semuanya sudah berakhir, Misca. Apalagi yang kamu harapkan? Pria itu tidak akan mungkin menjadi milikmu. Lebih baik menikah bersama pria yang jelas-jelas mencintaimu, daripada mengharapkan cinta dari seseorang yang belum sepenuhnya selesai dengan masa lalu!"
Melihat ekspresi Misca menimbulkan kepuasan tersendiri bagi Candra. Akhirnya gadis yang dahulu sulit ditaklukkan sekarang sudah berada di samping. Hanya tinggal selangkah lagi.
"Sudah kubilang, bukan? Selagi ada uang apa pun bisa kubeli, termasuk tubuhmu, bahkan harga dirimu sekali pun, Miscaku tersayang!"
Senyuman devil Candra terpanjang penuh bergairah. Lidah yang menjulur keluar membasahi bibir kering menandakan betapa obsesinya sang pria ingin segera mencicipi tubuh gadis yang menjadi incarannya sejak lama.
Rasanya Candra sudah tidak sabar menunggu hari esok. Apalagi sang adik sudah berkedut-kedut ingin segera menerobos gawang pertahanan Misca.
"Tahan, Roky! Ini belum waktunya. Tunggu sampai besok, kau pasti mendapatkannya. Gadis ini pasti masih perawan terlihat dari bentuk tubuh yang sempurna. Tak sia-sia aku merencanakannya, pada akhirnya gadis yang selalu menolakku sekarang akan menjadi bahan mainan ranjangku ha-ha-ha!"
Lirikan maut Candra beralih saat melihat kedatangan keluarga uwanya Misca. Di mana wanita paruh baya itu langsung berlari memeluk Misca.
"Maafkan Uwa, Misca. Maafkan Uwa karena tidak bisa mencegah semua ini. Uwa salah sudah nekat meminjam uang pada Den Candra, sampai-sampai kamu jadi korbannya. Maafkan Uwa, Nak. Maafkan Uwa hiks ...."
Misca tak bergerak. Bibirnya terasa terkunci. Hidupnya kali ini benar-benar hancur. Tidak ada yang tersisa kecuali, luka di dalam hati dan penderitaan.
"Dasar keluarga penjilat!" umpat Candra di dalam hati.
"Setidaknya perekonomian kalian sudah stabil. Sisanya biar aku yang menebus sesuai kesepakatan di awal. Anggaplah ini sebagai balas budiku karena kalian sudah merawatku. Tidak perlu menangis. Aku baik-baik saja!"
Sang uwa melepaskan pelukannya, lalu menatap sendu wajah Misca yang sedari tadi tetap berusaha tersenyum menutupi luka.
"Kamu memang anak baik, Misca. Den Candra pasti beruntung memiliki istri sepertimu. Uwa tidak bisa berkata apa-apa selain mendoakan kebahagiaan kalian. Semoga pernikahan kalian besok pagi berjalan lancar."
"Terima kasih."
Hanya kalimat singkat itu yang mampu Misca ucapkan saat hati telah remuk tak berbentuk. Entah dia tahu atau pura-pura tidak tahu, yang jelas selama ini uang bonus yang didapatkan dari keluarga Nina selalu dikirim supaya mereka bisa menutupi sedikit demi sedikit hutangnya.
Siapa sangka, diam-diam mereka menerima uang sogokan dari Candra. Niat ingin melunasi malah sengaja dibengkakan dengan tujuan menjual Misca.
Padahal jika dihitung-hitung selama 1 tahun Misca bekerja di rumah keluarga Nina sudah bisa melunasi hutang tersebut. Ditambah dia pernah diberikan uang 100 juta untuk melunasi setengah hutangnya.
Sayangnya, keluarga itu terlalu serakah dan tamak hingga melakukan banyak drama yang berhasil menipu kepolosan Misca.
"Ka-kak Misca, ma-maaf ... kalau saja keluargaku tidak nekat berhutang pasti Kakak tidak akan mengalami tekanan seperti ini. Atau kalai boleh biarkan akunyang menggantikan posisi Kakak. Aku yang menikah dengan Tan Candra. Ini hutang keluargaku, jadi aku yang harus membayarnya. Aku ikhlas, Kak!"
Kedua mata ibu dan ayahnya Ayu seketika melompat keluar. Mereka tak habis pikir dengan tingkah gila sang anak. Bagaimana jika Misca mengiyakan? Pastinya gadis itu akan tamat di tangan Candra.
"Belajarlah dengan rajin supaya kamu menjadi orang. Angkat derajat orang tuamu biar tidak lagi kelilit hutang. Aku lelah mau istirahat. Besok pernikahannya, bukan? Lebih baik suruh pria itu pulang dan datang kembali pagi nanti bersama keluarganya. Aku terima pernikahan ini!"
Entah terbuat dari apa hati Misca, sehingga dia rela menjadi barang yang diperjual belikan untuk membayar hutang yang tidak pernah dinikmatinya.
Kepergian Misca masuk ke dalam rumah menebar senyuman lebar di bibir Candra. Gadis itu memang terbilang langka. Sifatnya yang pura-pura dingin semakin membuat dia gemas ingin menghamili.
Berbeda sama Devano yang terus berusaha keras menelusuri jalan mencari keberadaan Misca. Suara dering ponsel terdengar nyaring membuat dia enggan mengangkatnya. Namun, Davino tidak menyerah.
Akhirnya Devano mengangkat telepon Davino yang memberikan kabar baik. Pria itu berhasil menemukan keberadaan mobil tersebut dan siapa pemiknya.
"Pergilah ke Desa Babakan jalan Kenanga. Pria itu orang terkaya di desa yang sedang mengincar Misca namanya Candra Wiguna. Hebohnya lagi besok pagi mereka akan melangsungkan pernikahan di rumah uwanya Misca. Kau harus segera sampai di Bandung sebelum terlambat!"
...*...
...*...
...*...
...Bersambung...