NovelToon NovelToon
The Power Of Mbak Jamu

The Power Of Mbak Jamu

Status: tamat
Genre:Tamat / Janda / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.1M
Nilai: 4.7
Nama Author: Buna Seta

Tidak pernah terbersit di pikiran Mia, bahwa Slamet yang sudah menjadi suaminya selama lima tahun akan menikah lagi. Daripada hidup dimadu, Mia memilih untuk bercerai.

"Lalu bagaimana kehidupan Mia setelah menjadi janda? Apakah akan ada pria lain yang mampu menyembuhkan luka hati Mia? Kita ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

The Power Of Mbak Jamu. Bab 11

"Pt Sandranu? Ini kan tempat kerja Mas Slamet" Batin Mia, masih memandangi kartu nama. Mia bingung, seandainya di kantor nanti dia bertemu Slamet orang yang akan dia hindari untuk saat ini lalu bagaimana.

Sambil jalan pulang pikiran Mia campur aduk, sesekali bertemu pria maupun wanita menanyakan jamu. Tidak jarang juga pria yang hanya basa basi karena kesengsem dengan kecantikan Mia.

Mia memasukkan kartu nama ke dalam dompet dan memutuskan untuk mengantar jamu ke kantor. Dia sudah berpikir matang-matang lebih baik profesional. Pelanggan seperti Ibu sepuh tentu tidak akan Mia sia-sia kan. Ibu sepuh baik dan ramah tidak ada bedanya dengan ibu Nurul, tentu Mia akan mengenyampingkan urusan pribadi.

"Assalamualaikum..." ucap Mia, tersenyum kepada Putri yang sedang bermain dengan anaknya di teras rumah, beralas tikar. Putri pun menjawab salam.

"Baru pulang Ate" Lanjut Putri dengan suara anak-anak.

"Iya... aduuh gemas, dedek sudah tengkurap," Mia sumringah ingin rasanya menggendong bayi itu, tetapi harus salin pakaian terlebih dahulu.

Namun, begitu salin baju niat Mia untuk santai sejenak bermain bersama putri dan anaknya pun urung. Mia masih punya tanggung jawab membuat jamu pesanan Ibu sepuh.

Setelah selesai meracik jamu, Mia memasak untuk makan siang.

"Mbak Putri..." Mia mengetuk pintu Putri, tidak lama kemudian pintu pun dibuka.

"Ada apa Mia?" Putri bingung tidak biasanya Mia datang.

"Sudah makan siang belum?" Tanya Mia, jika belum akan mengajak Putri makan bersama.

"Belum sih" Putri malu-malu, siang ini memang belum sempat memasak, karena repot dengan dedek bayi dan pekerjaan rumah.

"Sebentar ya, Mbak" Mia ke dalam, tidak lama kemudian kembali membawa makanan yang dia masak akan makan bersama.

"Alhamdulillah... rezeki" Putri langsung menyendok nasi, karena menyusui dia memang cepat lapar.

"Kalau makan bareng kan enak Mbak" Mia pun ikut menyendok nasi.

"Benar-benar, sering-sering saja begini Mia, hihihi..." kelakar Putri.

Mia tersenyum, tentu dia pun senang seperti ini, tetapi kesibukan yang membuat Mia sulit untuk melakukan.

Mereka cepat makan bersama selagi si dedek bobo. Mia tentu tidak akan berani mengajak Putri makan jika suaminya berada di rumah.

"Mia, Jaka sepertinya suka sama kamu, apa kamu tidak mau membuka hati untuk pria lain," ucap Mia setelah selesai makan tetapi belum di bereskan.

"Ya Allah... aku kan bercerai baru berjalan dua hari Mbak" ujar Mia. Lagi pula dia ingin bahagia dengan dunianya dulu untuk saat ini.

"Oeeekkk... oeeekkkk..." dedek pun bangun dari tidurnya.

Mia akhirnya pulang mencuci pring dan mengerjakan pekerjaan rumah lainya. Tidak terasa waktu berganti sore. Setelah mandi, dia mengenakan rok panjang dan baju sepinggang nampak cantik. Memang sudah dasarnya cantik, mengenakan pakaian apapun Mia tetap tampil cantik. Tidak heran jika membuat iri Ranti dan Dona.

Untuk menyingkat waktu Mia ke pangkalan ojek.

"Mase, tolong antar saya ke PT Sandranu" ucap Mia.

Empat pria sebagai ojek yang sedang berjejer pun berebut ingin mengantar Mia.

"Jangan begitu dong kawan, sekarang kan giliran saya" protes tukang ojek yang paling depan, karena memang benar. Tiga orang lainnya kembali ke motor masing-masing walaupun menggerutu.

"Mau melamar kerja ya Mbak?" Tukang ojek ingin tahu, tetapi dia senang mendapat penumpang yang cantik dan sudah tahu status Mia saat ini.

"Tidak" jawab Mia pendek. Tidak mau basa basi lagi dengan ojek yang senyum-senyum kepadanya, Mia segera naik ke atas motor.

Motor melaju pelan bahkan sangat lambat membuat Mia gemas, karena dia sudah berjanji dengan Vano jam 4 sampai kantor.

"Bisa cepat sedikit Bang" ujar Mia.

"Iya Mbak" Ojek pun akhirnya ngebut, padahal dia sengaja berjalan lambat agar bisa berlama-lama dengan janda kembang. Tetapi rencananya sudah bisa Mia tebak. Ojek pun berhenti ketika tiba di depan gedung lantai 10. Mia membayar ongkos, kemudian masuk pintu gerbang. Di luar gedung Sandranu grup sepi, hanya ada satpam yang berjaga-jaga.

"Mau bertemu siapa Mbak?" Tanya satpam yang menghadang langkah Mia.

"Saya mau bertemu dengan Mas Vano, Pak"

"Maksudnya Tuan Vano? Sudah ada janji?" Satpam tentu harus hati-hati karena tidak sembarangan orang bisa bertemu dengan pemilik saham terbesar Sandranu grup.

"Sudah" Mia ambil kartu nama dari tas kecil yang dia slempang, lalu menunjukkan kepada satpam.

"Mari" Satpam pun mengantar ke lantai 7 dimana ruangan Vano, tetapi hanya menunjuk pintu ruangan lalu pergi.

Mia memandangi para karyawan yang masih sibuk di kubikel masing-masing. Padahal sudah jam 4 sore seharusnya sudah pulang. Mungkin saja mereka lembur. pikir Mia.

"Mia... kamu datang kemari, ada apa?" Slamet yang menggunakan seragam cleaning service mendekati Mia. Slamet tersenyum lebar, dia pikir Mia ingin bertemu dengannya.

"Ada urusan" Mia pun meninggalkan Slamet menuju pintu ruangan Vano.

"Mia mengetuk pintu Tuan Vano? Ada apa ini?" Mulut Slamet menganga menatap Mia dari belakang.

Slamet terus memandangi Mia yang sudah menghilang di balik pintu ruangan Vano. Dengan perasaan campur aduk, Slamet pun ke pantri. Dia ambil minum untuk memulihkan kesadaran nya yang nyaris hilang. Mia kenal dengan Vano? Pengusaha sukses? pertanyaan Slamet dalam hati.

"Mas Slamet,"

"Uhuk-uhuk" Slamet tersedak karena terkejut dengan wanita yang tak lain sekretaris Vano.

"Saya Bu" jawab Slamet setelah melepeh sia air minum yang masih dia kulum di mulut.

"Tolong buatkan minum untuk tamu, terus antarkan ke ruangan Tuan Vano, semua Office boy sibuk soalnya" titah sekretaris.

"Baik Bu" dengan tangan gemetar, Slamet ambil cangkir meletakkan satu kantung teh celup di dalamnya. Dia tuangi air panas dan satu sendok gula. Sambil mengaduk-aduk Slamet tahu jika teh yang dia buat ini untuk orang yang paling istimewa di hatinya, dan hingga kini tak berubah.

Andai saja dia dulu sedikit meluangkan waktu membuatkan teh untuk Mia seperti ini, tentu tidak akan kehilangan. Saat baru pulang jualan dan keringat belum kering dia buatkan es. Alangkah senangnya hati Mia. Walaupun saat ini Slamet membuatkan teh, tetapi Mia sudah bukan istrinya lagi. Jika kemarin dia masih mempunyai harapan untuk merajuk mahligai rumah tangganya dengan Mia. Tetapi kini harapan tinggal harapan, Mia sudah dekat dengan pria lain dan tidak tanggung-tanggung adalah bos nya pemilik perusahaan. Slamet pun mengangkat nampan berjalan tidak percaya diri menuju ruangan Vano.

Sementara di ruangan Vano.

"Mase... nanti kasih tahu ibu sepuh ya, yang warna kuning kunyit asam, terus ini pahitan, jahe, dan yang terakhir khusus untuk pegal linu" Mia menunjukkan 4 botol jamu berwarna kuning, hijau, coklat bening dan coklat pekat.

"Segini banyak di suruh minum semua?" Dahi Vano berkerut-kerut, menatap Mia yang memasukan kembali botol ke dalam paper bag.

"Ya nggak semuanya lah Mase... sedikit-sedikit" Mia menatap pria yang terlihat pandai tetapi bicara ngawur.

"Maksudnya sehari berapa kali?" Ralat Vano.

"Sebaiknya minum sehari tiga kali" Mia memaparkan. Jamu buatanya bisa di simpan dalam lemari pendingin hingga tiga hari.

"Oh iya, sebentar lagi kan Mase mau menikah dengan Mbak Dona. Sebagai bonus nanti saya buatan jamu spesial untuk pengantin baru, supaya greng" Mia mengepal menarik siku kebelakang.

Glek.

Vano seketika menjatuhkan siku di atas meja, menopang mata dan kening dengan satu tangan. Malu mendengar ucapan Mia. Vano tidak menyangka gadis polos itu dengan santai nya mengucap kata tabu. Vano tidak tahu jika Mia seorang janda.

Tok tok tok.

"Masuk" ujar Vano.

Mia yang berhadapan dengan Vano menoleh, ternyata Slamet yang masuk sambil membawa nampan.

...~Bersambung~...

1
MiLa Rossa
Luar biasa
Uji Coba
Biasa
Raisa Nur Adqia
maaf thor kyak nya kta2 mase kurang pas,lebih enak di baca mas dri pada mase,
Eka 'aina
kyknya bagus² novel nya Bun, sayang nya waktu buat baca cuma sedikit
Eka 'aina
aku telat bacanya kali yaa mknya gk dapet pulsa🤔
Eka 'aina
di tunggu mlm pertama nya kirain hot ternyata gitu doank😀
Eka 'aina
berarti disini yg gk tau diri itu ya si Vania udh di rawat dari bayi balasannya mlh kyk gitu
Eka 'aina
dasar gk waras tuh si Vani bisa²nya suka ma adek sendiri yg jls². lebih muda dari dia
Trisna
itu pasti orang suruhaan Dona
Eka 'aina
apes temen to Mia Mia 🤦
Eka 'aina
mesti kelakuan si donat ini ganggu aja ada yg mau MP😠
Eka 'aina
klo gk di novel juga gk mungkin calon penganten mengatasi mslh sndri pdhl punya tetangga punya saudara, kadang² greget juga ma Mia yg sok merasa bisa segala nya bikin emosi aja😡😠
Eka 'aina
adaaa aja mslhnya🤦
Eka 'aina
nah gitu donk Van, gercep istri dlm bhya jngn santui gitu
Eka 'aina
makin kesini makin seru cerita nya
Eka 'aina
mesti si Vani ini wataknya kok mirip sama donat sih😡
Eka 'aina
hadeeh kok ke rmh vano dulu bkln perang dunia ini klo ktmu Vani
Trisna
Slamet kerja apa sih kok Sumiati banting tulang kerja untuk kebutuhannya?
peran Slamet sebagai suami apa?
kalau pengangguran gampang banget poligami
Eka 'aina
kok mimpi nya buruk gitu jadi tkt pernkhnnya ggl lg
Afrina Wati
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!