Dante Witama sang mafia kelas kakap, pria cuek dan berdarah dingin ini. Tidak akan pernah segan-segan, untuk menghakimi seseorang yang telah berbuat salah kepadanya. Beliau akan menghormati orang yang medikasikan, untuk bekerja sama dengan cara baik dengannya.
Putri seseorang rekan kerjanya Andika, harus siap menelan pil pahit dalam hidupnya. Karena kedua Orang tuanya, telah dibunuh oleh Dante Witama. Karena telah menggelapkan uang perusahaan senilai 30 triliun, untuk dipakai bersenang-senang.
Pada akhirnya putri Andika, bernama Jeslin, harus siap menjadi istri dari mafia kejam itu, sebagai balasan perbuatan ayahnya, telah menggelapkan uang perusahaan. Jeslin berada dalam jeruji penderitaan, tidak pernah merasakan bahagia, semenjak menikah dengan Dante. Karena Dante menjadikan dirinya layaknya budak.
Apakah suatu hari ini Jeslin, akan mampu meluluhkan hati mafia kelas kakap yang dingin dan kejam ini? Yuk ikuti kisah keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Jeslin tiba-tiba menangis di balkon lantai tiga. Hamparan angin begitu kencang, bisa membuat angin duduk. Jeslin meminta Dante untuk memberitahu, dimana Orang tuanya dimakamkan. Seorang anak akan mencari makam Orang tuanya sampai mati. Jika dibunuh dengan cara tragis. Jeslin hanya ingin ditunjukan saja makamnya.
"Je-Jeslin ... sudahlah! Kamu tidak perlu ingin tahu. Kamu lagi hamil sepatutnya kamu menjaga kesehatan bayi didalam kandungan kamu," pinta Dante meminta wanita itu, tidak perlu mencari tahu lagi.
"Ka-Kamu kejam mas ... kejam sekali!" ungkap Jeslin, menggelengkan kepala.
"Apa kamu bilang aku kejam? Memang aku ini kejam! Jadi aku tidak akan memberitahu, dimana makam Orang tua kamu," sahut Dante mengamuk kepada wanita itu.
"Okey. Jika kamu seperti itu, aku akan bertindak di luar perkiraan kamu. Aku akan terjun dari lantai dua," ancam wanita itu, akan melakukan aksi yang sangat nekat.
Dante semakin dibuat bingung oleh tingkah Jeslin. Suasana malam pun semakin gaduh, ketika Jeslin sangat keras kepala. Demi keselamatan anak yang ada didalam rahim Jeslin. Akhirnya pria itu mengikuti apa kata Jeslin dulu. Pria itu menghela nafas dan akhirnya memilih untuk tidak ribut. Pria itu akan menunjukan besok, tempat dimana Orang tua Jeslin dimakamkan.
"Okey. Jika kamu keras kepala begini! Besok aku akan tunjukan. Dimana Orang tua kamu dimakamkan," pinta Dante menuruti kemauan istrinya dulu.
Jeslin mengusap air matanya ketika melakukan tindakan nekat. Ternyata! Jeslin mampu meluluhkan hati pria itu. Jeslin memegang tangan pria itu, apakah omongan Dante bisa dipercaya. Akan membawanya ke makam Orang tuanya besok. Jeslin tidak sabar, ingin mencurahkan semuanya dimakam Orang tuanya.
"Serius? Kamu akan menunjukan makam Orang tuaku ...?" tanya Jeslin saat itu.
"Se-Serius. Aku tidak berbohong untuk kali ini kepadamu ...." Dante menyerukan jari dua tangan, sebagai tanda bicara serius.
"Oke. Kalau kamu serius aku akan bahagia. Saat ini aku seperti tak ada tujuan hidup. Jika aku tidak mengetahui dimana Orang tua aku dimakamkan. Semua ini salahmu! Membuat aku kehilangan Orang yang aku cintai. Perbuatan kamu sangat keji!" pinta Jeslin menyalahkan Dante saat itu. Andai saja Dante tidak melakukan pembunuhan itu, mungkin Orang tuanya masih bisa selamat.
Dante semakin terkejut dengan pernyataan wanita itu! Pria itu menatap kedua bola mata istrinya dengan nanar. Segampang itu Jeslin menyalahkan dirinya. Padahal Orang tuanya telah melakukan kesalahan besar. Menggelapkan uang dengan nominal yang sangat fantastis.
"Ka-Kamu menyalahkan saya?" tanya Dante paling tak suka dituding.
Sebenarnya Jeslin takut kepada mafia itu. Mulut terbata-bata dan bibir seksinya mengatakan, bahwa suaminya telah bersalah. Setidaknya jangan menghukum orang lain dengan cara membunuh. Karena itu perbuatan yang sangat keji.
"Kamu menuduh aku ...?" tanya Dante kembali.
"I-Iya. Gimana saya tidak menyalahkan kamu, semua ini perbuatan keji kamu. Andai saja kamu tidak melakukan ini, mungkin Orang tua saya masih hidup. Orang tua saya salah! Telah menggelapkan uang bisnis senilai triliunan. Tetapi, tidak harus membunuh orang yang bersalah ...," celetuk wanita itu geram.
"Ka-Kamu tahu saya ini seperti apa? Ketika seseorang sudah melakukan kesalahan. Maka Orang tersebut, harus bertanggung jawab dengan perbuatan jahatnya. Saya selalu menghormati orang yang bersih. Tidak pernah berjalan dijalan gelap dan selalu lurus." Dante paling benci dengan sebuah penghianatan.
Kepercayaan!!!
Kepercayaan akan selalu nomor satu. Mempercayai orang lain itu sangat sulit. Karena! Tidak selamanya seseorang berjalan dijalan yang lurus. Jika kepercayaan dirusak dengan kesalahan sekecil apapun. Dante tipikal tidak mudah percaya lagi, ketika orang itu tidak bisa dipercaya lagi.
"Saya tahu kamu paling gak suka dengan seseorang yang sudah berbuat kesalahan fatal. Tetapi, sesulit itukah! Kamu untuk tidak menghukum orang lain. Aku hanya saran dan memberikan masukan kepada kamu. Suatu saat hukum tabur tuai itu pasti ada. Jadi apa kesalahan yang kamu lakukan sangat jahat. Maka aku berbalik kepada kamu nantinya," seru Jeslin menasehati suaminya, supaya berubah.
Dante tak suka dinasehati dengan cara apapun. Dia selalu menggangap dirinya sangat tinggi. Hartanya tidak akan pernah habis sampai tujuh keturunan. Jadi tak boleh ada seorang pun yang memberikan masukan kepadanya.
"Ka-Kamu siapa? Berani sekali menegurku seperti ini hiks." Pria itu menertawakan Jeslin.
"Terserah! Aku cuma memberikan masukan. Mau kamu terima atau tidak, itu urusan kamu." Jeslin menghela nafas, capek menasehati pria seperti itu.
"Hmm ayo masuk ... lihat sudah semakin larut malam. Aku tidak mau terjadi sesuatu pada anakku. Nanti bisa buat masuk angin lagi ...," pinta pria itu. Mengajak wanita itu untuk masuk ke dalam kamar.
"Ayo ...," jawab Jeslin.
Dante memegang bahu wanita itu, tetapi kemudian Dante menarik badan Jeslin, lalu mengendong wanita itu saat itu. Jeslin tak mau digendong oleh pria itu. Sampai saat ini Jeslin masih benci kepada Dante. Bahkan! Menyalahkan takdirnya, untuk menikah dengan pria itu.
"Hei lepaskan saya ... nanti saya takut jatuh kalau kamu gendong," seru Jeslin meminta lepas dari gendongan pria itu.
"Jangan bawel! Semalam saja kamu kesulitan untuk jalan. Kaki kamu semalam keseleo di tangga kata Bibi Sari," jawab pria itu, tidak ingin Jeslin keseleo lagi.
Ternyata! Diam-diam Dante memperhatikan Jeslin. Keseleo pun bisa membuat pria itu tahu. Sehingga Jeslin semakin merenung, kenapa tiba-tiba pria ini menjadi baik dan lembut hatinya. Biasanya hatinya selalu keras bagaikan batu.
"Hmmm ...."
Sesampainya didalam kamar, Jeslin langsung ditaruh di atas tempat tidur. Jeslin melamun tentang suaminya, bahkan menatap dengan serius kepada suaminya saat mengendong dinya. Dante juga menangkap mata Jeslin, kedapatan menatap matanya saat itu.
"Hmm cepat tidur ... Aku tidak mau kamu sakit. Susah ngurus kamu jika sampai sakit nanti." Dante memasang selimut sampai ke pinggang wanita itu.
Lalu, menaruh bantal di bawah kepala Jeslin saat itu. Mengambil jaket Jeslin dari lemari. Lalu memasangkan jaket tersebut, ke sekujur badan Jeslin saat itu. Sehingga membuat Jeslin semakin tanda tanya. Mengapa disaat hamil, pria itu memberikan perhatian penuh. Bahkan, semakin membuatnya nyaman.
Namun, disaat Jeslin mulai merasakan kenyamanan. Wanita itu langsung menggelengkan kepala. Dia tidak akan pernah jatuh cinta, kepada lelaki yang telah membunuh Orang tuanya. Wanita ini mengingat misi awalnya, untuk membalas dendam. Jangan sampai dirinya jatuh cinta kepada pria itu. Bisa bahaya besar, jika sampai mencintai pria itu.
"Tidurlah. Aku telah memasang jaket, selimut dan menaruh bantal di kepala kamu. Sekarang kamu bisa tidur dengan nyenyak." Tiba-tiba Dante bicara dengan penuh kelembutan. Wajah beringas dan selalu marah-marah, kini mulai tidak tampak lagi.