NovelToon NovelToon
Melukis Cinta Bukan Mengukir Benci

Melukis Cinta Bukan Mengukir Benci

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Pengantin Pengganti / Cinta Paksa / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Rieyukha

Memiliki kehidupan yang nyaris sempurna, Marsha memiliki segudang prestasi, ia juga terampil dalam seni lukis dan percintaan yang bahagia bersama Reno─sepupunya sendiri. Mereka telah membangun rencana masa depan yang apik, namun siapa yang akan menyangka takdir tidak selalu mengikuti semua rencana.
Marsha tiba-tiba harus menggantikan Maya─kakaknya yang kabur karena menolak menikahi Alan─pria pilihan orang tuanya berdasarkan perjanjian bisnis. Masa depan perusahaan orang tuanya yang diambang kebangkrutan sebagai konsekuensinya.
Bagai simalakama, terpaksa Marsha menyetujuinya. Statusnya sebagai pelajar tidak menunda pernikahan sesuai rencana diawal. Alan adalah pria dewasa dengan usia yang terpaut jauh dengannya ditambah lagi ia juga seorang guru di sekolahnya membuat kehidupannya semakin rumit.
Menjalani hari-hari penuh pertengkaran membuat Marsha lelah. Haruskah ia berhenti mengukir benci pada Alan? Atau tetap melukis cinta pada Reno yang ia sendiri tidak tahu dimana ujung kepastiannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rieyukha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SURPRISE

Kreeekk...

Dengan kesal akhirnya pintu itu terbuka setelah berkali-kali bersusah payah Reno membukanya. Seingatnya ia tidak mengunci kamarnya saat pergi kenapa jadi terkunci saat ia pulang. Reno berjalan gontai dalam gelap ia berusaha meraba letak sakelar lampu kamarnya.

Klik!

Reno menutup matanya karena silau, setelah beberapa saat matanya sudah beradaptasi dengan terangnya kamar, ia melemparkan kunci beserta barang-barang lainnya dengan asal ke atas meja yang tidak jauh dari pintu tempat dia berdiri sekarang. Ia benar-benar lelah.

Reno berjalan masih dengan langkah yang gontai dan berat, ia pun mencoba mencari tumpuan untuk berpegangan namun malah tidak sengaja menyentuh dan menjatuhkan tumbler stainless yang berada di atas mejanya cukup membuat kebisingan yang memekakkan telinga. Reno terkejut dan matanya menyipit melihat benda yang tidak kenalinya berguling tidak jauh dari kakinya.

Marsha yang dari tadi sudah menggeliat terganggu karena terangnya lampu yang menyala kini berjingkrak kaget dengan suara tumbler miliknya yang terjatuh, tersadar mendapati Reno ia terdiam mematung. Pertama kalinya Marsha melihat penampilan Reno yang amburadul dan kusut masai. Marsha hanya bisa melongo memastikan apa yang ia lihat sekarang adalah kenyataan.

“Kak Reno?” panggilnya ragu, matanya membulat lalu berkedip untuk memastikan Marsha tidak sedang dalam mimpi.

Reno yang mendengar namanya disebut oleh suara yang tidak asing di telinganya langsung mendongak, ia jauh lebih terkejut melihat Marsha berada di kamarnya dan sudah berada diatas kasurnya. Seketika Reno mengusap matanya, lalu melangkah maju walau ragu.

“Marsha?” Ia duduk di tepi kasur menatap Marsha. Marsha sudah dalam posisi duduk menatap tidak percaya kearah Reno. “Marsha, ini benaran kamu kan sayang?” Reno menangkup wajah Marsha, ia kembali menyipitkan matanya menatap lekat pada Marsha.

Marsha bergeming, matanya membulat mendengar panggilan sayang dari Reno. Sangat jarang sekali ia mendengar Reno memanggilnya seperti itu. Marsha tersadar dan mengerutkan hidungnya begitu bau alkohol yang menempel pada Reno masuk ke penciumannya.

“Kakak mabuk?!” Reno melepaskan tangannya dari wajah Marsha, ia tersenyum lalu memeluk Marsha erat seakan sedang meluapkan kerinduannya.

“Kakak cinta kamu. Jangan pergi, Sha.” ucapnya lirih tanpa memedulikan pertanyaan Marsha, ia masih memeluk Marsha dengan sangat erat.

Lagi-lagi Reno membuat tubuh Marsha membeku dengan ucapannya yang jarang diutarakan olehnya itu, sepanjang Marsha mengenal Reno ia lebih banyak menunjukkan dengan tindakan daripada ucapan. Kata-kata seperti ini yang dari dulu ingin juga Marsha dengar sebenarnya, entah bagaimana perasaannya kini tidak bisa ia jelaskan lagi bahagianya. Setitik harapan atas hubungannya kembali muncul.

Dengan senang Marsha membalas pelukan Reno, “Marsha juga cinta kamu, kak.” lirihnya. Lama mereka saling berpelukan hingga Marsha merasa berat menopang tubuh Reno.

“Kak?”

Reno bergeming, tidak ada jawaban. Marsha berusaha melepaskan pelukannya, ia pun terjatuh kesamping dengan posisi Reno dibawahnya. Ternyata Reno sudah tertidur, alias tidak sadarkan diri.

Marsha melengos, seolah-olah adegan dan ucapan Reno tadi hanya mimpi atau tidak sesungguhnya karena jelas Reno mabuk berat. Dengan bersusah payah, Marsha membetulkan posisi tidur Reno. Ia melepaskan sepatu Reno, menggantikan kemejanya dengan kaus sedapatnya dari lemari. Tangan Marsha berhenti ketika menyentuh gesper Reno, ia pun menepuk kesal lengan Reno.

“Emang boleh aku buka Kak? Hufft, jangan deh nanti aku khilaf lagi.” gerutunya, tapi Marsha gemas ingin menggantinya juga karena pasti kotor dan bau.

‘Buka, enggak, buka, enggak? Celananya bau nih, harus diganti tapi...’

‘Duh, kok jadi takut ya, yaa ampun ntar aku salah pegang lagi.’

Suara-suara hati Marsha bergejolak kebingungan, tepukan Marsha tadi tentu saja tidak di respon Reno karena ia sudah tidak sadarkan diri, entah seberapa parah pria ini mabuk. Akhirnya Marsha hanya melepaskan sabuk Reno tanpa menggantikan celananya.

Hampir satu jam lamanya, menggeser posisi yang benar untuk Reno di kasur, menggantikan baju dan membersihkan wajah Reno. Mengurus dalam keadaan tidak sadar benar-benar menguras tenaga Marsha. Setelah Marsha menyelimuti Reno, kini ia bersimpuh disamping ranjang agar bisa dengan leluasa memandangi wajah tampan Reno yang tertidur.

“Kak tahu nggak sih seharian aku tungguin kamu, mau surprise-in kakak, malah aku yang kena surprise. Kakak kenapa mabuk sih? Mana kakak berat lagi.” Marsha hanya bisa mengoceh sambil mengelus lengan Reno dengan telunjuknya.

Lama Marsha memperhatikan Reno, hingga rasa kantuknya kembali datang. Sebelum ia benar-benar tertidur disana, dengan cepat Marsha membawa dirinya untuk kembali kebawah, ke kamar dimana harusnya ia tidur. Marsha menghela napas sambil mengambil tumbler nya yang tergeletak di lantai. Perasaannya kini benar-benar kacau.

***

1
ione
Luar biasa
Komang Martini
lanjut
Komang Martini
bagus
Kha
Terima kasih buat yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk membaca novel saya, mohon dukungannya yaa. Happy reading 💚
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!