Haura, seorang gadis pengantar bunga yang harus kehilangan kesuciannya dalam sebuah pesta dansa bertopeng. Saat terbangun Haura tak menemukan siapapun selain dirinya sendiri, pria itu hanya meninggalkan sebuah kancing bertahtakan berlian, dengan aksen huruf A di dalam kancing itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MGTB And CEO BAB 21 - Masih Terekam Jelas
"Apa benar Amang ayahku? Bagaimana bisa? Amang terlihat begitu kaya, sementara ibu Haura tidak. Kenapa Amang berpisah dengan ibu Haura? Apa karena ibu Haura miskin?" tanya Azzura bertubi ketika mereka sudah melerai pelukan itu. Mengingat bagaimana kehidupan mereka dulu saat sang ibu membesarkan mereka dengan menjadi seorang buruh.
Adam kembali memberikan pelukan pada kedua anaknya. Pelukan hangat yang masuk sampai ke relung hati Azzam dan Azzura.
Tak bisa dipungkiri, rasa nyaman itu begitu kental terasa. Berbeda sekali saat mereka memeluk pria lain, Shakir contohnya.
"Panggil Ayah dulu, nanti akan ayah jelaskan semuanya," tawar Adam, yang kembali melerai pelukannya pada Azzam dan Azzura, namun tak membiarkan kedua anaknya menjauh.
Sumpah demi apapun, ia sangat rindu, jika boleh, selamanya ia ingin selalu memeluk Azzam dan Azzura. Anak yang sempat ia telantarkan.
Mendapati banyak pertanyaan dari Azzura, rasa bersalah di hati Adam makin membesar.
Namun sekuat tenaga, ia ingin tetap memperlihatkan senyumnya pada sang anak.
Melihat senyum Adam ketika memintanya untuk memanggil ayah, Azzura tersenyum pula begitu lebar. Sementara Azzam, masih menutupi perasaannya.
Lagi, Azzura menatap sang kakak, tatapan yang seolah bertanya, bolehkah aku memanggil Amang ini ayah?
Azzam mengedipkan matanya pelan, yang artinya IYA. Tangan kedua anak inipun tak pernah lepas untuk saling menggenggam.
"Ayah," cicit Azzura, dan satu kata itu berhasil membuat hati Adam berdebar.
Bahkan Luna yang memperhatikan mereka pun meneteskan air mata, mamun dengan cepat dihapusnya.
Dengan sendirinya, Adam kembali mendekap Azzura erat, lalu menarik Azzam pula ke dalam dekapannya.
"Azzam tidak ingin memanggil Ayah?" tanya Adam pada anak laki-lakinya dengan penuh harap.
Sesaat Azzam terdiam, lidahnya kelu untuk mengucapkan satu kata itu. Meski sudah cukup lama ia mengetahui bahwa Adam Malik adalah ayahnya.
Tapi Azzam belum bisa.
"Maaf, aku belum bisa," jawab Azzam jujur, rasanya jika belum mendapatkan restu dari sang ibu, ia tak sanggup mengucapkan satu kata itu, Ayah.
Bak ditikam senjata tajam, hati Adam terasa begitu nyeri.
Tidak apa-apa Dam, kamu pantas mendapatkan ini. Batinnya sendiri.
Adam mencoba tersenyum, meski yang ia perlihatkan hanyalah senyum getir.
"Sini, ayah akan ceritakan kenapa ayah dan ibu berpisah," ucap Adam, ia menggendong Azzam dan Azzura sekaligus menggunakan kedua tangannya.
Lalu membawa anaknya itu untuk duduk di sofa, sementara Luna dan Mark memutuskan untuk keluar.
Pagi menjelang siang itu, Luna memutus semua jadwal sang presdir. Memberi waktu untuk Adam menghabiskan waktu bersama kedua anak kembarnya.
Mark pun langsung bergegas pergi lagi, entah kemana.
Di dalam ruangan itu, Adam mulai bercerita.
"Ayah dan ibu Haura berselisih tentang satu hal, ayah membuat ibu Haura marah dan pergi," ucap Adam memulai ceritanya.
Azzam dan Azzura menatap dengan intens, mendengarkan sebuah cerita yang selama ini menjadi pertanyaan bagi mereka berdua dan tidak pernah dijelaskan oleh sang ibu.
Adam bahkan berulang kali mengucapkan kata maaf, karena tidak bisa menemukan mereka bertiga, Azzam, Azzura dan Haura dengan lebih cepat.
Mendengar itu, Azzam tersenyum kecil, satu hal yang membuatnya merasa lega, Adam sedikitpun tak mencari pembelaan atas kesalahannya, ia bahkan mengakui semua dan meminta maaf.
Andaikan sedikit saja, Adam berkeras kepala, Azzam tak akan segan untuk segera pergi.
"Bolehkah nanti ayah ikut kalian pulang? ayah ingin bertemu dengan ibu Haura?" ucap Adam setelah cukup banyak bicara.
Azzam dan Azzura langsung mengangguk kompak.
Tak lama setelahnya, Luna mengetuk ruangan itu, mengatakan jika saat ini giliran Azzam untuk mengikuti olimpiade.
Adam mengantarkan kedua anaknya ke ballroom, tempat berlangsungnya olimpiade. Dan seketika itu juga, kedatangan mereka mencuri perhatian semua orang. Bahkan semua kamera yang menyala tak melepas sedikitpun untuk merekam kehadiran Adam dalam acara olimpiade ini.
Terlebih saat Adam menggendong Azzura untuk memberi dukungan pada Adam yang sedang berada di atas podium.
Saat itu juga desas desus mulai bertebaran di dunia maya. Tentang siapa kedua anak yang datang bersama Adam, terlebih kedua anak itu begitu mirip dengan sang penguasa.
Macam-macam scandal langsung bermunculan, hingga mempengaruhi saham Malik Kingdom.
Tapi seolah tak peduli, Adam hanya terus fokus pada kedua anaknya.
Saat itu, Azzam memenangkan perlombaan.
Adam yang setia mendampingi bersorak bangga, ia bahkan langsung memeluk Azzam saat anaknya itu turun dari atas podium, memeluk Azzam dan Azzura tanpa canggung.
Dan Lunalah yang sibuk menangani semuanya, ia langsung menambah keamanan di gedung Malik Kingdom, karena sudah banyak wartawan yang ingin meliput kejadian langka itu secara langsung.
Ingin memastikan kebenaran yang menjadi praduga semua orang.
Luna bahkan memerintahkan beberapa direksi untuk tetap menekan harga saham agar tetap stabil, karena belum ada konferensi pers langsung dari Adam yang membenarkan ataupun menyanggah berita-berita di internet itu.
Sementara Arrabela yang melihat kejadian itu secara langsung hanya bisa tercenung, ia berhasil mendengar beberapa pembicaraan antara sang paman dan kedua sahabatnya, Arrabela mendengar jika Azzam dan Azzura adalah anak sang paman, dari wanita lain.
Bagaimana bisa, sementara uncle suaminya onty Monic? batin Arrabela gamang. Namun ia belum memiliki kesempatan untuk menanyakan pada Azzura ataupun kepada Azzam.
Dan dilain tempat, Monica tersungkur di atas lantai kala melihat siaran televisi itu. Ia pulang untuk mengganti baju, namun siapa sangka malah pemberitaan ini yang ia lihat.
"Tidak, tidak mungkin itu anak mas Adam dan perempuan itu." desis Monica, menatap nanar pada layar kaca.
Ia bahkan mendengar dengan jelas, saat sang suami mengatakan pada para wartawan jika kedua anak itu adalah anaknya.
Anak yang baru saja memenangkan olimpiade nasional, yang diadakan Malik Kingdom.
Monica terus menggeleng.
Dan ditempat lain, Haura menjatuhkan gelas kaca yang ia bawa. Bunyi pecahan itu berdengung, membuat telinganya menuli dari semua suara.
Yang mampu ia dengar hanyalah suara seorang pria didalam televisi. Pria yang menggendong kedua anaknya, pria yang terlihat begitu mirip dengan Azzam dan Azzura.
Mereka adalah kedua anakku, Azzam dan Azzura.
Setelah mengatakan itu, beberapa orang berbadan kekar dan menggunakan baju serba hitam membelah para wartawan. Membuat jalan untuk Adam bisa berjalan menuju mobilnya.
Meninggalkan perusahaan Malik Kingdom bersama Azzam dan Azzura.
"Haura?" panggil Aminah yang entah sudah keberapa kali.
"Huara," Aminah bahkan menggoncang bahu Haura, namun wanita ini tetap bergeming menatap layar televisi.
Seolah telinganya menuli dan penglihatannya memudar dari semua hal, hanya jelas kala melihat televisi itu.
"Haura."
"Tidak, tidak mungkin, tidak mungkin, tidak," gumam Haura, ia mundur, tak percaya atas apa yang dilihat dan didengarnya.
"Tidak," desis Haura lagi, meyakinkan hatinya sendiri bahwa semua itu salah.
"Tidak."
Dulu ia memang pernah ihklas, namun kini ternyata hatinya masih merasakan sakit yang sama.
Malam itu, masih terekam jelas diingatan Haura.
Betapa kejinya, pria itu mengambil kehormatannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sapa Author 👋
Jangan lupa dukungannya ya, Insya Allah Adam dan Haura akan up setiap hari jam 5 subuh.
Jika berkenan, terus berikan dukungannya ya, like dan komen sebanyak-banyaknya, Vote dan juga Hadiah.
Karena dengan dukungan kalian, buat author jadi semangat nulis, meski hujan badai ataupun panas terik 🙈😆
Salam AH ( Adam & Haura) 🌹