Kalandra terpaksa menerima perjodohannya itu. Padahal dia akan dijodohkan dengan perempuan yang sedang hamil lima bulan.
Saat akan melangsungkan pernikahannya, Kalandra malah bertemu dengan Anin, perempuan yang sedang hamil, dan dia adalah wanita yang akan dijodohkan dengannya. Ternyata Anin kabur dari rumahnya untuk menghindari pernikahannya dengan Kalandra. Anin tidak mau melibatkan orang yang tidak bersalah, harusnya yang menikahinya itu Vino, kekasihnya yang menghamili Anin, akan tetapi Vino kabur entah ke mana.
Tak disangka kaburnya Anin, malah membawa dirinya pada Kalandra.
Mereka akhirnya terpaksa menikah, meski tanpa cinta. Apalagi Kalandra masih sangat mencintai mantan kekasihnya. Akankah rumah tangga mereka baik-baik saja, ketika masa lalu mereka mengusik bahtera rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lima Belas
Sore ini Kala dan Anin pindah ke rumah Kala. Kala menata koper miliknya dan milik Anin ke dalam mobilnya. Setelah itu mereka berpamitan dengan kedua orang tua mereka. Saat Kala dan Anin akan pamit dengan orang tua mereka, Seno memanggil Kala dan mengajak berbicara sebentar dengan Kala.
"Kala, bisa kita bicara sebentar?" pinta Seno.
"Bisa pah," ucap Kala.
"Sebentar aku akan bicara dengan menantuku dulu." Seno mengajak Kala ke teras belakang rumahnya untuk berbicara sesuatu dengan Kala.
"Papah titip Anin, Kala. Papah tau kamu tidak mencintai Anin, tapi papah yakin kamu menyayanginya. Jika kamu tidak bisa mencintainya, kamu bisa menganggap Anin seperti adikmu sendiri atau saudaramu. Papah tahu, pernikahan ini bukan keinginan kalian. Begitu juga dengan Anin, mungkin dia belum bisa mencintai kamu, tapi papah yakin, kamu dan Anin akan mengerti satu sama lain dan bisa saling mencintai," ujar Seno.
"Pah, terima kasih papah sudah mengerti Kala, mengerti isi hati Kala. Kala janji, akan menjaga Anin dan Dava. Kala sudah menyayangi mereka pah, seperti keluarga Kala sendiri. Terima kasih pah, Kala janji akan membuka hati Kala untuk Anin dan selalu membahagiakan Anin," ucap Kala dengan tegas.
"Papah pegang janjimu. Ya sudah kalian hati-hati, kalau sudah sampai segera kabari kami semua," ucap Seno
"Iya pah," jawab Kala, mereka kembali keluar, karena Anin dan Dava sudah menunggunya.
"Sudah bicara dengan menantunya?" Tanya Mela.
"Sudah. Kalian hati-hati ya, sini kakung cium dulu, pasti Kakung merindukan kamu, Dava. Baik-baik di sana ya, jangan nakal sama mama dan papa ya sayang?" ucap Seno.
“Iya, Opa,” jawab Anin lalu memeluk papanya.
"Papah, mamah Nin pamit ya." Anin pamit dengan orang tuanya dan mertuanya.
"Iya sayang, kamu hati-hati ya? Ingat pesan mamah tadi." ucap Sari.
"Iya, pasti mah. Terima kasih mamah sudah mengerti Anin." ucap Anin.
"Iya, sayang. Kamu jaga diri baik-baik ya. Sini Oma cium dulu." Sari mencium Dava dan Anin.
Anin bergantian memeluk mamahnya, Mela tidak bisa membendung air matanya lagi, kini dia harus merelakan Anin tinggal di rumah Kala lagi.
"Mamah jangan menangis, Anin bahagia, mah. Mamah jaga diri baik-baik ya. Anin pamit dulu, Ma, Pa," ucap Anin.
"Iya sayang. Hati-hati." ucap Mela dan Seno.
Kala dan Anin pamit, mereka berjalan berdampingan menuju mobil, Kala terlihat melingkarkan tangannya di pinggang Anin dan membukakan pintu mobil untuk Anin.
Di rumah Kala, Semua asisten rumah tangganya sudah menyiapkan kejutan untuk Anin dan Kala. Betapa bahagianya mereka , akhirnya Kala dan Anin menikah, walaupun mereka tau, tuannya masih mencintai Sandra dan belum mencintai Anin. Bi Imah sibuk menata makanan untuk Anin dan Kala. Sedangkan Pak Abu dan Agus menyiapkan tempat tidur Kala dan Anin sesuai arahan dari Bi Imah. Kamar utama di sulap mereka menjadi nuansa romantis sekali, alas tempat tidur serba putih di hiasi kelambu putih bersih, dan di atas ranjang di hiasi oleh kelopak bunga mawar merah yang di buat simbol tanda cinta.
Bi Imah memang ahli membuatkan jamu, dan dia segera membuatkan jamu untuk Anin dan Kala.
"Jamu tradisional ala Imah, pasti cespleng buat Mba Anin dan Tuan Kala." Ucap Imah dengan menuangkan jamu di gelas yang terbuat dari batok kelapa, dulu gelas itu dia beli untuk membuatkan jamu Anin saat sehabis melahirkan.
"Imah, kamu buat jamu?" Tanya Pak Abu.
"Iya, buat Mba Anin sama tuan. Biar ehemmm.." jawabnya.
"Aku mau lah, Im." pinta Abu.
"Nanti aku buatkan, jamu pegal linu saja, jangan yang ini, ini ramuan khusus untuk pasangan suami istri yang baru menikah." ucapnya.
"Siap, Im. Aku tunggu di pos sama Agus." ucap Abu.
"Gimana sudah siap kamar tuan?" tanya Imah.
"Sudah, Im. Lihat saja sana. Ayo lihat. Pasti kamu ingin kawin lagi dah." ucap Abu.
"Kawin lagi bagaimana? Sudah tua, cucunya sudah banyak. Sembarangan kalau bilang." tukas Imah.
Bi Imah berjalan di belakang Pak Abu melihat kamar milik Kala, dia langsung sumringah melihat kamar yang di tata oleh Abu dan Agus.
"Kerja bagus kalian, nanti kita makan bersama, itu aku sudah masak, sama minum jamu pegal linu biar badan seger besoknya." Ucap Bi Imah.
"Asiiap..!" ucap Abu dan Agus dengan semangat.
Mereka betiga memang sudah akrab karena sudah bertahun-tahun ikut dengan Kala, bekerja di rumah Kala dari pertama rumah Kala berdiri.
Tak lama kemudian Kala dan Anin sampai di rumahnya. Mereka segera turun dari mobilnya. Anin menggendong Dava dan Kala menyuruh Bi Imah menurunkan koper di bantu oleh Agus. Anin segera masuk ke dalam kamarnya yang dulu ia tempati saat dia berada di rumah Kala. Kala mengikuti Anin di belakangnya.
"Nin, kok kamu masuknya di kamar ini?"tanya Kala.
"Terus kamar mana? Ini kamar ku dulu kan?"tanya Anin.
"Kita tidur di kamar utama saja. Kamu kan jadi istriku sekarang Nin." ucap Kala
"Emm … maaf, Kala. Bukannya aku tidak mau, tapi aku tau kamu belum siap untuk satu kamar denganku. Aku lebih baik di sini saja, Kala." ucap Anin sambil menidurkan Dava di tempat tidur.
"Kita tidur di kamar utama, kamu harus mau!" Pinta Kala setengah memaksa Anin.
"Kala, please jangan paksa aku." ucap Anin, tapi Kala tetap memaksanya.
"Aku tidak mau Kala." tukas Anin.
"Kamu takut, kalau kita tidur bersama aku akan macam-macam?" tanya Kala dengan penuh penekanan.
"Tenang Nin, tidak akan. Aku tidak akan menyentuh wanita selain wanitaku dulu." Tukas Kala yang membuat Anin diam seribu bahasa. Sakit sekali rasanya mendengar penuturan Kala yang seperti itu.
"Iya aku tau, Kala. Karena itu aku tak mau selalu bersamamu, aku tidak mau karena semua ini aku semakin jatuh cinta padamu. Mah, bagaimana ini? Maafkan Anin mah, Anin janji akan membuat Kala melupakan Sandra." gumam Anin dalam hati.
Kala melihat raut wajah Anin menjadi berubah karena ucapannya tadi. Anin menyibukkan diri menata baju di dalam kopernya untuk menghilangkan rasa sakit dalam hatinya. Sementara Kala, masih melihat Anin yang begitu sibuk dengan pekerjaannya. Sebenarnya, Anin ingin sekali menumpahkan air matanya, tapi apalah daya, Kala masih berdiri di depan pintu dan memandanginya. Dia sekuat tenaga berusaha agar air matanya tidak jatuh terurai. Tapi apalah daya, air mata yang sudah berada di sudut matanya pun akhirnya menetes, dengan segera dia menyeka dengan jari telunjuknya dengan membelakangi Kala.
"Nin, maafkan aku, aku berbicara seperti itu." Ucap Kala sambil mendekati Anin. Anin segera berdiri dan membalikan tubuhnya ke arah Kala, dia menyunggingkan senyumannya pada Kala.
"Iya, aku thau, Kala. Sudah jangan bahas ini, iya nanti aku tidur di kamar mu." Ucap Anin.
"Mata kamu kok merah, Nin?" Tanya Kala
"Masa sih?" Anin balik bertanya, dia segera melihat kaca di meja riasnya dan melihat matanya."
"Kamu habis menangis?" tanya Kala. Sambil berdiri di belakang Anin yang sedang mengaca.
"Tidak." Jawab Anin membantah, padahal dia tadi menangis saat menata baju di lemarinya.
"Jangan berbohong." ucap Kala sambil memegang bahu Anin.
"Aku tidak bohong, Kala." Anin mencoba mengelaknya.
"Ya sudah, biarkan Dava tidur, kita makan dulu, katanya Bi Imah sudah masak. Aku ke kamar dulu menata bajuku," ucap Kala.
"Sini biar aku yang menatanya," ucap Anin. Dia berjalan di belakang Kala menuju kamar utama. Mereka terkejut dengan penampakan kamar utama yang di sulap menjadi nuansa romantis.