Ditinggalkan beberapa jam setelah pernikahan?? pasti menyakitkan bukan?? Itulah yg dialami Melody. Dirinya menikah dengan kekasihnya setelah mempersiapkan semuanya. Tapi tepat setelah resepsi pernikahan suaminya menghilang, dan pada malam hari dirinya ditalak melalui pesan singkat.
Akankah Melody mampu melewati semua ini dan menemukan cinta sejatinya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hunny24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.12 Kembali pada rutinitas
Setelah keadaan perusahaan membaik, tentunya Melody kembali pada kehidupannya yg sebelumnya. Diam di dalam apartemen dan berkutat pada komputernya. Berhari-hari pula Zayn tak melihatnya keluar dari apartemennya seperti biasanya.
Meski dalam hatinya Zayn penasaran tapi dirinya tak ingin mengganggu kenyamanan Melody terlebih Zayn merupakan atasannya. Dan tentunya terkadang Zayn penasaran apa saja yg dilakukan Melody di dalam unitnya sampai tak keluar selama beberapa hari.
....
Sementara itu Melody pun di dalam apartemennya mendapatkan beberapa pesan dari Melisa dan Desi yg terus mengancamnya. Keduanya mengancam akan melaporkan Melody atas tindakan prostitusi. Padahal semuanya adalah omong kosong yg mereka buat tanpa bukti.
Bahkan sampai berhari-hari Melody tak juga mendapat kunjungan polisi atas ancaman mereka. Tentu saja mereka takkan melakukannya karena minimnya bukti yg mereka miliki. Bahkan Melisa pernah mencobanya tapi laporannya ditolak karena buktinya kurang.
Mereka pun tak senang melihat kehidupan Melody yg tetap damai meski telah kehilangan segalanya. Dan mereka terus mencari kelemahan Melody untuk menjatuhkannya. Terlebih uang bukan lagi masalah untuk mereka setelah semua harta warisan jatuh ke tangan mereka.
Dan saat Melody melihat kalendar di kamarnya, hari pernikahan Andrew dan Melisa sudah semakin dekat. Haruskah Melody hadir?? Jika hadir mungkin ada serangkaian jebakan untuknya. Tapi jika tak hadir menandakan Melody tengah patah hati dan menangisi nasibnya.
Melody pun menimbang segalanya dan memikirkan soal pernikahan adik tiri dan mantan suaminya tersebut.
"Apa yg harus kulakukan?" gumam Melody dalam hati.
Sebuah notifikasi pesan pun muncul dan membuat Melody tersenyum. Sebuah angka yg membuatnya tersenyum lenar, tak lain dan tak bukan merupakan instentif yg dijanjikan oleh Zayn. Lalu diikuti dengan bayaran dari pekerjaan sampingannya.
Melody pun loncat kegirangan dengan semua notifikasi transfer uang tersebut.
"Yeay.. Uangku.. Berkumpullah uangku, nanti kita belanja sesuatu yg berguna." gumam Melody.
Dan Melody memang sedang mengumpulkan uang untuk membeli sebuah kendaraan. Sejujurnya kadang Melody sering kesulitan mencari dan menunggu taksi online jika dirinya sedang buru-buru. Melody pun bersabar menabung setiap rupiah yg ia hasilkan dari bekerja.
....
Sementara itu, Melisa telah mempersiapkan pernikahannya dengan Andrew. Melisa berharap Melody datang dan menyaksikan pernikahan keduanya yg sangat bahagia, sementara Melody dicampakkan di hari pertama pernikahan mereka.
"Haha.. Kak, datanglah.. Aku benar-benar ingin melihatmu menangis dan malu." gumam Melisa dalam hati.
Melisa pun sudah menyiapkan rencana untuk mempermalukan Melody nanti. Tentunya dengan jebakan yg akan ia buat bersama Rara dan ibunya. Mereka benar-benar ingin menghancurkan hidup Melody.
"Ibu, bagaimana persiapannya?" tanya Melisa.
"Soal Melody?" tanya Desi.
"Iya, pastinya."
"Itu kau tak usah khawatir, ibu sudah menyiapkan perangkap dan membayar orang untuk itu." ucap Desi.
"Lalu kenalan Rara?" tanya Melisa.
"Aman, sepertinya dia menyukai adikmu dan cukup bodoh untuk mengikuti rencana kita." ucap Desi.
"Baguslah.. Kali ini kita akan menghancurkan Melody sekali lagi." ucap Melisa.
"Ibu juga kesal melihat hidupnya tetap nyaman begitu." ucap Desi.
Begitulah ibu tiri dan adik tiri Melody menyiapkan jebakan untuk Melody. Mereka ingin menghancurkan Melody dan mempermalukannya.
....
Sementara itu, Melody pun malas memikirkan pernikahan adik tiri dan mantan suaminya tersebut. Mereka memang cocok menikah sebagai sesama sampah. Lebih baik Melody memikirkan hidupnya.
Melody pun membutuhkan kendaraan untuk mobilisasinya. Dan Melody lebih memilih untuk membeli sebuah motor matic, dari pada mobil. Alasannya bukan karena uangnya tak cukup, tapi Melody memikirkan masa depan dan tak ingin menghambur-hamburkan uang disaat seperti ini. Melody merasa keuangannya belum cukup stabil untuk membeli sebuah mobil.
Hari itu, Melody pun pergi ke showroom motor dan berniat membeli satu unit motor matic. Selain transportasi yg murah, motor juga lebih fleksibel dalam bergerak, tidak seperti mobil yg berukuran besar. Motor sangat pas sekali jika sedang buru-buru dan menerobos kemacetan ibukota.
"Permisi, aku mau membeli sebuah motor matic, bisa beri aku rekomendasi?" tanya Melody.
"Tentu nona silahkan kemari lihat-lihat."
Melody pun diberi beberapa pilihan beserta harga masing-masing unit. Dan akhirnya Melody memilih salah satu unit serta langsung membayarnya secara cash membuat pegawai yg menanganinya senang bukan main.
Kemudian Melody pulang dengan hati lega, karena sudah mempunyai sebuah kendaraan. Mungkin terbilang sangat sederhana, tapi lebih baik daripada mengandalkan taksi yg kadang harus membuatnya menunggu.
Kini Melody bisa kemana-mana dengan cepat menggunakan motor tersebut. Dan tak takut lagi akan kemacetan, karena motor lebih fleksibel.
Untuk sementara, kondisi kantor pun aman. Hingga Melody bisa jalan-jalan sebentar keluar. Dirinya pun sesekali ingin makan di sebuah resto. Melody pun makan di sebuah resto langganannya yg sudah jarang ia kunjungi.
"Nona, anda jarang sekali datang kemari." ucap pelayan.
"Iya, aku saat ini sibuk bekerja." ucap Melody.
"Lebih tepatnya kakakku saat ini tidak punya uang untuk makan disini." ucap Melisa tiba-tiba bersuara.
"Pelayan, tolong siapkan saja pesananku." ucap Melody menyuruh pelayan pergi.
Dan Melisa saat ini sedang bersama Desi makan siang di resto ini. Mereka habis menyelesaikan fitting gaun pengantin.
"Apa tidak lelah terus menggangguku?" tanya Melody.
"Tidak, kau memang harus diberi pelajaran agar tahu diri." ucap Melisa.
"Dan lagi, wanita kotor sepertimu itu memang menjijikan." ucap Desi.
"Yah, padahal kalian lebih kotor dari aku. Kalian sudah mendapatkan semua hartaku, kini terus menggangguku. Kalian bagai lalat yg terus mencari kotoran." ucap Melody.
"Kau.." ucap Desi melayangkan tangannya hendak menampar Melody.
Melody pun tak siap dan menutup matanya, tapi sebuah tangan menangkap tangan Desi.
"Tuan Zayn." ucap Melody.
"Siapa kau? Apa kau orang yg membayar pela**r ini?" tanya Desi.
"Oh jadi kau orangnya.." ucap Melisa.
"Rudi, kau minta rekaman cctv tempat ini dan laporkan dua orang ini." ucap Zayn.
"Baik tuan." ucap Rudi langsung bergerak.
"Apa-apaan kalian?" tanya Desi.
"Anda yg sedang apa? Melody adalah pegawai terbaikku, jadi aku takkan membiarkan anda melukainya dan memfitnahnya." ucap Zayn.
"Pegawai terbaikmu? Pasti kakakku ini memberimu servis yg memuaskan." ucap Melisa.
"Tentu saja." jawab Melody.
"Oh kau mengakuinya.?" ucap Desi tersenyum.
"Aku mengakui aku adalah pegawai tuan Zayn, dan aku mengakui kalau aku bekerja keras untuk perusahaannya." ucap Melody.
"Pela***r saja berlagak sebagai pegawai." ucap Melisa.
"Ya.. Kita lihat saja nanti ya, aku atau kalian yg akan menyesal." ucap Melody.
"Tuan Zayn, terimakasih bantuannya. Tapi aku akan menangani kasus hukum ini." ucap Melody.
"Baiklah, nanti Rudi akan memberimu bukti kejahatan mereka." ucap Zayn.
"Iya, aku permisi." ucap Melody.
Melody pun segera berdiri dan membayar tagihannya. Kemudian Melody meminta pelayan membungkus makanannya. Tak lupa Melody berbicara dengan Rudi soal barang bukti yg ia minta dari pihak resto. Dan melanjutkan kasus pencemaran nama baik ini ke jalur hukum. Ditambah lagi, sejumlah bukti yg didapatkan oleh Melody beberapa hari yg lalu.
Desi dan Melisa pun kembali ke tempat duduknya. Keduanya berpikir kalau ucapan Melody hanyalah gertakan dan wanita itu takkan sanggup membayar pengacara. Sementara kalaupun hal itu terjadi keduanya punya banyak uang untuk membayar pengacara dan melawan balik Melody.
"Ibu, sepertinya kakak mulai mengancam kita." ucap Melisa.
"Sudahlah, dia itu tak punya uang. Kalau pun dia melapor uang kita banyak dan mampu bebas dari tuduhan." ucap Desi.
"Ucapan ibu benar." ucap Melisa tersenyum.